"Kantorku berada di lantai 2, namaku tertampang jelas di pintu. Aku akan menunggumu di dalam."
Daniel mengakhiri teleponnya lalu dimasukkan ke dalam kantung jaket hitamnya. Ia bersiap-siap memakai masker hitam dan topi hitamnya.
Orang yang berada di sampingnya menatapnya dengan sedikit ngeri, kenapa pula Daniel harus berpakaian ke kantor polisi seakan-akan dia orang jahat?
"Jadi, apa yang sebenarnya akan kamu lakukan? Apa aku harus menunggumu disini?" tanya Johnny.
Daniel menoleh. "Seharusnya begitu, bukan?"
Johnny menghela napas. "Tidak lucu jika aku harus terperangkap di dalam mobil berjam-jam."
"Aku tidak akan selama itu, Johnny." Kata Daniel memastikan, setelah mendengar Johnny berdeham setuju, ia pun segera keluar dari mobil.
Kedua tangannya dimasukkan di kedua kantung jaketnya, dengan posisi kepala yang sedikit menunduk. Tampilannya yang misterius sangat menarik perhatian beberapa polisi yang melewatinya.
Ketika Daniel sedang melangkah di anak tangga, tidak sengaja ia menabrak seorang petugas wanita yang membawa banyak berkas. Beberapa kertas jatuh ke bawah dan reflek Daniel ikut membatu wanita itu.
Sesaat Daniel terdiam dan menggunakan kesempatan untuk membaca apa isi dari berkas-berkas itu, namun pada akhirnya itu tidak terlalu penting. Daniel meminta maaf sebelum melanjutkan tujuannya.
Begitu sampai di lantai 2, Daniel melewati beberapa meja kantor polisi sembari memperhatikan pintu-pintu yang ada di sekitar. Lalu mata sipitnya menemukan papan nama berwarna keemasan yang bertulisan orang yang ingin ia temui.
Meskipun sekelilingnya mencurigai kehadiran Daniel karena pakaiannya, Daniel tetap memberanikan diri untuk mengetuk pintu ruangan. Dengan cepat, Daniel mendengar orang di dalamnya menyuruhnya untuk masuk.
"Bukan kah aku menyuruhmu untuk datang pukul 8?" tanyanya.
"Maafkan aku, ternyata tidak sesuai ekspetasimu, Wendy." jawab Daniel sambil melepaskan topi dan maskernya.
"Silahkan duduk." Wendy menyambut dengan ramah sebelum kembali fokus ke layar komputer untuk membuka file berisikan rekaman audio yang ingin dibicarakan. "Aku dengar dia terluka parah, jadi apakah dia dirawat?"
Daniel menggeleng. "Aku tidak akan melakukan itu. Dia juga menolak untuk dirawat setelah siuman di kamarnya."
Wendy mendengus. "As far as we know her, dia tidak akan mau kembali ke rumah sakit. Aku bersyukur kamu tidak memaksanya, meski dia terluka parah."
"Ketika aku bilang aku akan melindunginya, aku sangat bermaksud." Kata Daniel yang tersenyum tipis.
Wendy ikut tersenyum, ia menggunakan tangan kirinya untuk menggeser monitor yang sudah memperlihatkan sebuah file audio. Daniel melirik dan bersiap-siap untuk mendengarkan Wendy yang ingin bicara.
"Pada awalnya aku berpikir jika kamu hanya memanipulasikan rekaman ini." kata Wendy. "Tetapi, setelah Seulgi datang dan memberikan informasi yang sinkron dengan rekaman suara darimu, aku mulai percaya."
"I told you. Lalu, apa dia menceritakan lebih jauh tentang Irene?" tanya Daniel.
Raut wajah Wendy berubah menjadi kecewa. "Tidak. Sepertinya Seulgi sangat berhati-hati. Tapi, meskipun Seulgi sudah bertemu dengannya, tidak kah dia mengingat sesuatu meski sedikit?"
Daniel terdiam berpikir. "Sama sekali tidak. Aku sendiri tidak mengerti, bagaimana bisa mereka begitu dekat hanya dalam waktu singkat? Mereka seakan-akan saling terhubung."
![](https://img.wattpad.com/cover/246284318-288-k784079.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Criminal ─ Seulrene ✓
Fanfiction❝Alasan aku melakukan ini tidak seperti yang terlihat. Jadi, untuk sekarang, kumohon percayalah padaku.❞ Tentang Irene yang mengira hidupnya akan dipenuhi pria nafsu, hingga suatu malam dia melihat dirinya dibeli oleh seorang wanita. ©Seulgibaechuu...