Nine

404 35 1
                                    

Happy reading..

Author POV

"Saf, gue balik ya! Nanti kalo revisian bab lo kelar, langsung email ke gue aja." ujar Zaira ketika mereka baru saja keluar dari ruang guru, sehabis konsultasi laporan PKL.

"Iya Za, ntar gue kirim kalo udah. Dokumentasi nanti dikirim sama Vio atau Putri secepetnya." balas Safira.

"Iya, si Gita ntar tinggal suruh cari percetakan aja buat jilid hardcover. Lusa laporan kita kelar, H-7 pindah lokasi kita udah mulai nyusun untuk bulan depan." jelas Zaira lagi dan diangguki oleh Safira.

"lo dijemput Darren?" tanya Zaira kepada Safira.

"Iya, tuh udah nunggu di gerbang depan." balasnya.

"Yaudah, gue duluan kalo gitu."

"Hati - hati Za, helm lo kancingin, jaket pake, sarung tangan, jangan ngebut!" pesan Safira dan dibalas ejekan oleh Zaira sambil meniru artikulasi kata - katanya.

"Kabarin gue kalo udah sampe, jangan cemberut mulu si! Mana Zaira yang cerewet!" ujar Safira menarik pipi Zaira keras lalu berlari sebelum dilempar helm oleh Zaira.

Zaira menjalankan motor matic nya setelah menggunakan atribut berkendara.

"Huh, jadi inget lagi!" Zaira menghela nafas.

Sepanjang perjalanan Zaira tidak terlalu fokus karena pikirannya berkelana kemana - mana.

Terlebih ada satu hal yang sangat menyita pikirannya hari ini, sampai ia hampir saja salah memberikan obat kepada pasien.

Abi. Abiyaksa Al - Fatih.

Sosok itu yang menyita pikiran Zaira.

Sekelebat kejadian di kantin, ketika dia melihat Abi bersama wanita itu, meninggalkan bekas di hati Zaira.

Siapa? Apa hubungan mereka? Abi pun tidak membalas pesan jawaban dari Zaira yang terakhir kali.

Braaaakk!

Kejadiannya sangat singkat. Secepat itu, karena Zaira melamun selagi berkendara motor yang dikendarainya menabrak trotoar. Membuat Zaira terpental beberapa meter dari motornya.

Untungnya, ia terpental ke arah pinggir jalan, bukan ke arah jalan raya yang sedang ramai sore ini.

Motornya mengenaskan, Zaira tak kalah kacau, orang yang berada di sekitar tempat itu langsung berusaha membantu Zaira.

"Dek? Masih sadar?" orang itu mencoba membuka helm Zaira dan masker yang menutupi mulutnya.

Zaira yang setengah sadar hanya melenguh ketika dia merasakan sakit di sekujur tubuhnya.

"Hggg, Ma... Ma.." hanya kata itu yang mampu terucap dari Zaira.

Orang - orang yang cukup panik segera menelfon ambulans dn mencari ponsel milik Zaira untuk mengabari pihak keluarga.

Di lain tempat

"Bi? Lo kenapa si belingsatan banget?" tanya Rion yang sudah pusing melihat tingkah Abi hari ini.

"Ha? Gue lagi nyari pena!" jawab Abi yang jelas - jelas pena ada di tangan kanannya.

"Tuh di tangan kanan lo? Kalo bukan pena apa? Maskara?" balas Rion sambil tertawa.

"Sumpah gue ga tahan lagi, gue ke bawah sebentar!" tukas Abi kemudian keluar ruangan menuju infar di lantai bawah.

Sesampainya disana, Abi bingung untuk menemui siapa. Lebih tepatnya, siapa yang bisa ia tanya mengenai Zaira.

Ineffable✔ [BELUM REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang