Jisung duduk di tengah kasur dengan kedua kaki terlipat di depan dada. Wajahnya ia tenggelamkan di antara lipatan tangan.
Tiga hari ini terasa sangat berat baginya.
Hari pertama, ia masih membalas pesan dari The Alpha Prince walau dengan seribu satu kebohongan. Ya, meskipun ia mengabaikan pesan dari Minho, setidaknya Jisung masih berusaha memberi kabar pada ketiga alpha yang sudah menjadi sahabatnya sejak beberapa tahun lalu itu. Jisung mengaku sedang sakit dan tidak bisa berangkat ke sekolah. Ketiga temannya itu bahkan hampir mendatangi rumah Jisung jika saja sang omega tidak menghentikan mereka.
Hari kedua, kondisi hatinya memburuk. Ia hanya membaca pesan-pesan yang dikirimi Hyunjin, Chan, dan Changbin. Bahkan pesan penyemangat dari Felix yang menawarkan cookies gratis pun, ia abaikan.
Hari ini adalah hari ketiga Jisung bolos sekolah. Kakak sepupu Jisung bahkan sudah berusaha membujuknya walau hanya dijawab dengan gelengan malas dari pria tupai itu.
Ia takut masuk sekolah. Ia takut teman-temannya mengetahui fakta bahwa dirinya adalah seorang omega.
Ketakutan itu menggerogoti hati Jisung, membuatnya enggan beranjak meninggalkan kamar. Ia bahkan hanya makan satu kali dalam sehari. Tidak lapar, katanya.
Jisung mengusak rambutnya kasar. Ia sadar. Tidak seharusnya ia bersikap seperti anak kecil.
Beberapa pesan masuk lagi-lagi ia terima. Bukan dari Hyunjin. Bukan dari Chan. Bukan juga dari Changbin.
Lee Minho: Han Jisung.
Lee Minho: Gue tau lo baca.
Lee Minho: Lo mau bales chat gua atau gua samperin lo ke rumah?Ia menghela napas berat. Selain masalah dengan teman-teman dekatnya, tiga hari ini juga Jisung tidak bisa mengeluarkan Minho dari isi kepalanya.
Jisung galau, Jisung dilema.
Di lubuk hati yang paling dalam, ia merindukan Minho. Ia ingin afeksi dari pria alpha itu.
Namun, otaknya terus berkata bahwa Jisung tidak bisa bergantung pada yang lebih tua. Bagaimana pun juga, Minho bukan mate Jisung. Minho tidak memiliki kewajiban untuk memenuhi segala afeksi yang Jisung inginkan.
Yang terjadi malam itu hanya sebatas Minho yang memberikan bantuan pada Jisung. Tidak lebih.
Minho tidak menandainya.
Selain itu, rasa malu dan gengsi yang membuncah dalam diri Jisung juga membuat dirinya yakin bahwa ia tidak akan sanggup lagi menatap wajah Minho.
'Dunia benar-benar. Malunya masih berasa sampai sekarang.' Jisung membatin.
Ia memilih untuk menonaktifkan ponselnya. Lagi-lagi mengabaikan puluhan pesan di kotak masuknya. Pikiran Jisung terlalu kacau untuk saat ini.
- TBC -
Hehe, akhirnya chapter baru. Semoga kalian suka ya...
Jangan lupa feedbacknya, uhuy. Comments atau tinggalin jejak di CC aja yaa!
https://curiouscat.me/jiceamericano
KAMU SEDANG MEMBACA
MINSUNG: SECOND IDENTITY ✅
FanfictionLee Minho, seorang Alpha kutu buku berkacamata yang kerap menghabiskan waktu di perpustakaan sekolah. Apa yang terjadi jika Han Jisung, siswa populer yang belum mendapatkan second gender-nya, justru bertemu Minho di area balap liar dengan motor besa...