6

3.7K 492 72
                                    

Story by

thothor_DNNK X -Nubivagant-

















Hari ke lima, bulan ke dua Shani mementori Gracia. Kesabaran Shani semakin terlatih. Ditambah belakangan ini Gracia menjadi aneh. Entah karena alasan apa, Gracia sekarang sering kali sengaja datang ke sekolah pagi pagi tanpa sarapan terlebih dahulu. Lalu sengaja membawa roti isi keju, kemudian menyerahkannya pada Shani. Sudah bisa kalian tebak apa maksudnya?

Ya.. dia minta di suapi oleh Shani.

Hal ini dilakukan pagi pagi agar sahabat sahabatnya tidak mengetahui keanehan Gracia itu.

"Tugas yang kemarin gue kasih, udah selesai lo kerjain?" tanya Shani pada Gracia sembari tetap menyuapi gadis itu sarapan.

"Uhah hemuah haniiiihh" jawab Gracia dengan pipi yang masih menggembung, mengunyah makanan.

"Telen dulu. Keselek baru tau rasa."

Tak berujar lagi, Gracia mengangguk patuh. Menelan banyak banyak roti yang ada dalam mulut, lalu mendorongnya masuk dengan sekotak susu rasa coklat dalam genggaman.

"Udah semua, Shani." ulangnya.

Shani tersenyum manis, mengacak rambut Gracia yang membuat gadis mungil itu kesal karena rambutnya berantakan. Dua bungkus roti sudah habis tak tersisa oleh Gracia.

"Good girl"

"Lo kira gue guguk, lo gituin?!" protesnya.

Hal itu malah membuat Shani terkekeh, "Terus mau di gimanain?"

Gracia mengedarkan pandangannya ke segala arah. Memang di kelas itu hanya baru ada mereka berdua.

"Mau hug." pintanya dengan menampilkan puppy eyes yang entah kapan bisa mampir ke pribadi Gracia.

"U-uh?" tanya Shani bingung untuk memastikan jika dirinya tak salah dengar.

"Gue mau hug, Shani!" lagi, dengan suara yang naik satu oktaf.

Gadis itu tersenyum tipis, lalu menarik Gracia untuk bisa ia rengkuh merengkuhnya.

Mood yang luar biasa baik, dirasakan oleh Gracia. Terlepas dari yang sebenarnya dia badmood sejak semalam karena bertengkar hebat dengan Revan, semua hilang hanya dengan pelukan dari Shani. Rasa tenang kembali menggerayang kala aroma itu bisa kembali ia hirup.

"Gue bangga sama lo, soalnya lo mulai berub-"

Belum juga Shani menyelesaikan pujiannya terhadap Gracia, tangan gadis itu sudah lebih dulu mengunci bibir Shani dengan tangannya.

"Please, buat kali ini jangan bubarin moment. Kasian lo nanti di balain pembaca gegara kelakuan author yang nyuruh lo ngebala"


(kenapa jadi gue sih?!!!!)



Shani hanya bisa mengangguk.

"Ekhem!!"



(bukan kelakuan gue tuh!!!)





Deheman itu membuat keduanya sempat terperanjat. Membuat Gracia cepat cepat melepaskan pelukannya. Melihat sosok yang berdiri di bibir pintu, tepat di balik punggung Shani yang masih memeluknya sedikit erat.

"Revan?" ucapnya lirih sedikit takut karena raut wajahnya yang sudah tak keruan untuk dipandang. Shani yang tak paham apa yang terjadi, memilih untuk acuh.

One Hundred DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang