3

4.4K 597 137
                                    

Gracia menghembuskan nafas kasar nya. Energinya terkuras habis gara-gara ulangan mendadak kali ini. Sejak tadi ia mengumpat dalam hati, memaki siapapun yang menjadi pencetus adanya ulangan atau ujian saat sekolah.

Tak cukup kah mereka menyiksa mata Gracia saat di haruskan membaca belasan buku yang berisi materi menyebalkan? atau tak puaskah mereka membuat otak Gracia pusing karena memikirkan soal-soal yang harus Gracia kerjakan?

Dan kenapa masih harus ada yang namanya ulangan? Cukup sudah!! Gracia muak!

Hal ini menjadi salah satu alasan kenapa Gracia tidak suka belajar dan lebih suka bersenang-senang dengan melakukan banyak hal yang ia suka. Sekalipun resiko nya harus menjadi langganan BK.

Sementara Shani Indira sejak tadi diam tanpa kata. Ia fokus memeriksa hasil ulangan nya. Shani tersenyum tipis. Sangat tipis, saat ia merasa yakin bahwa semua jawaban yang ia tulis sudah benar menurutnya.

Sesekali ekor mata nya melirik pada gadis yang terlihat sangat frustasi di sebelah nya. Dalam hati Shani merasa aneh, saat ia baru menyadari satu hal yang baru ia lihat selama ia berada dekat dengan Gracia. Wajah panik gadis bergigi gingsul ini terlihat sedikit menggemaskan dimata Shani. Hanya sedikit, karena selebih nya ia tetap sangat menyebalkan seperti sekarang ini.

"Loe sampe kapan mau diem kaya gitu?" tanya Gracia tak sabar. Ia ingin segera pulang dan merendam kepalanya di baskom berisi es batu, agar kepala nya yang kini terasa ber-asap, bisa kembali terasa dingin.

Shani mengerjap, sadar bahwa ia malah tenggelam dalam lamunan singkat. Ia segera berdiri untuk mengumpulkan kertas jawaban nya. Namun belum sempat Shani berjalan, tangan nya di cekal oleh Gracia.

"Titip. gue males banget ke depan"

Shani hanya mengangguk, tak ingin berdebat apapun yang malah akan menghabiskan energi nya. Segera ia menarik kertas dari tangan Gracia lalu berjalan menuju bangku guru dan memberikan kertas jawaban mereka.

Bel tanda pulang sekolah akhirnya berbunyi, terdengar sorakan dari berbagai sisi, sorakan dari beberapa siswa siswi yang senang karena jam pelajaran terakhir telah usai.

Namun berbeda dengan Gracia. Sepertinya energi gadis ini benar-benar habis, jangan kan untuk bersorak gembira, untuk merapikan peralatan sekolahnya saja ia merasa tidak mampu.

Sang guru pamit, di susul para murid yang langsung berhamburan keluar kelas.

Dengan gerakan perlahan Gracia memasukkan satu persatu peralatan nya kedalam tas, hal itu tak luput dari pengawasan Shani. Kembali Shani tertawa dalam hati, membayangkan bagaimana jika seandainya setiap hari diadakan ulangan mendadak, sudah Shani pastikan Gracia akan lemas atau mungkin bisa saja pingsan di tempat.

"Jangan pulang dulu, ada materi yang mau gue jelasin sama loe"

Sontak kepala Gracia menoleh, ia mendengus sambil melayangkan tatapan tajam pada Shani.

"Loe gak liat gue udah kekurangan banyak energi gara-gara ulangan barusan?" Tanya Gracia kesal "Dan loe masih mau nambahin materi lagi?" lanjutnya membuat Shani menoleh lalu mengangguk.

"Loe bunuh aja gue sekalian anjir!!" teriak Gracia diakhir kalimat "Kasih gue waktu buat nafas bentar! jangan sampe gue mati muda gara-gara tugas gak guna kaya gini!"

Gracia berdiri sekali gerakan, meraih tas sekolah nya dengan kasar.

Sementara Anin dan Sisca sudah bersiap untuk membela Gracia, jika Gracia butuh bantuan untuk menghadapi Shani.

Shani menoleh, sedikit mendongak menatap wajah Gracia tanpa ekspresi.

"Tugas gue ngajarin loe sampe loe bisa. Semakin loe sering belajar, semakin cepat nilai loe membaik, semakin cepat juga loe bisa lepas dari gue"

One Hundred DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang