Sudah dua hari Minho tidak membalas pesan-pesan dari Jisung. Sudah dua hari pula Jisung jadi uring-uringan sendiri karena diabaikan oleh Minho.
Hanya dua centang biru.
Cukup menjelaskan bahwa Minho sedang marah padanya. Ah, marah atau benci? Entahlah, Jisung tidak tahu.
Hari Senin kali ini terasa sangat berbeda. Semua orang di setiap sudut sekolah seperti sibuk bergosip tentang Minho dan sisi lainnya, membuat Jisung rasanya ingin berteriak setiap ia tidak sengaja mendengar berita hoax dari teman-temannya.
Jisung tidak menguping. Mereka saja yang bicara dengan sangat keras hingga satu kelas bisa mendengar suara mereka. Jisung muak, sungguh.
"Katanya ya, Minho pernah hamilin anak orang! Ih serem banget ya padahal dia anak teladan gitu. Anak olimpiade pula," ujar murid yang duduk di belakang Jisung.
'Goblok. Berita dari mana.' Jisung bermonolog.
Eh tapi, memang benar sih? Jisung sendiri yang pernah mengalaminya?
'Tidak, tidak. Beda dong! Waktu itu gue kan lagi heat! Dia cuma bantuin gue terus... ya... guenya gak nolak? Lagian juga gue gak hamil tuh? Aduh bangsat, bangsat.'
Pria manis itu mengacak rambutnya asal, pening setelah seharian mendengar berita ini dan itu yang tidak benar. Ia pun memutar tubuh lalu berbicara pada tiga orang gadis yang sibuk bergosip di belakangnya.
"Hei, gue gak sengaja denger. Tapi berita itu kan belom tentu bener, jadi jangan terlalu dianggep serius ya. Atau lo pada mau gue masukin ke catatan pelanggaran OSIS karena nyebarin rumor yang gak berdasar?" ujar Jisung terus terang dengan senyuman manis. Dalam hati, ia sangat kesal pada tiga gadis ini. Ingin Jisung jambak rambutnya satu-satu.
"Eh eh, iya Ji ampun. Sorry, kita diem deh," ujar Seri, salah satu dari mereka. Jisung hanya mengangguk lalu memilih untuk bangkit dan keluar dari kelas. Kedua kakinya bergerak, membawa Jisung menuju kelas 12 IPA-1. Ia ingin memastikan sesuatu.
— ♡ —
Setibanya Jisung di kelas yang dituju, pria manis itu mendapati orang yang dicarinya sedang duduk tenang sembari membaca buku. Terlepas dari segala rumor yang beredar, Minho bersikap seperti tak terjadi apa pun. Walau Jisung yakin, Minho sebenarnya siap meledak kapan saja. Terbukti dengan jari-jari tangannya yang mengepal dan sesekali meremas kertas akibat salah tulis.
Jisung dengan ragu melangkah masuk, tidak mempedulikan beberapa murid lain yang memperhatikan kehadiran Jisung.
"Kak Minho?" panggil Jisung satu kali yang dijawab dengan lirikan singkat oleh Minho. Pria itu membalik halaman buku, berusaha untuk tetap fokus pada kegiatannya.
"Lo marah sama gue?"
"Menurut lo?" tanya Minho sembari berdecih. Senyuman miring terulas di wajahnya, membuat Jisung sedikit bergidik.
"Bukan gue yang ajak mereka ke sana, Kak. Berani sumpah gue."
Minho menutup bukunya kasar kemudian bangkit. "Gue gak percaya. Gue udah bilang sama lo kan? Kalo orang lain tau, lo orang pertama yang gue hancurin, Han Jisung," ujar Minho dingin kemudian mendorong tubuh mungil Jisung untuk menyingkir dari hadapannya. Dengan langkah tergesa, Minho meninggalkan kelas. Entah mau ke mana.
Jisung hanya termenung memandangi punggung Minho. Ia tidak tahu kalau Minho akan semarah ini padanya. Pria itu pun menunduk, menyembunyikan air mata yang menggenang sembari melangkah meninggalkan ruang kelas.
— ♡ —
"Aaaaa! Minho brengsek, bales gue!!!"
Jisung berteriak gemas sambil meremas selimutnya kuat-kuat, melampiaskan kesal sambil sesekali memukuli bantalnya. Matanya menatap tajam ke arah layar ponsel.
Lagi! Minho mengabaikan pesannya lagi! Astaga, Jisung ingin copot kepala rasanya. Punya kepala pusing, tidak punya kepala seram.
"Nih manusia apa batu sih?! Susah banget dikasih tau! BUKAN GUE PELAKUNYA SIALAAAAN!" Jisung misuh-misuh sendiri. Jisung sudah di ambang batas kesabarannya. Bagaimana tidak? Entah sudah berapa hari Minho mengabaikan Jisung. Beberapa kali Minho bahkan melontarkan kata-kata kasar pada yang lebih muda.
Pria manis itu sudah berusaha untuk sabar. Walau Minho selalu menghindar setiap Jisung mencoba untuk menjelaskan, Jisung tidak ingin menyerah. Kalau bisa, Jisung ingin langsung saja mendatangi unit apartemen Minho dan menggebrak pintunya.
Tapi tidak, ia tidak boleh se-barbar itu. Bisa-bisa Jisung yang dilempar dari lantai delapan.
"Gue call sampe diangkat. Liatin aja." Jisung pun mulai menekan tombol call. Tidak peduli berapa kali Minho me-reject panggilannya.
Reject? Telepon ulang. Susah amat.
Pria manis itu menghela napas lega begitu Minho mengangkat teleponnya yang ke dua belas kali. Lihatlah, Lee Minho. Jisung si pemalas bahkan rela meneleponmu sebanyak dua belas kali hanya untuk berbicara dan menjelaskan semuanya.
“Apa sih?” Satu suara ketus Minho menyapa indra pendengaran Jisung.
“Makanya bales chat gue! Lo mah gue udah bilang bukan gue, Kaaaak!” jawab Jisung lebih galak.
“Gak. Gue gak percaya.” Suara Minho turun satu oktaf, lebih dingin dan dalam. Jisung jadi merinding.
“Kak, tapi—”
“Lo sadar? Lo udah bikin hidup gue berantakan, Han Jisung. Gue gak bisa hidup tenang sehari aja setelah kejadian itu! Lo tuh gak tau terima kasih ya? Gue udah jadi tutor lo, gue udah kasih lo afeksi, gue bahkan bantuin lo pas lo diserang alpha lain,” ujar Minho panjang. Jisung saja cukup kaget mendengarnya. Namun, dibalik itu keterkejutannya, Jisung sebenarnya cukup sakit hati.
Minho sama sekali tidak mau mendengar penjelasannya. Jisung sudah tidak tahu harus bagaimana.
“Kak... Tapi, beneran... Bukan gue.”
“Bacot. Lo cuma ganggu hidup gue. Tau gitu gue gak tolongin lo waktu itu. Biarin aja lo diabisin alpha lain.”
Bip.
Telepon dimatikan, membuat Jisung tanpa sadar menjatuhkan air matanya dan menangis dengan keras.
Perkataan Minho sangat menyakiti hatinya. Ia membenamkan wajah pada bantal, berusaha meredam tangisan agar penghuni rumah yang lain tidak mendengar isakannya dan masuk ke kamar.
Apa benar Jisung selama ini hanya pengganggu?
Apa Jisung memang sudah menghancurkan hidup Minho?
Apa semuanya akan lebih baik jika mereka tidak bertemu?
Apa Jisung memang tidak berharga bagi Minho?Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di kepala Jisung, mengundang pikiran-pikiran negatif untuk masuk ke dalam otaknya. Ia menjambaki rambutnya sendiri, semuanya menjadi terlalu rumit.
Sakit. Dadanya sakit sekali. Baru kali ini ia merasa tidak pantas untuk siapapun. Saat dirinya mulai terbuka pada Minho, nyatanya Minho tidak menganggap penting kehadiran Jisung.
“Argh! Persetan!”
Jisung meraih kunci motor serta jaketnya. Ia sudah tidak peduli. Ia akan mendatangi apartemen Minho dan menjelaskannya langsung.
Jisung tidak salah dan Jisung harus kembali mendapatkan Minho. Minho sudah masuk terlalu jauh ke dalam hati dan pikirannya.
— ♡ —
Hi aku update lagi dengan sedikit keributan. Hohoho.
Anyway, aku cuma mau bilang aku gatau besok bisa update atau nggak karena tugasku lagi numpuk dan hari ini aku gak di rumah. Tapi, aku usahain bakal tetep update ya besok!! :>
Soalnya aku tipe yang nulis sehari sebelum publish, bukan yang nyetok chapter banyak. Anaknya hobi SKS gais. 😭
Yang pasti, kalau besok aku gak update, senin aku update! Jadi tungguin yaaa!
Enjoy and feedback are appreciated!
https://curiouscat.me/jiceamericano
![](https://img.wattpad.com/cover/246213089-288-k505040.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MINSUNG: SECOND IDENTITY ✅
FanfictionLee Minho, seorang Alpha kutu buku berkacamata yang kerap menghabiskan waktu di perpustakaan sekolah. Apa yang terjadi jika Han Jisung, siswa populer yang belum mendapatkan second gender-nya, justru bertemu Minho di area balap liar dengan motor besa...