Chapter Eleven.

1.6K 223 9
                                    

Ditarik sebuah laci dari lemari besar di hadapannya. Memperlihatkan koleksi jam mahal dan dengan satu hembusan napas ia memakai salah satu jam pilihannya. Warna silver, terlihat simpel namun elegan. Sambil merapihkan pakaiannya, Seulgi menatap cermin di depannya.

Matanya tidak lagi fokus dengan wajahnya, namun sosok wanita yang masih tidur dengan lelap di atas ranjangnya. Tatapannya terpaku, seakan Seulgi tidak ingin mengalihkan pandangannya dari wanita itu.

Memperhatikan bagaimana Irene memeluk guling dengan selimut yang masih menutupi tubuhnya, pemandangan itu membuat hati Seulgi terasa sangat sejuk. Rasanya tadi malam adalah malam yang paling indah yang pernah Seulgi rasakan.

Semalam Irene benar-benar menangis mengeluarkan semua rasa sakit dan beban yang selama ini ia bawa sendirian. Disitu Seulgi berusaha memeluk, memberikan kehangatan serta ketenangan untuk Irene. Tanpa sadar sampai mereka tidur terlelap bersama-sama.

"Nyonya Kang."

Seulgi menoleh ke pelayan yang sedang memegang tas kerjanya, dia pun tersenyum lembut. "Apa sudah semua?"

"Ya. Dan," si pelayan menatap Irene yang tidur. "Apa aku harus membangunkan Irene?"

Seulgi ikut menatap Irene. "Tidak usah, biarkan dia bangun dengan sendirinya. Katakan pada Irene kalau aku sudah berangkat kerja. Jika dia mau, tolong buatkan sarapan pagi untuknya."

"Baiklah, Nyonya Kang. Aku mengerti."

Seulgi menahan langkahnya sebelum keluar dari kamar. "Oh, dan aku ingin bertanya sesuatu. Apa Irene terlihat akrab dengan kalian?"

"Irene, ya? Dia sangat ramah kepada kami semua. Sesekali dia ikut membantu untuk membereskan beberapa ruangan, sesekali dia mengajak kami untuk istirahat di halaman belakang. Irene punya hati yang lembut dan memperlakukan kami dengan baik."

Seulgi memberi respon dengan senyum lebarnya, memberikan rasa puas mendengar jawaban pelayannya. Ketika Seulgi berjalan ke ruang tamu, dia mengerutkan keningnya tidak melihat Daniel yang biasa menunggunya disitu.

Seulgi reflek menoleh mendengar suara aneh dari balik pintu. Tidak lama ia melihat Daniel keluar dari sebuah pintu, membuat Seulgi semakin bertanya-tanya apa yang Adiknya lakukan.

"Apa yang kamu lakukan di dalam gudang?" tanya Seulgi.

Daniel berjalan sambil menepuk pundaknya yang terkena debu. "Keperluan klien. Maaf sudah membuatmu menunggu, Noona. Ayo cepat berangkat, kamu punya rapat penting pagi ini."

Seulgi melihat Daniel yang berjalan lurus ke arah pintu utama, masih dengan rasa penasarannya sebab Daniel tidak pernah mengatakan maaf jika membuatnya menunggu. Menurutnya itu sangat aneh melihat Adiknya punya sopan santun.

"Kang Daniel!" panggil Seulgi, dan setelah Daniel berbalik menatapnya, Seulgi langsung melemparkan tas kerjanya ke arah Daniel.

"Demi Tuhan, Kang Seulgi!" Daniel reflek menangkap tas Kakaknya. "Kenapa kamu melakukan itu? Aku tahu di dalam ini ada laptop, iPad, dan barang penting lainnya. Bisa-bisanya kamu melempar dengan semudah itu!"

Seulgi berdecih. "Kalaupun benda itu rusak, aku dengan mudah bisa membelinya lagi. Lagi pula, kamu yang akan menghadiri rapat pagi ini."

Mata Daniel melebar. "Why me?!"

"Aku ada keperluan lain, yang lebih penting dari rapat pagi ini."

"Oh iya? Katakan padaku dan aku akan menggantikanmu untuk hadir dalam rapat pagi."

Seulgi berjalan dan mengambil kunci mobil yang diberikan oleh pelayan di dekat pintu utama. "Kantor polisi."

Daniel langsung terdiam dan melihat Seulgi pergi ke arah garasi mobil. Tatapan wajah Daniel perlahan berubah menjadi serius. Daniel dengan terpaksa membawa mobil pribadinya.

Criminal ─ Seulrene ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang