- 21: BERUBAH

10.4K 1.3K 197
                                    

Pagi datang begitu cepat. Sinar matahari menelusup masuk melalui jendela apartemen yang terbuka, membiarkan udara pagi menyeruak masuk dan mengganggu seorang pria manis yang sedang tertidur.

Jisung menggeliat lalu memutar tubuhnya ke kanan, merasa risih dengan cahaya matahari yang menyinari wajahnya.

Astaga, ia masih ingin tidur.

"Hoaaam—" Jisung menguap lalu mulai mengerjapkan kedua mata berniat menyesuaikan pandangannya dengan penerangan di dalam kamar. Matanya bahkan terasa sedikit berat untuk dibuka. Mungkin bengkak akibat menangis keras semalam?

Butuh waktu kurang lebih lima menit bagi Jisung untuk mengumpulkan seluruh nyawanya. Kini, ia pun sudah terduduk di atas kasur. Jemari kurusnya bergerak untuk merapikan rambut tebal yang ia yakini terlihat berantakan sehabis bangun tidur.

"Ah," celetuk Jisung otomatis begitu ia berhasil mengingat apa yang ia lakukan semalam. Dimulai dengan dirinya yang nekat menghampiri Minho, dilanjutkan dengan menangis di depan pintu apartemen, hingga Minho yang menandai Jisung menjadi omega-nya.

Pandangan pria itu teralih pada tato di pergelangan tangan, di mana inisial nama Minho beserta tanggal lahirnya tercetak di sana. Jisung tidak menyangka ia akan menemukan mate-nya secepat ini.

Senyum lebar terulas di wajah Jisung. Mood-nya jadi bagus seketika. Padahal, Jisung benci bangun pagi, lho? Kekuatan cinta memang hebat, ya.

Jisung pun turun dari kasurnya untuk mencari keberadaan Minho. Namun, bukannya sang alpha, yang ia temukan justru hanya selembar catatan kecil di atas meja makan dengan tulisan tangan Minho di atasnya.

Gue ke luar kota. Ada urusan mendadak.
Lo pulang sendiri aja ya.

"Ke luar kota, ya." Jisung menggumam. Senyuman di wajah pria tupai itu luntur. Padahal tadinya, Jisung ingin menghabiskan waktu bersama Minho sebelum ia kembali ke rumah.

Tapi, ya sudahlah. Jisung memilih untuk tidak ambil pusing dengan kepergian Minho. Ia pun merapikan sedikit kamar apartemen Minho lalu bergegas pulang ke rumah. Semoga saja orangtuanya tidak menginterogasi Jisung karena tiba-tiba menghilang semalam.

— ♡ —

Jisung sedang asik bermain komputer saat tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang aneh terjadi pada lehernya. Entah bagaimana ia harus mendeskripsikan sensasi itu karena Jisung baru pertama kali mengalaminya.

Panas, perih, dan ngilu. Seperti dicekik namun lebih buruk.

Semuanya bercampur menjadi satu, membuat Jisung langsung berhenti memainkan game-nya yang disambut dengan makian dari orang lain di ujung telepon akibat kekalahan yang mereka terima.

"S—sorry!"

Jisung buru-buru melepas earphone dan mematikan mic. Dengan langkah tertatih, pria itu menyeret kedua kakinya menuju kasur lalu menjatuhkan tubuh mungilnya di sana.

"Arhh! Sakit... Ssh, sesek banget, fuck," keluh Jisung.

Napasnya menjadi lebih berat.
Keringat dingin mengalir di pelipisnya.
Bibir Jisung bahkan berubah warna menjadi pucat.

Kedua tangan Jisung beralih memegangi lehernya, berusaha mengurangi rasa sakit yang ia terima dengan menekan beberapa titik yang menjadi sumbernya. Ia tidak bisa berhenti meringis dan mengeluh. Tubuhnya bahkan mulai gemetar antara menahan rasa sakit dan panik.

Tiga menit berlalu dengan Jisung yang berusaha sekuat tenaga berperang dengan rasa sakit di leher sebelum pria manis itu tiba-tiba menjerit keras. Kali ini, ulu hatinya yang terasa seperti ditonjok kuat-kuat.

MINSUNG: SECOND IDENTITY ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang