Two

755 52 2
                                    

Abi POV

Selama hampir dua jam ada di ruang seminar, kornea gue selalu ngelirik ke arah cewe itu.

Entah kenapa, rasanya gue makin kagum aja. Ternyata bukan sekedar cantik, tapi cerdas juga.

Setiap pemateri ngelempar pertanyaan tentang undang - undang kesehatan, protokol kesehatan, si cewe ini pasti selalu angkat tangan buat bantu jawab.

Dari cara dia jawab pun bagus banget, kata - kata yang dibicarain kayak udah disusun epik dulu.

"Nah, terkhusus untuk instalasi farmasi, ada undang - undang yang mengatur tentang penggolongan obat narkotika dan psikotropika. Sudah dibekali dari institusi masing - masing, kan?" tanya pematerinya.

Dan semua balas dengan anggukan kepala, termasuk gue.

"ada yang bisa bantu jelaskan? Siapa tau lupa" katanya lagi memancing peserta biar mau speak up.

Oke, gue cuma perlu ngehitung 1 sampai 3,

1

2

3

Bener aja, cewe itu angkat tangan lagi. Entah semua orang di ruangan ini pada lupa atau ga berani ngomong, gue juga ga tau. Kalau gue sendiri, emang nungguin dia buat angkat tangan, dan dengerin suara lembut nya itu.

"iya, anak SMF lagi - lagi. Ayo coba nak dijelasin, kenalin namanya dulu ya" kata ibu pemateri yang kayanya juga seneng sama anak ini.

"terima kasih bu atas kesempatannya, perkenalkan saya Zaira Dhiya Ulhaq dari SMK Farmasi, undang - undang yang mengatur tentang narkotika itu sendiri adalah UU No. 36 Tahun 2009, sedangkan psikotropika ada pada UU No. 5 Tahun 1997. Kedua jenis golongan obat ini, tidak boleh diberikan secara sembarangan kepada pasien. Apalagi jika seorang pasien mau membeli obatnya tanpa disertai resep dokter. Untuk apoteker sendiri, akan melakukan pelaporan terhadap penggunaan narkotika dan psikotropika setiap 1 bulan sekali, tepatnya 10 hari di awal bulan. Mungkin itu saja penjelasan singkat dari saya, mohon maaf bila ada kekurangan dalam penjelasan yang saya berikan, terima kasih." kata Zaira, iya sekarang gue udah tau namanya.

Kenapa ga dari tadi aja lu perkenalan diri :')

Lagi - lagi semua orang tepuk tangan karena penjelasannya, menurut gue juga udah rampung yang dia jelasin.

"Lo merhatiin ga dari tadi?" itu Rion, temen satu stase gue. Dia senggol bahu gue yang lagi enak - enak merhatiin si Zaira.

"ya iyalah, emangnya lo?" kata gue terus lanjut merhatiin slide di depan.

"bukannya lo dari tadi merhatiin itu cewe mulu?" tanya Rion lagi.

"Cantik juga si," sambungnya lagi dan gue pelototi dia.

"awas aja lo main embat." ujar gue.

"ampun mas bro, belum kenal juga udah dipaten-in segala." katanya lagi, terus kita mesem - mesem ga jelas karena ga mungkin ketawa sekarang.

Eh, sejak tadi gue ngeliatin Zaira, dia balik liatin gue dong sambil bingung gitu mukanya.

Zaira POV

Dari tadi sebenernya gue udah ngerasa kayak lagi diperhatiin terus. Tapi bodo amat lah, siapapun itu.

Gue asik banget dari tadi nungguin pemateri ngelempar pertanyaan. Kalau tau ya gue angkat tangan, sekalian ngelatih public speaking biar ga keder.

"Za, lu liat arah jam 11 deh." bisik Nara ke gue yang masih sibuk dengerin pemateri. Dari tadi nih anak ga berhenti ngajakin gue ngobrol.

Akhirnya gue turutin tuh kata si Nara, dan mata gue bertemu sama mata dokter yang tadi nolongin kita - kita buat sampe ke ruang seminar. Iya, Dokter Abiyaksa.

Ineffable✔ [BELUM REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang