19

3.1K 446 94
                                    

Cuaca belakangan ini sangat tak mudah untuk ditebak walaupun teknologi sudah berkembang sebegitu pesatnya, perkiraan cuaca pun bisa melenceng dari ramalan awal. Begitu juga isi hati seorang manusia. Bahkan, secanggih dan sehebat apapun teknologi terbaru, tak ada satupun yang bisa memperkirakan suasana dan isi hati seseorang.

Kemungkinannya hanya dua, manusia yang bersangkutan dan Tuhan, cuma itu yang bisa mengira apa isi hati.

Pagi itu, seperti hari kemarin, wajah yang biasa cerah, kini mendung. Rona cantiknya berubah sendu dan sembab. Dua hari sudah, kedua mata lentik itu tampak merah dan bengkak. Tak ada sedikitpun senyum yang terbit dari kedua sudut bibirnya. Pemandangan yang terlihat jomplang karena selama tiga bulan kebelakang, esem'an manis selalu terukir di wajah nya. Namun, kini redup bahkan hilang. Berganti dengan gurat gurat kesedihan yang semakin menyiksa setiap detik nya.

Tiga serangkai kesayangannya, tak ada satupun yang bisa mengembalikan senyum manis gadis itu walaupun mereka sudah berusaha semampunya. Namun, itu hanya akan dibalas senyum tipis sebagai bentuk apresiasi atas usaha ketiga sahabatnya itu menghibur dirinya. Sungguh, tak ada alasan yang bisa membuatnya tersenyum, sekalipun itu tingkah konyol dari para teman terdekatnya.

Kosong dan sepi, adalah temannya saat ini. Berkali kali ia mengalihkan pandang pada kursi tak bertuan disebelahnya. Memastikan dan meyakinkan jika memang tak ada manusia yang duduk disebelahnya. Sudah dua hari pula, tablemate nya tak lagi menampakan batang hidung. Bahkan di kelas sebelah yang notabene adalah kelasnya yang sebenar benarnya, tak ada tanda jika ia ada di dalam sana. Ia hanya melihat Jinan yang tampak sibuk dengan kegiatan OSISnya, tapi tidak dengan sahabat sang sekretaris OSIS itu.

Ia benar benar menghilang, tepat setelah kejadian itu. Ia tak lagi bisa merasakan jika Shani ada dalam radarnya. Shani Indira, tak lagi terdeteksi hadirnya.

Rasa bencinya pada Shani tempo hari mendadak tinggi karena ucapan Revan. Laki laki yang hampir saja melecehkannya itu datang menemuinya yang sedang menunggu Shani di koridor dekat kantin. Janjian setelah selesai dari kantor kepala sekolah, mereka akan makan bakso langganan Shani yang katanya paling enak seantero negeri. Alih alih menakuti Gracia, Revan berkali kali meminta pengampunan karena telah melakukan hal yang tak sepatutnya padanya. Dan dengan sedikit ragu, Gracia memaafkan Revan.

Tepat saat mereka berbincang canggung Revan memberi taunya tentang Shani yang memanfaatkannya. Pada mulanya, Gracia tak percaya, bahkan mereka sempat berdebat hebat karena itu. Namun, melihat bukti yang Revan berikan padanya, membuatnya kecewa pada sosok yang selama ini ia kira baik dan tulus padanya. Ia merubah haluan pada akhirnya. Tanpa pikir panjang, ia tergesa untuk melabrak Shani.

Dan seperti yang sudah kalian tau apa yang terjadi selanjutnya. Gracia menampar Shani, bahkan menyuruh Shani untuk hengkang dari hadapannya.

Selepas itu, Gracia jauh dari kata baik baik saja, ia jatuh terisak dalam pelukan Anin dan Sisca, sepeninggal Shani. Tangisan itu bahkan membuat sang kepala sekolah keluar dari ruangannya karena melihat banyaknya siswa dan siswi yang bergerak menuju titik yang sama. Menuju Gracia yang tengah meraungkan tangisnya.

Sang kepala sekolah bahkan harus turun tangan menenangkan Gracia dari tangisnya. Selaku ibu kandungnya, ia bahkan tak pernah melihat putri semata wayangnya itu menangis sampai sesenggukan begitu. Sekalipun, ia menangis karena marah ataupun kecewa padanya atau sang papa karena jarang punya waktu sebab terlalu sibuk bekerja. Hal itu membuat gadis yang masih terisak pelan dalam pelukan sang ibu di ruang kerja miliknya, berubah.

Anak itu bahkan sudah terabai sejak ia masih kecil. Kejadian yang menjadi sesal untuk Shania Melody Irene dan suaminya, Theo Gamma sang pengusaha textile terkemuka. Mereka berdua diam diam sering kali memantau aktivitas Gracia lewat cctv rumah. Dan mereka akhirnya menyadari jika Gracia butuh arahan, perhatian dan kasih sayang.

One Hundred DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang