Seulgi masih diam tidak bergerak meskipun Daniel sudah memarkirkan mobil dan mematikan mesinnya. Daniel melirik ke sampingnya, lalu menoleh untuk melihat wajah Seulgi dari samping.
Daniel melihat Kakaknya melamun, seperti ada pikiran yang mengganggunya.
"Noona." Panggil Daniel namun Seulgi tidak menggubris. "Hey, Noona?"
Tidak mendapatkan reaksi membuat Daniel ingin menampar pelan pipi Seulgi, tapi reflek cepat tangan Seulgi menggenggam erat tangan Daniel bahkan sebelum Adiknya menampar pipirnya.
"Astaga, sakit!" rengek Daniel.
Seulgi menatap tangan Daniel, lalu perlahan menatap wajah Adiknya dan menerawang sekitar. Tersadar jika mobil mereka sudah sampai di tempat tujuan. Perlahan Seulgi melepaskan tangan Daniel, membiarkan adiknya meringis kesakitan.
Seulgi menghela napas. "Maaf, aku tidak... You know what, just forget it."
Daniel memberikan tatapan bingung dan khawatir ketika Seulgi membuka pintu lalu keluar dari mobil. Daniel tahu ini bukan keinginannya untuk pergi ke club langganan Kakaknya, namun ia tahu sesuatu ada yang salah dari ekspresi Seulgi.
Sesekali menemani Kakaknya, Daniel berpikir itu tidak terlalu buruk. Ya, mereka harus punya waktu bersama mengesampingkan urusan pribadi yang menumpuk.
Daniel segera pergi keluar berlari kecil mengekori Kakaknya. Mulutnya terasa gatal ingin bertanya apa yang salah, tetapi ia menahannya karena tahu pasti Seulgi akan menghindari pertanyaannya.
Mereka berdua masuk ke dalam club, seperti biasa disambut oleh suara meriah dari banyak orang yang menari, bau alkohol yang langsung menusuk begitu mereka masuk.
Daniel duduk di seberang meja, menghadap dan menatap Seulgi yang langsung sibuk memainkan handphonenya. Daniel mengetuk-ketuk meja dengan satu jarinya, kepalanya menoleh ke arah lain untuk memperhatikan apa yang orang lakukan di sekitar bar.
Seulgi sudah mengirim pesan kepada Moonbyul, tanda bahwa ia sudah sampai di club. Beruang ini memasukkan kembali handphonenya, dan memperhatikan lantai dansa yang lumayan ramai dengan pria dan wanita.
Tetapi, sosok yang Seulgi cari tidak bisa ia temukan. Tanpa sadar Seulgi punya ekspektasi tinggi pada Irene.
Lucu.
Meski seorang pelayan sudah datang dan menuangkan botol wine kesukaan Seulgi ke dalam gelas, itu tidak memancing rasa tertarik Seulgi. Tidak tahu mengapa Seulgi benar-benar merasa sangat hampa dan bingung.
Seulgi tidak mempedulikan Daniel yang meminum lebih dulu. Seulgi bersandar pada sofa, lalu menghela napas. Lagi-lagi hati dan pikirannya dibuat tersesat, entah sebenarnya apa yang terjadi padanya malam ini.
"Hey, Noona."
Seulgi membuka matanya, membenarkan posisi duduk untuk menatap adiknya. "Apa?"
"Ada apa denganmu? Setelah makan malam dengan Sunmi Noona, kamu terlihat sangat kacau."
"Oh, sejak kapan kamu peduli padaku?"
Daniel sinis. "Tidak perlu bertanya seperti itu, tidak ada salahnya untuk berkata jujur dan menangis."
Seulgi mengerutkan alisnya. "Apa maksudmu?"
Itu membuat Daniel berdecih. "Jangan mengira hanya karena aku tidak pernah patuh padamu, bukan berarti aku tidak bisa memperhatikanmu dengan baik, Sis. Aku mengenalmu lebih dari siapapun, aku tahu seperti apa jika sesuatu mengganggu hidupmu."
"Kalau begitu jadilah adik yang baik, agar tidak menambah gangguan untuk hidupku." Seulgi menghindar untuk ke sekian kalinya dengan meneguk gelas winenya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Criminal ─ Seulrene ✓
Fanfiction❝Alasan aku melakukan ini tidak seperti yang terlihat. Jadi, untuk sekarang, kumohon percayalah padaku.❞ Tentang Irene yang mengira hidupnya akan dipenuhi pria nafsu, hingga suatu malam dia melihat dirinya dibeli oleh seorang wanita. ©Seulgibaechuu...