Chapter 17 : Uchiha Obito

708 65 7
                                    



Just a Madara Doll




Sehari yang lalu sejak kekalahan Akatsuki, seorang pria yang diyakini oleh Rin sebagai Uchiha Obito sedang diintrogasi oleh beberapa suruhan Tsunade. Pria jabrik itu menjawab semuanya dengan jujur, Ia juga menjelaskan bahwa dirinya hanya dimanfaatkan saja dan Zetsu adalah pengawasnya.

Pria itu juga membeberkan informasi bahwa Akatsuki menangkap bijuu untuk menjalankan projek Tsukuyomi. Ia juga membeberkan bahwa Ia adalah orang yang diselematkan Madara, hanya dimanfaatkan dan juga boneka nya.

"Aku sudah menjelaskan semuanya. Sekarang aku bukan bagian dari mereka." Ujar Obito. Ingin rasanya bertemu dengan wanita yang sudah melepaskannya dalam neraka. Rin, sejak Tsunade membawanya kesini, wanita itu bahkan belum melihat rupa wajahnya.

"Kita tidak bisa mempercayaimu begitu saja." Balas seorang bawahan Tsunade

Obito hanya diam saja. Orang suruhan Tsunade itu pun menatapnya sinis, sebelum akhirnya pergi menuju ruangan hokage untuk melaporkan apa yang sudah ia dapat.

Obito bisa saja kabur dari penjara menggunakan teleportasi, tapi ia tidak mau melakukannya. Dia ingin disini, bersama wanita itu.

Sementara itu diruangan hokage sudah ada para anbu yang akan melaporkan informasi yang baru saja ia dapatkan dari Obito. Kebetulan disana ada Kakashi dan Rin dengan Rin yang masih bersikukuh untuk menemui Tobi.

"Permisi, Hokage-sama. Saya ingin melaporkan pada anda bahwa pria bernama Tobi itu mengaku bahwa dirinya hanya dimanfaatkan oleh Uchiha Madara dan makhluk putih yang bernama Zetsu itu mengawasinya jadi-"

"Madara?" Kakashi berbisik, terkejut. Begitu juga dengan Rin yang menunjukkan ekspresi keterkejutan.

Pria anbu menoleh pada Kakashi sekilas, lal pandangannya kembali pada Tsunade. "Sampai mana tadi..?" Gumamnya sedikit lupa.  "Ah, iya. Zetsu selalu mengawasinya jadi dia tidak bisa bertindak semaunya. Begitu katanya."

Tsunade mengangguk paham lalu menyuruh orang itu untuk melanjutkan kalimatnya, "Lalu?"

Si pria anbu terdiam sejenak. "Lalu.. Tujuan Akatsuki mengumpulkan semua biju.. untuk projek Tsukuyomi. Dia memberitahu kami kalau projek itu adalah mengumpulkan semua manusia dalam dunia mimpi."

"Tsunade-sama." Rin memanggil dengan tegas, "Aku ingin menemuinya sekarang juga." Ia melirik Kakashi sekilas, berharap lelaki itu membantunya.

"Kenapa kau mau menemuinya?" Tanya Tsunade balas dengan tegas.

Kakashi akhirnya menjawab, membuat Rin merasa terbantu, "Karena kami yakin, dia adalah teman kita dulu."

Tsunade menimbang-nimbang sebelum akhirnya menginjinkan mereka pergi menemui Obito. Tsunade hanya memberi waktu lima menit saja dan dalam waktu sesingkat itu, Kakashi dan Rin harus segera membantu Obito untuk memulihkan ingatannya.

"Dimana tempat laki-laki Akatsuki itu?" Tanya Rin pada para petugas

Obito dijaga ketat oleh para anbu. Sekitar dua puluh orang di bagian depan, dan tiga puluh orang lagi di dalam. Seorang anbu sempat bertanya-tanya dengan berbisik, namun karena salah satu rekannya yang sempat di ruangan Tsunade memberi isyarat bahwa mereka sudah mendapatkan ijin dari Hokage.

Mereka berdua akhirnya diperbolehkan masuk. Seketika langkah mereka berdua terhenti. Ekspresinya menunjukkan keterkejutan dengan mulut hampir menganga.

Benar apa yang Rin pikirkan selama ini. Uchiha Obito. Dia pria Akatsuki yang sempat mengincarnya.

Rin hampir terjatuh karena kakinya terlalu lemas mengetahui kenyataan. Ia senang sekali, tapi ia sedih mengetahui fakta bahwa Obito banyak melakukan hal-hal keji dengan menyamar menjadi Tobi. Dan mungkin, membunuh gurunya salah satunya.

