Wendy mengambil paper bag berlogo duyung hijau di kursi penumpang lalu mencabut kunci mobilnya. Setelah menutup pintu mobil, dia berjalan di sepanjang jalan setapak menuju pintu rumah Joy.
Wendy sudah membayangkan ekspresi Joy yang terheran melihatnya datang sepagi ini. Sudah sekali dua kali Wendy menekan bel rumah tapi tidak mendapatkan respon apa-apa, membuatnya mengetuk-ngetuk pintu sedikit keras.
Tetapi tetap saja tidak mendengar balasan apapun dari dalam rumah. Wendy mencoba untuk mengeluarkan handphone-nya dan melihat jam di layar lockscreen, dia tidak salah. Tidak mungkin Joy masih tidur nyenyak di waktu seperti ini.
Mau tidak mau Wendy mencoba untuk meneleponku Joy, beruntungnya Joy mengangkat dengan cepat. Wendy menghela napas lega sebelum bibirnya tersenyum tipis.
"Wen? Kenapa meneleponku?"
"Apa kamu sudah bangun?"
"Ya, sudah. Kenapa?"
"Lalu kenapa kamu tidak membuka pintu? Sedari tadi aku menekan bel bahkan mengetuk-ngetuk pintumu."
"Itu karena aku tidak di rumah, Wen."
Wendy membuang napas kasar. "Lalu dimana kamu? Tumben sekali kamu pergi keluar sepagi ini?"
"Aku berdiri di belakangmu."
Wendy melebarkan matanya dan kepalanya reflek untuk berputar. Melihat Joy yang hanya berdiri dengan ekspresi datar. Joy mematikan telfonnya sembari memejamkan matanya penuh rasa sabar.
Joy melirik ke apa yang Wendy bawa, sudah bisa ditebak itu adalah menu sarapan kesukaannya. Joy tertawa dalam hati, apa yang Wendy lakukan selalu mudah ditebak untuknya.
Joy berjalan ke arah pintu, memasukkan kunci rumah sambil menatap Wendy. Mereka hanya saling bicara dalam tatapan sebelum Joy tersenyum dan masuk ke dalam rumah.
"Tadi aku pergi jogging, maaf kalau itu membuatmu menunggu." Kata Joy.
"Nah, it's not a big deal." Wendy berjalan ke meja makan untuk menaruh paper bag yang ia bawa. "Aku cuma datang untuk ini."
"Oh?" Joy menarik kursi makan dan meneguk segelas air. "Bukan karena hal lainnya?"
"Right, the good news is," Wendy mengeluarkan sebuah kertas dari dalam paper bag lalu ditaruh di depan Joy. "Dewan kepolisian sudah mempertimbangkan ini. Kamu akan kembali bekerja mulai minggu depan."
Joy yang biasa saja langsung berpikir keras melihat kertas di depannya. Dia membaca semuanya hampir tidak berkedip. Tertulis bahwa Joy mendapatkan kesempatan untuk tetap bekerja dengan beberapa syarat ketentuan.
"Tentu saja mereka akan memberikan pengawasan selama kamu bekerja di lapangan, selain itu mereka memberikan potongan gaji untukmu. Aku yakin kamu akan baik-baik saja."
"Aku selalu baik-baik saja, Wen." Joy tersenyum kecil. "Aku sendiri sudah ikhlas jika mereka ingin melepaskanku, tapi sepertinya peranku masih penting di tempat itu."
"Tentu saja, kamu pikir siapa yang mempertahankan namamu sejauh ini?" Wendy ikut menarik kursi, duduk dihadapan Joy.
Joy menurunkan kertasnya agar bisa melihat Wendy. Tidak, Joy sama sekali tidak menduga hal itu. Wendy tetap mewakili namanya di depan dewan kepolisian? Joy sama sekali tidak mengerti mengapa dia begitu.
"Aku tahu apa yang kamu pikirkan, tapi itu keputusanku sendiri."
"Kenapa kamu begitu yakin kalau aku ingin kembali?"
Wendy mengangkat satu alisnya. "Apa kamu punya tempat untuk kembali, selain di sini?"
"Aku masih punya kampung halamanku, San Francisco."
KAMU SEDANG MEMBACA
Criminal ─ Seulrene ✓
Fanfic❝Alasan aku melakukan ini tidak seperti yang terlihat. Jadi, untuk sekarang, kumohon percayalah padaku.❞ Tentang Irene yang mengira hidupnya akan dipenuhi pria nafsu, hingga suatu malam dia melihat dirinya dibeli oleh seorang wanita. ©Seulgibaechuu...