Nineteen

398 32 1
                                    

Sambil dengerin mulmed nya yaa! Biar dapet feel nya.

Detik berganti menit,

Menit berganti jam,

Jam berganti hari,

Hari berganti bulan,

Bulan berganti tahun.

2 tahun sudah berlalu. Seorang gadis jelita yang dua tahun lalu masih terlihat lugu, sekarang sudah menjadi sosok yang lebih dewasa seiring bertambah umurnya.

"Happy 19th Birthday Zairaa!"

Zaira memotong kue di depannya sembari tersenyum manis menampilkan sederet gigi berbehel nya.

Tepat hari ini, gadis itu merayakan ulang tahun ke 19 nya. Sekarang dia sudah menempati semester tiga di perguruan tinggi.

Setahun yang lalu, gadis itu berhasil lulus dari sekolahnya dan masuk ke perguruan tinggi favorit dengan jurusan yang sama.

"Ini suapan pertama Zaza kasih buat mama sama papa, makasih banyak karena mama sama papa selalu support zaza apapun keadaannya." Zaira ssmbari berjalan menuju ke kedua orang tuanya berada.

Zaira kemudian menyuapkan suapan kedua dan ketiga untuk sahabatnya, Nara dan Safira. Kemudian memotongkan kue untuk beberapa temannya yang hadir malam ini di pesta kecil - kecilan yang bertempat di salah satu resto yang dipesan oleh Virzie beberapa waktu yang lalu.

Virzie dan Deka tersenyum, anak semata wayangnya tersenyum bahagia. Tidak ada lagi Zaira yang terpuruk seperti halnya dua tahun lalu.

Zaira terlihat sangat bahagia, seolah dia sudah benar - benar melupakan kisahnya bersama seorang lelaki yang nyatanya masih berharap Zaira berbalik arah padanya kembali.

Setelah beberapa saat, Zaira pamit untuk ke toilet resto tersebut. Namun nyatanya, gadis itu saat ini berada di rooftop resto. Berhubung karena tengah disewa oleh Virzie, jadi resto ini sepi dan membuat Zaira leluasa menjelajahi setiap sudut resto, sampailah dirinya di rooftop ini.

Gadis itu mengangkat bandul berbentuk koala yang tersampir rapi di kalung lehernya.

Kalung dan bandul itu pemberian dari Abi dua tahun yang lalu. Zaira berbohong bila selama dua tahun ini gadis itu berhasil melupakan sosok Abi.

Zaira berbohong bila dirinya tidak merindukan Abi.

"it's been two years," Zaira terkekeh sambil menggenggam erat bandul itu.

Tes!

Lagi. Pertahanan Zaira runtuh. Dirinya baru menyadari bahwa perkara rindu bisa semenyesakkan ini.

Gadis itu mengusap kasar pipinya, kemudian mencoba menguatkan diri agar tidak meneteskan bulir bening itu lagi ketika mengingat tentang Abi.

Dua tahun tidaklah cukup. Atau mungkin, hatinya memang tidak benar - benar ingin melupakan Abi. Hatinya menolak, tapi logikanya memaksa.

Zaira yang berusaha sekuat tenaga melupakan Abi, menyibukkan dirinya, namun lagi - lagi dia gagal.

Untuk kesekian kalinya, Zaira kalah. Hatinya menentang untuk melupakan Abi.

"Za!" Panggil seseorang yang sontak mengejutkan Zaira.

"Ish, gue pikir diculik! Ngapain sih disini? Orang lagi asik di bawah, lo malah menyendiri." Itu Nara.

"Asik tau disini, liat deh bulannya." Ujar Zaira, tapi tak bisa dipungkiri, Nara paham bahwa Zaira sahabatnya ini merasa kesepian.

"Iya, liat bulannya di rumah aja, sampe pagi dah lo liatin nanti. Ke bawah yok, ada temen nyokap bokap lo," Ujar Nara dan akhirnya Zaira mengangguk setuju.

Ineffable✔ [BELUM REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang