Epilog

5.3K 623 265
                                    

Dua tahun kemudian

"HUWEEE MAMAA!! HUWEEE...."

Bocah berumur sepuluh tahun itu terkejut saat anak kecil; lebih tepatnya adalah adiknya yang belum genap dua tahun di hadapannya ini menangis. Karena panik, ia berusaha menarik perhatian adiknya agar tidak lagi menangis namun usahanya sia-sia. Adiknya masih saja menangis bahkan sekarang lebih histeris.

Yang lebih tua semakin panik saat mendengar suara ibunya dari dapur yang memanggil-manggil namanya. Ia berusaha untuk membuat adiknya diam tapi masih tidak berhasil.

"San, ya ampun adeknya diapain?"

San; bocah berumur sepuluh tahun itu memasang raut wajah bersalah. Kini ia menunduk. Tidak ada perkataan apapun dari mulutnya.

Seonghwa yang masih menggunakan apron karena sedang memasak langsung menggendong Jongho; anak keduanya. Ia memandang San meminta penjelasan tetapi anak itu masih menunduk, mungkin takut dimarahi Seonghwa.

San merasakan kepalanya dielus dengan lembut. Ia mendongakkan kepalanya dan menatap Seonghwa yang saat ini tersenyum kepadanya. "Ga papa, mama ga akan marah sama kamu. Emang kamu ngelakuin apa sampe Hoho nangis hmm?" Tanya Seonghwa

Bibir San melengkung kebawah. "Hoho sangat menggemaskan. Pipi nya yang tembam seolah melambai ingin minta dicubit. San refleks mencubit pipinya dan mungkin itu terlalu kuat." Jelasnya

Di dalam hati Seonghwa tertawa. Apa yang di katakan San benar adanya. Pipi Jongho begitu chubby dan ia pun sangat menggemaskan. Tetapi Jongho tidak begitu suka jika pipinya disentuh. Ia akan memberontak dan berakhir dengan menangis kencang.

"Oh gitu. Ga papa kok San. Kamu tau sendiri Jongho kan ga suka dipegang pipinya. Jadi, mungkin dia nangis karena ga mau dipegang San, bukan karena sakit dicubit."

"Benarkah?"

Seonghwa mengangguk kemudian menepuk bahu Jongho agar anak itu melihatnya. Tepat setelah beberapa kali di tepuk Jongho menegakkan badannya yang masih berada di dalam gendongan Seonghwa. "Tuh liat, udah ga nangis lagi adeknya." Ujar Seonghwa

Jongho mengerjapkan matanya yang masih sedikit berair. Ia menatap Seonghwa dan San secara bergantian. Agak lama ia menatap San sebelum akhirnya ia mengulurkan tangannya pada San.

"Ndong." Ujarnya

Seonghwa tersenyum lalu mengusap kepala. "Nih Hoho minta di gendong San. Gendong dulu ya, mama lagi masak." Ujar Seonghwa

San mengangguk lalu mengambil alih agar ia menggendong adiknya. Jongho langsung memeluk San menempelkan pipi nya di bahu San. Setelah memberikan Jongho kepada San, Seonghwa kembali ke dapur. Rupanya San mengikuti Seonghwa. Kini San berada di pintu dapur sedang melihat ibunya memasak.

Jongho juga ikut melihat Seonghwa. Tapi tiba-tiba ia merasa lapar. "Maa, mau mam." (Ma, mau makan)

"Sebentar ya sayang, belum mateng."

Jongho memberontak di gendongan San membuat San hampir kewalahan. "Mau mam! Mau mam!" Ujarnya

Seonghwa kebingungan, ia tidak mungkin memberi anaknya sayuran mentah. Seonghwa memutar otaknya dengan cepat. Ah dia teringat sesuatu.

"Hoho, liat mama punya apa."

Jongho berhenti memberontak di gendongan San. Perhatiannya kini teralihkan dan sudah sepenuhnya menatap Seonghwa yang baru saja menutup lemari. Kini Seonghwa berjalan mendekatinya.

"Tadaaa." Seonghwa menunjukkan sebuah toples yang baru saja ia ambil.

Jongho tersenyum cerah. "Tutis!" (Cookies) Pekiknya semangat. Ia mengulurkan tangannya agar dapat mengambil toples di tangan ibunya.

The Secret of My Husband || JoongHwa ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang