Seulgi membuka pintu kamar lalu berjalan menuruni tangga tidak lupa juga menyapa beberapa pelayan yang sedang asik mengobrol di ruangan.
Seulgi pergi ke meja makan untuk mengambil satu buah pisang, lalu dikupas kulitnya sembari dia berjalan ke halaman belakang. Mulutnya masih asik mengunyah dan mengambil handuk di pundaknya untuk ditaruh di kursi.
Kini Seulgi berdiri di pinggir kolam yang memanjang ke sampingnya, sudah lama sekali ia tidak menggunakan tempat ini. Sambil meregangkan otot-ototnya, Seulgi masih memikirkan bagaimana kabar Irene.
Sudah 2 hari wanita itu enggan untuk keluar dari kamarnya. Ini bukan sesuatu yang bisa Seulgi selesaikan sendiri, dia merasa dia sudah cukup untuk ikut campur.
Setidaknya Seulgi tahu jika Irene masih ingin makan dengan bantuan pelayan, mengetahui Irene tidak ingin bertemu dengannya membuat Seulgi berpikir jika Irene mungkin saja kesal atau membencinya.
Berpikir jika tidak tahu apa-apa itu lebih baik, dari pada kenyataannya yang terasa lebih pahit. Meski Seulgi sudah menyelesaikan pemanasan, bahkan sudah berkali-kali berenang dari ujung ke ujung, ternyata itu tidak membantu Seulgi sedikitpun.
Dikarenakan hari ini adalah hari liburnya, tidak ada pekerjaan yang mengalihkan pikiran Seulgi. Dia tidak bisa berhenti memikirkan Irene, mau sampai kapan dia berdiam diri?
Seulgi pun menarik napas dalam-dalam sebelum kembali menyelam ke dalam. Tanpa tahu jika ada Irene yang diam-diam sudah duduk dipinggir kolam, mengenakan jaket yang pernah Seulgi pinjamkan di pundaknya.
Kedua kakinya dicelupkan ke dalam kolam renang, lalu ia mengayunkan kedua kakinya membuat permukaan kolam renang bergelombang. Melihat itu membuat Irene tersenyum tipis, perasaannya terasa lebih baik dari hari ke hari.
Kedua tangannya menyilang menarik jaket yang ia kenakan, pikirannya penuh dengan bagaimana ia bisa berhadapan dengan Seulgi. Sudah lama ia tidak bicara dengan beruang itu, tapi dia harus melakukannya demi memperbaiki perasaannya.
Irene tahu ini bukan salah Seulgi, sejak awal beruang itu hanya ingin membantu. Tapi, siapa yang tidak berekspektasi tinggi agar bisa memeluk kedua orang tuanya setelah sekian lama tidak bertemu?
Irene mencoba untuk melepaskan, ini benar-benar sangat sulit untuknya. Pada akhirnya Irene akan kembali ke tempat ini, yang tidak jauh dari Seulgi.
Mungkin, Tuhan itu ada dan melihat Irene, sehingga ia terus dikembalikan kepada Seulgi. Sebab dia lah yang bisa membuat Irene merasa hidup dengan bahagia.
Irene tersentak sebab tiba-tiba Seulgi muncul dari permukaan kolam tidak jauh darinya. Sejenak Irene melebarkan matanya, tidak tahu jika Seulgi selama ini sedang berenang.
Seulgi segera berenang ketepian dan naik menggunakan tangga kolam. Berjalan di pinggir kolam sembari melepaskan kaca mata renang, dan menyisir rambut ke belakang dengan tangannya.
Melihat Seulgi yang memakai pakaian renang membuat Irene tersadar betapa idealnya bentuk tubuh Seulgi. Sampai-sampai Irene tidak sadar jika dia terus menatap Seulgi sampai beruang ini duduk di sampingnya.
Seulgi hanya tersenyum. "Hey, kamu... kamu tidak apa-apa?"
Irene mengangguk pelan. "Ya, ya... maaf, aku tidak tahu kalau kamu ada di sini."
Rasanya Seulgi ingin mengusap kedua matanya, khawatir jika kaporit tadi sedikit merusak pandangannya sejenak. Tapi, ketika ia melihat lebih fokus lagi, Seulgi tahu ini tidak rekayasa.
Pipi merona Irene menarik perhatian Seulgi, lebih tepatnya membuat beruang itu khawatir. Seulgi menggunakan tangan kirinya untuk ditempelkan di jidat Irene. Hal itu membuat Irene reflek menghindar dari punggung tangan Seulgi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Criminal ─ Seulrene ✓
Fiksi Penggemar❝Alasan aku melakukan ini tidak seperti yang terlihat. Jadi, untuk sekarang, kumohon percayalah padaku.❞ Tentang Irene yang mengira hidupnya akan dipenuhi pria nafsu, hingga suatu malam dia melihat dirinya dibeli oleh seorang wanita. ©Seulgibaechuu...