Chapter Three.

1.6K 235 11
                                    

Tidak akan bisa Irene lupakan bentuk lekuk wajah temannya. Benar yang di dalam gang itu adalah Yeri, perempuan sekaligus teman pertama Irene. Bagaimana Irene bisa lupa, saat pertama kali ia bertemu dengan Yeri itu juga berawal dari sebuah gang kumuh.

Mengingat bagaimana Irene menatap Yeri yang sama-sama berusaha untuk bertahan hidup di pinggir jalan Kota San Francisco. Tidak Irene sangka ia akan bertemu lagi dengannya setelah berbulan-bulan terpisah.

"Yeri?"

Irene perlahan-lahan melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam gang. Benar-benar tidak salah jika perempuan itu adalah Yeri. Merasakan seseorang mendekatinya, Yeri terdiam dan menolehkan kepalanya ke arah Irene.

Irene melihat ke dalam mata Yeri, dia seakan melihat kerlap-kerlip di sana. Tanpa berkata-kata Yeri langsung berjalan ke arah Irene. Reflek Irene menaruh plastik belanjaannya, dan memeluk Yeri ketika perempuan itu berlari cepat.

"Irene!" teriak Yeri dengan bahagia.

"Yeri..." Irene memeluk erat tubuh Yeri. Memeluk erat pada orang yang paling ia sayangi di dunia. "Aku pikir aku tidak akan bertemu denganmu lagi."

"Kemana kamu pergi? Kenapa kamu tiba-tiba menghilang?"

"Maafkan aku. Aku tidak bermaksud pergi." Lirih Irene sembari melepaskan pelukannya. "Hal itu tidak penting lagi, aku menemukanmu lagi, Yeri."

"Tapi," Yeri mundur selangkah untuk memperhatikan pakaian Irene. "Kamu berbeda, Irene."

Irene menunduk, melihat pakaian yang ia pakai sekarang. Sudah pasti ini tampak tidak familiar dengan pakaian dulu yang lusuh dan kotor. Irene menghela napas pelan ketika menyadari betapa beruntungnya dia saat ini.

"Ya, aku berubah." Jawab Irene.

"Jadi, kamu sudah menemukan rumahmu?"

"Mungkin saja." Kata Irene. "Tapi, aku tahu ini tidak akan sama jika kamu tidak bersamaku."

Yeri sinis dan tertawa pelan. "Jangan merasa kasihan padaku, Irene. Aku senang jika kamu menemukan rumahmu. Sekarang giliranku."

Irene mengerutkan keningnya. "Yeri, kenapa kamu tidak ikut denganku saja?"

"Apa?"

Benar, apa? Tidak tahu ide gila apa yang Irene pikirkan, dengan mudah mengajak Yeri untuk bergabung masuk ke dalam rumahnya. Tindakan polos ini adalah salah satu hal yang selama ini Krystal khawatirkan, dan itu terjadi saat ini juga.

"Mereka pasti akan menerimamu." Kata Irene.

"Mereka siapa?"

"Krystal dan Amber."

"Siapa mereka? Apakah mereka orang tuamu?"

Irene menggeleng, dia segera menggenggam tangan Yeri. "Bukan. Tapi, mereka telah merawatku hingga aku seperti sekarang. Aku jadi tahu banyak hal. Aku jadi tahu sisi indahnya dunia, berbeda dari yang kita lihat sebelumnya. Ikutlah denganku, Yeri."

Yeri terdiam dan membalas genggaman tangan Irene yang lembut. Otaknya dibuat berpikir, benar jika Yeri tidak punya tujuan yang jelas dan keseharian dia hanya berjalan mencari gang lain sebagai tempat tinggalnya meski berbahaya.

Tetapi, ikut dengan Irene ke tempat yang ia sebut rumah? Apakah itu adalah keputusan yang tepat?

Betapa beruntungnya Yeri mendapatkan pertolongan seperti ini. Setelah sekian lama berpisah dengan Irene yang ia anggap sebagai sosok seorang Kakak, dan dia kembali membawakan harapan besar.

"Bagaimana jika mereka tidak menginginkanku? Sama seperti apa yang mereka lakukan padaku." Lirih Yeri.

Irene terdiam. Tatapannya melunak dan ikut merasa sedih jika mengingat seperti apa kenangan masa lalu yang begitu buruk untuk perempuan lebih muda seperti Yeri. Berbeda dengan Irene yang tidak bisa ingat, masa lalu Yeri sudah sangat buruk untuk diceritakan.

Criminal ─ Seulrene ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang