"Talita rencana lu keren, liat mereka saling pisah," puji Sanita seraya terkekeh.
Talita menyilangkan kedua tangannya dengan tersenyum sinis dan bahagia melihat pemandangan persahabatan yang dengan sekejap ia bisa merusaknya.
"Kita gak perlu cape-cape ngelabrak mereka lagi," ucap Mega yang di sambut gelakan tawa dari Talita dan kedua teman yang lainnya.
Pandangan Talita tetap lurus ke depan, melihat pemandangan yang tidak pernah ia pikirkan sebelumnya. Talita dengan sangat jelas melihat Fatma yang enggan mendengarkan penjelasan dari sahabatnya sendiri. Sasarannya kali ini sangat benar, memanfaatkan kepolosan Fatma untuk menghancurkan persahabatan mereka.
"Dengan begini, gua bisa deketin Alvian semau gua tanpa ada yang ngehalangin gua lagi," kata Talita dengan menarik sudut bibir kanannya.
"Hebat lu, Ta," jawab Sanita dengan menepuk pundak Talita pelan.
Talita terkekeh dan melirik teman-temannya. "Cabut yu!" ajak Talita.
Talita dan ketiga temannya berlalu pergi setelah puas melihat pemandangan di pagi hari yang membuat mata dan hati mereka gembira ketika melihatnya. Namun, tanpa Talita sadari, seseorang dibelakangnya memperhatikannya dan mendengarkan semua percakapannya.
Alince menatap sekilas Kenneth lalu pergi meninggalkan Kenneth sendirian.
"Lin, tunggu," ujar Kenneth berhasil membuat Alince terhenti.
"Apa?" tanya Alince singkat.
"Yang kemaren ...." Kenneth menggantung ucapannya.
"Udahlah gua udah tau semuanya, Ka," kata Alince menatap penuh kekesalan ke arah Kenneth.
"Kaka cuma jadikan gua pelampiasan, gua nyesel banget pernah ketemu lu, Ka!" hardik Alince mengeluarkan semua yang ia pendam dari kemarin.
"Ngga gitu, Lin." Kenneth berusaha membuat Alince mengerti.
"Udah Ka, cukup! Gua cape, gua gak mau lagi terjatuh ke dalam lubang yang sama."
"Gua benci sama Lu, Ka!" Alince menekankan setiap kata yang ia katakan.
Setelah mengucapkan itu Alince berlari seraya meneteskan air mata yang sedari tadi ia tahan.
"Tapi, gua udah nyaman sama Lu!" teriakan Kenneth mampu membuat Alince terhenti berlari.
"Gua gak ada niat buat jadikan lu pelampiasan Lin, gua udah sayang sama Lu!" teriak Kenneth jujur seraya pokus menatap tubuh Alince yang kini membelakanginya.
"Gua mau kita lebih deket lagi!" Perkataan Kenneth kali ini membuat dada Alince semakin sesak.
'Sebenarnya mau Lu apa sih Ka?' batin Alince berkata.
"Cukup! Jangan pernah cariin atau ketemu gua lagi, Ka!" Alince berlari meninggalkan Kennet dengan air mata. Ia tidak mau Kenneth melihat air matanya, Alince tidak mau Kenneth semakin bertingkah seenaknya karna melihat Alince lemah, iya itulah yang Alince pikirkan.
"Alince!" Kenneth mengacak-acak rambutnya frustasi.
Di sisi lain Resha terlihat lesu tidak bersemangat, kedua tangannya yang memegang tali tasnya dengan wajah yang menunduk. Resha sedikit menghentakkan langkah kakinya dengan menghembuskan nafas beratnya beberapa kali, memaksaan dirinya untuk masuk sekolah hari ini.
"Echa!" panggil seseorang yang berhasil membuat Resha menengadahkan kepalanya.
"Galih, bikin kaget aja," ucap Resha dengan menghembuskan nafas beratnya.
Galih merasa khawatir dan kasian melihat sikap Resha yang jauh dari kata ceria seperti biasanya.
"Gua ada sesuatu, dan ini menyangkut pertemanan lu Cha."
KAMU SEDANG MEMBACA
SAHABAT HIJRAH
Teen Fiction"Kita ini apa? Friendship atau Friendzone? Katanya temen, tapi kadang mesranya berlebihan." -Alince Kaylee "Jika kamu digariskan bukan untuk ku, lantas untuk apa kita dipertemukan? Jika menurutmu pertemuan hanya sebuah kebetulan. Lantas mengapa aku...