Seorang gadis Cantik pemilik wajah samping yang mempesona, terlihat gusar di atas tempat tidurnya. Sejak tadi ia hanya berguling ke sana kemari. Terhitung sudah hampir empat jam ia berusaha memejamkan kedua matanya. Namun, tetap saja tak bisa.
Rasa rasanya ada yang mengganggu fikirannya. Empat jam sudah. Tapi fikiran itu tak sedikit pun pergi dari otaknya.
"Ck!! Gue kenapa sih?!" Ia berdecak kesal. Beberapa kali menggigit guling tak berdosa guna meluapkan kekesalan nya.
"Cuma gara-gara hal gitu doang, lemah banget!" lanjut nya kesal sambil menatap langit-langit kamar."Gak cukup apa ya, dia gentayangin hidup gue di sekolah aja! Gak usah ikut gentayangan di fikiran gue juga kali!!" monolognya dengan angin di sekitaran ranjangnya. Beberapa kali ia mengacak rambutnya, guna menghilangkan sosok yang kini membayang di kepalanya.
Masih dengan mode kesal ia menggerutu, namun sedetik kemudian sudut bibir nya terangkat, tersenyum hangat saat mengingat kejadian yang cukup singkat.
Hati nya sedikit terusik saat mengingat apa yang Shani lakukan padanya tadi. Padahal, Shani sekedar meminjamkan jaket padanya. Namun, kenapa hal itu malah membuat hati Gracia jadi tak karuan seperti sekarang?
Gracia kembali berusaha memejamkan kedua mata, berharap dia bisa terlelap mengingat waktu sudah menunjukkan pukul setengah satu dini hari.
"Astaga Shania Gracia!!!" Gracia melonjak, kembali membuka mata lalu merubah posisinya menjadi duduk. Kembali meremas kasar rambut nya, tak peduli jika acak-acakan dan malah mirip singa.
"Inget! Dia itu cuma hantu sekolah yang hobi nya gentayangin lo, Gracia!! Dia cuma bisa ngerecokin hidup lo doang!! Bikin lo pusing sama materi yang selalu dia kasih, bikin mual karena soal-soal di luar nalar, dan yang paling penting, yang harus lo inget Gracia. Shani itu gak penting buat di fikirin. Jadi daripada lo gila, mending lo tidur sekarang!!"
Setelah bermonolog cukup panjang, dan berusaha mensugesti diri sendiri, Gracia kembali menjatuhkan tubuh nya. Menarik kembali selimut yang rupanya sudah tersingkap, tak keruan bentuknya. Memejamkan mata, ia berusaha menghitung domba garut milik pak Edi, ketua RT kompleknya. Tapi, tak juga membantu.
Seperti mendapat doorprise, Gracia mengganti cara. Merubah domba yang baru sepertujuh dari seratus ekor yang ia hitung, menjadi kata kata ber magis yang diyakini bisa membuatnya tidur tenang untuk seminggu kedepan.
"Shani gak penting, Shani kang rusuh, Shani nyebelin, Shani hantu sekolah...." Kata kata itu lah yang terus saja Gracia rapalkan.
Cukup lama merapal, hingga akhirnya tak terdengar lagi gumaman dari Gracia.
Namun bukan nya tidur, Gracia malah kembali membuka mata, melirik cepat ke arah meja belajar nya. Dengan sekali gerakan ia bangun dan turun dari tempat tidur, meraih jaket Shani yang ia simpan di atas meja belajar nya sejak tadi.
Kembali menghirup aroma parfum Shani di jaket nya "Tapi lo wangi banget Shan, gimana cara nya gue buat ga kecanduan bau lo ini? Bau lo, ganggu banget." Gumam Gracia lalu berjalan ke arah tempat tidur. Membaringkan tubuh nya sambil memeluk jaket milik Shani, sesekali menghirup aroma yang menenangkan, hingga tak sadar akhirnya ia terlelap.
__
Hari ke delapan.
Matahari seperti nya tak berniat menunjukkan eksistensi, malas menatap gadis bergigi gingsul yang baru saja membuka kedua mata nya.
"Selamat pagi"
Sapa nya pada diri sendiri, tersenyum sambil memeluk sebuah jaket yang ia peluk dari dini hari hingga pagi.
Tak ada ekspresi kaget, atau panik yang ia tunjukkan, padahal saat ia terjaga waktu sudah menunjukkan pukul tujuh lewat tiga. Bahkan ia tak perduli suara mamanya yang masih betah mengomel dari lantai bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Hundred Days
Teen FictionMasih jadi bucin greshan Masih dengan genre yang sama Thothor X Minra!!