t i g a p u l u h .

4.7K 445 170
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




─── [ 🍰 ] ───

Helaan napas panjangnya terus terdengar. Matanya memandang jalanan dengan kendaraan yang berlalu-lalang. Keningnya mengerut bingung, memandang penuh kecewa pada jam di layar ponselnya. Sudah jam segini, bus yang akan mengantarkannya pulang sudah selesai beroperasi untuk hari ini. Ia terlambat.

Gadis itu─Soodam, merutuki dirinya sendiri karena terlalu asik bermain bersama Yeri, di rumah gadis itu dan alhasil, ia terlambat untuk menaiki bus.

"Terus, gimana? Uang aku nggak cukup buat naik taksi!" gumamnya frustasi. Uang yang ia bawa benar-benar hanya tersisa untuk naik bus.

"Naik apa, dong, aku? Masa jalan kaki? Jauh banget!" Ia menyeru. Jarak antara rumah Yeji dan Yeonjun cukup jauh, bisa-bisa ia tak lagi dapat berjalan ketika sampai.

Soodam kemudian terdiam, memandang sendu jalanan di hadapannya. Otaknya berputar, memikirkan bagaimana cara untuk pulang.

"Yeonjun?" Matanya mengejap beberapa kali, tubuhnya sontak berubah tegak. "Oh, iyaa! Yeonjun! Aku minta jemput dia aja!" serunya antusias. Benar, ada Yeonjun, ia bisa meminta jemputan laki-laki itu.

Segera, Soodam kembali menyalakan ponselnya untuk bisa menelepon Yeonjun dan memintanya untuk menjemput. "Nah, Yeonjun. Dia pasti mau jemput aku, nggak bakalan nolak," gumamnya yakin, sembari mencari kontak Yeonjun di ponselnya.

Namun, baru saja ia akan menelepon Yeonjun, oranglain justru menelponnya lebih dahulu. Soodam sontak terdiam kaku melihat nama di layar ponselnya. Jantungnya berdebar kencang, tubuhnya gemetar takut.

"P-papa?"

Benar, papanya menelponnya dengan nomor baru yang telah Soodam simpan beberapa hari lalu. Artinya, ia pernah berbicara dengan sang Papa sebelum ini, tentunya setelah ia berada di rumah Yeonjun dan Yeji.

Beberapa hari lalu, sang Papa tiba-tiba mendatanginya saat ia duduk sendirian di restoran ramyeon kecil. Soodam hendak pergi saat itu juga, tetapi ditahan. Akhirnya, mereka berdua mengobrol. Soodam dengan ketakutannya dan sang Papa, dengan raut gembira beserta pembicaraan yang mengarah kepada penjualannya.

"H-halo, Pa?" Dengan ketakutan, Soodam mendekatkan ponsel ke telinga kirinya.

"Halo, Soodam, anak Papa." Di seberang sana, Papa Soodam membalas begitu lembut. Benar-benar jauh dari saat pria itu memaksanya untuk menikah dengan om-om kaya-raya.

"Anak Papa lagi ngapain?"

"Oh, ini..., aku lagi mau pulang."

"Pulang? Habis ke mana?"

"Habis─tadi habis main s-sama temen." Soodam membalas sedikit tergagap. Masih ada rasa takut di benaknya.

"Oh, gitu. Mmm, kamu ke sini bisa, nggak? Ke apartemen Papa di Seoul."

Perjodohan Tak Terduga「 ✓ 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang