Daniel tidak bisa berhenti menatap monitor dan Wendy secara bergantian. Dia masih sabar menunggu sampai Wendy melepaskan kedua earphone untuk menyetujui keinginannya.
Ya, jika saja itu yang terjadi.
Wendy berkali-kali mendengar ulang pada audio dengan seksama. Tetapi, karena di depannya ada pria yang sama sekali tidak sabar, akhirnya Wendy sinis dan melepaskan earphone-nya.
"Benar, kan?" tanya Daniel, sudah percaya diri dia akan mendapatkan dukungan.
"Aku tidak bisa, Daniel." Wendy menaruh kedua tangannya di atas meja. "Bukti ini masih kurang."
"Jadi, kamu bilang kalau rekaman ini dibuat-buat?" Daniel terkesiap kecewa. "Padahal aku sudah capek-capek memasangnya di bawah meja makan."
"Dengar, ada prosedur yang harus diikuti jika membicarakan bukti, dan ini masih terlalu mudah untuk bisa aku pertimbangkan. Or else, kalau aku paksa, aku dalam masalah." Wendy beralasan. Lalu Wendy bicara lagi setelah mendapatkan tatapan kesal Daniel. "Hey, kalau saja Seulgi datang dan mengatakan hal yang sama, ini bisa—"
"Ayolah, jelas-jelas Irene panik di situ! Aku bahkan melihatnya sendiri dengan mataku. Aku saksi mata di sini!" Daniel masih mengelak. "Dengar, aku sangat yakin dengan ini, dan kamu sudah punya data Irene, kan? Kamu bisa membawa anak buahmu untuk menyelidiki kasus yang—"
"Demi Tuhan, ini tidak semudah yang kamu bayangkan, Daniel! Untuk mendapatkan izin membuka kasus yang sudah lama ditutup itu sangat tidak mudah, aku bisa paham kalau ini sangat penting untukmu dan juga Seulgi." Wendy mencoba meluruskan Daniel yang keras kepala. "Tolong mengerti, ini semua tidak mudah."
"Kamu selalu bilang seperti itu bahkan sejak Seulgi keluar dari rumah sakit. Bahkan sekarang kita sudah menemukan Irene, dan kamu masih menolak untuk membantuku." Daniel menjawab dengan nada dingin.
Wendy menghela napas. "Jangan berpikir hanya kamu yang ingin ini semua cepat selesai, aku pun ingin. Kita punya tujuan yang sama, kumohon jangan seperti ini, Daniel."
Daniel menggeleng, ingin melawan argumen Wendy namun tupai Kanada ini berhasil menyela lebih dulu.
"Kalau aku menuruti kemauanmu, lantas bagaimana jika hal yang serupa menimpa Seulgi lagi? Terakhir kalian bergerak sendiri tanpa pengawasanku, seseorang hampir mati." ucap Wendy, membuat Daniel bungkam. "Sekali lagi, kecelakaan beruntun itu terjadi di Kota San Francisco, bukan di Kota Los Angeles. Mungkin akan mudah kalau kamu datang ke kantor SFPD, hm? Oh no you can't, because they were busy with their little criminals aren't they, Daniel? Itu diluar kekuasaanku. Kumohon, Daniel."
Daniel menelan salivanya. Dia mulai menggeram frustasi. "Lalu apa yang harus aku lakukan?" tanyanya pada diri sendiri.
Tiba-tiba pintu ruangan terbuka, Wendy dengan tenangnya menatap anak buahnya yang mematung di tempat, merasa tidak sopan masuk tanpa mengetuk. Wendy membuat gerakan bibir 'tunggu diluar' padanya.
"Untuk sekarang, aku tidak menyarankan kamu melakukan pengumpulan bukti sendirian. Biarkan orang-orangku yang melakukannya. Kamu korban di sini, keselamatanmu lebih penting. Untuk rekaman suara darimu, aku akui ini membantu, tapi kamu bisa celaka, atau lebih buruk, Seulgi dan Irene bisa celaka." Wendy berdiri dari kursinya, lalu berjalan memutari meja dan menepuk-nepuk pundak Daniel. "Kamu pria kuat. Tunggu sebentar lagi, dan pada akhirnya kebenaran akan terungkap. Jika tidak keberatan, aku harus pergi menghadiri rapat pagi, kamu bisa pergi sekarang."
Dengan wajah yang menunduk, ia mengangguk pelan. Daniel memutuskan untuk berdiam diri sejenak sebelum meninggalkan ruang kantor Wendy.
Pikirannya sudah penuh dengan asap yang membuat paginya menjadi berkabut. Daniel menuruni anak tangga dengan raut wajah yang sangat kesal. Di dalam hatinya, dia mengira jika jawaban dari semua pertanyaannya sudah ada di bawah hidungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Criminal ─ Seulrene ✓
Fanfiction❝Alasan aku melakukan ini tidak seperti yang terlihat. Jadi, untuk sekarang, kumohon percayalah padaku.❞ Tentang Irene yang mengira hidupnya akan dipenuhi pria nafsu, hingga suatu malam dia melihat dirinya dibeli oleh seorang wanita. ©Seulgibaechuu...