Saat tubuh Rin hampir merosot ke tanah,  untungnya Kakashi menangkapnya dengan sigap. Mata hitam Kakashi tidak bisa berhenti menatap Obito. Ia masih tidak percaya apa yang terjadi pada temannya itu.

Disana mereka melihat kondisi Obito yang menyedihkan. Rin dan Kakashi melangkahkan kakinya semakin dekat, Pria jabrik bersurai hitam itu akhirnya menyadari kedatangan dua orang itu.

Rin menatapnya dengan pandangan yang Obito tidak mengerti. Pria Uchiha itu meraba pipinya dan mungkin ini yang membuat Rin tidak dapat mengalihkan pandangannya.

"Lukamu, sangat parah." Gumam Rin memulai percakapan, diliriknya Kakashi yang hanya diam saja. Pandangan pria itu masih lurus menatap Obito.

"Obito." Rin menyebut nama itu didepannya membuat Obito mengerjabkan matanya beberapa kali, "Lukamu sangat parah, Obito.."

Obito? Itu kah namanya? Nama yang selama ini dia cari? Rin, kenapa dia bisa tau? Apa benar gadis ini berhubungan dengan masa lalunya? Itulah sebabnya ia merasa aneh saat pertama kali melihatnya.

Rin tersenyum saat melihat Obito nampak berpikir. Mungkin pria itu sedang mengingat-ingat kembali memori tentang dirinya. 

"Kakashi," Rin menoleh pada rekannya, "Buka mata sharinganmu."

Tangan Kakashi sedikit mengangkat ikatan lambang Konoha di kepalanya untuk memperlihatkan sharingannya. Obito terkejut dan seolah dirinya masuk kedalam mata itu.

"Aku mendapatkan mata ini saat kau tertimpa batu, Obito. Kau mengatakan, ingin melihat masa depan dengan mata ini."

Tangan Obito terangkat, mulai menyentuh kepalanya yang lama-kelamaan menjadi cengkaraman hebat. Rin langsung panik dan sepertinya usaha kali ini belum berhasil. Obito memaksakan ingatannya.

"Obito! Sudah, sudah..." Rin ingin memeluknya, namun ada besi sialan yang mengahalangi itu.

Obito tidak berhenti, cengkaramannya semakin kuat dengan diiringi suara ringisan sakit yang menyayat hati Rin.  Membuat gadis ini menoleh kanan-kiri untuk meminta pertolongan.

"Rin, tenanglah." Ucap Kakashi, "Dia akan baik-baik saja. Tenanglah.."

Cengkaraman tangan di kepala Obito lama kelamaan lemas dan pria itu diam sejenak dengan matanya tertutup. Sepertinya ia sedang berusaha mengingat kejadian itu. Tangannya kembali memegang kepalanya.

"Kau tidak apa-apa?" Tanya Rin.

Obito mengangguk dan saat ia membuka matanya, ia tersenyum melihat Kakashi. Kakashi yang mengetahui apa maksud dibalik senyumnya sedikit tersentak. Namun ia sangat bahagia. "Hatake Kakashi, satu-satunya jounin di angkatan kami pada saat itu."

Rin menganga dengan senyum lebar. Ia ingin berteriak dan memeluk tubuh itu. Sudah lama sekali dia tidak melihat wajah meneduhkan pria itu. Rin sangat merindukannya, sangat.

Rin bahkan pernah bertanya-tanya bagaimana Obito jika masih hidup? Dan benar. Pertanyaan terjawab. Begini jika Obito masih hidup. Tubuhnya tinggi dengan wajah yang tampan walaupun luka itu menghalanginya. Tapi bagi Rin, Obito tetap tampan.

Pandangan Obito beralih pada Rin yang terlihat sangat bahagia. Lelaki itu menunjukkan senyum terbaiknya. Senyum yang selama ini hanya ditujukan pada Rin seorang.

Ia ingat. Rin, adalah wanita yang selalu ada untuknya. Selalu menemaninya saat ia sedang terluka. Berusaha membujuknya, memberi semangat dan wanita yang dicintainya dulu. Mungkin sekarang juga begitu. Memori tentang Rin begitu kuat, sampai-sampai ia tidak bisa menangkap wanita itu untuk Akatsuki.

"Nohara Rin."

Jantung Rin berdegup kencang mendengar suara berat Obito yang memanggil namanya dengan lembut. Rin memberanikan diri mengangkat kepalanya untuk menatap wajah Obito. Disaat itulah, Obito melihat segurat pipi yang memerah dan ia tersenyum melihat itu.

"Rin, kau adalah orang yang selalu ada untukku. Aku akan melindungi mu apapun yang terjadi."


 
_____

Vote comment and share

JUST A MADARA DOLL { Obito X Rin }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang