d e l a p a n .

5.5K 570 109
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





─── [ 🍰 ] ───

Beberapa menit perjalanan, keduanya akhirnya sampai di salah satu pusat perbelanjaan yang berada di kota.

Pusat perbelanjaan terlihat masih sepi sebab mereka baru saja membuka pusat perbelanjaan itu. Jadi bisa di katakan Yeonjun dan Yeji sedikit terlalu pagi.

"Jadi?" tanya Yeonjun.

"Gue sih, penginnya shopping sama beli Boba!" jawab Yeji antusias.

"Hm, makan dulu."

"Eh, iya, makan. Kita belum sarapan kan, ya."

Selepas perbincangan singkat itu, keduanya memutuskan untuk mengisi perutnya di salah satu restoran di sana.

"Udah, kak. Itu aja," ucap Yeji, merasa semua yang ingin di pesan sudah tercatat di kertas pesanan.

"Sudah pesanannya?" tanya pelayan sembari mencatat pesanan mereka.

Yeonjun mengangguk sedikit menyunggingkan senyum, "Iya, sudah."

Sang pelayan balas tersenyum. Selain pada kertas pesanan, sedari tadi ia memusatkan pandangannya pada Yeonjun.

Ah, rasanya sangat menyenangkan melihat orang tampan.

Gadis Hwang berdecak selepas pelayan menjauh. "Liatin si ketos mulu, etdah," gumamnya.

"Eh, ketos."

"Hm."

"Mau buat perjanjian nggak?"

Keningnya mengkerut, Yeonjun memandang bingung gadis yang ada di hadapannya, "Perjanjian apa?"

"Perjanjian pernikahan, kayak─"

"Nggak."

Netranya membola, memandang si tinggal Choi tak percaya. Yeji berkacak pinggang, "Gue bahkan belum ngejelasin!"

Bola matanya berotasi, Yeonjun memandang ke arah lain acuh. "Tinggal jalanin aja ribet banget pake perjanjian."

"Ya biar lo nggak kelewat batas!" serunya kesal.

Mendengarnya Yeonjun sontak menoleh, netranya beralih menatap gadis yang berstatus sebagai istrinya, "Batas?"

"Iya lah, batas. Kayak, lo nggak boleh sampe nyium gue, meluk gue dan─ lain-lain, pokoknya yang kelewat batas," jelasnya.

"Bukannya yang kayak gitu wajar buat suami istri? Bahkan yang pacaran aja biasa." Ucapan si gadis Hwang terdengar aneh di telinganya.

Yeji sontak membelalak, "Ya nggak, lah! Beda! Kita nikah karena perjodohan, ya!"

"Serah lo."

Yeji mendengus, laki-laki yang ada di hadapannya ini sungguh menyebalkan.

"Oh, iya. Abis ini shopping, kan?" tanya Yeji tiba-tiba dengan nada antusias.

Perjodohan Tak Terduga「 ✓ 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang