Jisung menguap di kursinya, menatap sang guru yang menjelaskan materi Biologi dengan pandangan malas. Iya, Jisung masuk sekolah hari ini setelah empat hari izin tidak masuk sekolah dengan alasan 'sakit'.
Hari kejepit, padahal. Besok 'kan sudah Sabtu.
Jisung memain-mainkan pena di genggaman. Pikirannya tidak bisa fokus sejak pagi, entah karena kurang tidur akibat menangis semalam atau terlalu sibuk memikirkan pria alpha dari kelas 12 IPA-1. Jisung ingin gila saja. Sejak kapan ia peduli pada pria menyebalkan itu, ya?
Jisung bahkan tidak sadar kalau Hyunjin yang duduk tak jauh darinya sudah memperhatikan pria manis itu sejak pagi, sadar kalau Jisung sepertinya tidak dalam mood yang baik.
Beruntung, bel sekolah berbunyi tanda jam pelajaran sudah berakhir. Mengundang sorak-sorai para pelajar Daengnyang High School karena satu minggu melelahkan berhasil dilewati.
Hal tersebut juga berlaku untuk Jisung. Seolah seluruh jiwanya kembali, Jisung buru-buru menyimpan semua perlengkapan dan buku miliknya. Asal saja dimasukkan ke dalam tas.
"Lo kayak di kejar setan, anjir. Mau ke mana?" tanya Hyunjin bingung dengan tingkah laku Jisung. Jika di dalam komik, sudah ada tanda tanya besar di atas kepala Hyunjin.
"Tutor matematika. Gue ditungguin Minho."
"Lagi?"
Jisung hanya mengangguk menanggapi kemudian menggendong ranselnya di bahu kanan. Bersiap lari meninggalkan ruang kelas sebelum tangannya dicekal oleh Hyunjin.
"Kenapa, Jin?" Jisung lebih dulu membuka suara. Nadanya sedikit ketus.
Hyunjin hanya diam dan menatap wajah Jisung dengan pandangan yang sulit diartikan. Jisung berdecak sebal, menunggu jawaban pria yang lebih tua beberapa bulan darinya itu. Ayolah, Jisung sedang buru-buru.
"Gapapa. Gih," kata Hyunjin sembari melepaskan genggaman tangannya pada pergelangan tangan Jisung.
"Ok, bye Jin. Kasih tau Kak Abin sama Kak Chan ya gue tutor."
Dengan langkah tergesa, Jisung pergi menuju ruangan Minho. Berharap pria itu ada di sana.
— ♡ —
TOK TOK TOK!
"Masuk," sahut Minho dari dalam, membuat Jisung membuang napasnya kasar satu kali untuk meredakan gugup sebelum melangkah masuk.
Minho tidak perlu repot melirik atau mengalihkan kepalanya untuk melihat siapa yang masuk. Ia tahu itu Jisung yang datang. Minho bisa mencium aroma feromonnya bahkan sejak Jisung ada di depan pintu.
Jisung mendudukkan diri di depan Minho, meletakkan tas, dan berusaha bersikap normal. Menatap wajah Minho intens untuk beberapa detik, seolah meyakinkan diri sendiri untuk memulai percakapan.
"Minho."
Tidak ada jawaban.
"Minhooooo."
Masih tidak ada jawaban.
"Lee Min—"
"Kalo lo gak ada niat buat ngasih tau gue tentang kenapa lo ngehindar, mending lo keluar aja," ujar Minho dingin. Membuat Jisung berhenti melakukan segala aktivitasnya untuk beberapa detik.
Berhenti bicara, berhenti berkedip, bahkan berhenti bernapas.
Jisung meneguk liurnya satu kali. Aroma rainforest bercampur woody serta cocoa dari tubuh Minho mulai menguar pekat. Jisung jadi pusing sendiri. Terlalu memabukkan sekaligus mengintimidasi di waktu yang bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINSUNG: SECOND IDENTITY ✅
FanfictionLee Minho, seorang Alpha kutu buku berkacamata yang kerap menghabiskan waktu di perpustakaan sekolah. Apa yang terjadi jika Han Jisung, siswa populer yang belum mendapatkan second gender-nya, justru bertemu Minho di area balap liar dengan motor besa...