Chapter 26 : Persiapan

424 43 2
                                    




Just a Madara Doll

"Oh, ada Obito-sama."

Obito langsung menoleh dan kali ini ini ia yang mengerang malu, segera ia berdiri dan membungkuk hormat. "Panggil Obito saja, Ibu."

"Ah, urusan dengan Rin ya? Kalau begitu, aku akan tinggalkan kalian berdua."

Rin mengangguk sementara Obito seperti ingin mencegah. Kedua alis ibu Rin terangkat. "Ibu tidak apa-apa tetap di sini. Sebenarnya aku datang karena ada perlu dengan anda juga." Ucap Obito tiba-tiba, menarik seluruh perhatian.

Sekarang kedua orang berklan Nohara itu menatapnya bingung. Obito mengubah posisi duduknya agar terlihat lebih serius. Dan dia berkata dengan menatap lurus yang duduk di hadapannya.

"Aku meminta restu Ibu untuk menikahi putri anda."

Ruang tamu mendadak hening.

Rin merasa seperti baru saja dilontarkan dengan kencang oleh katapel raksasa sehingga membuatnya melambung tinggi ke angkasa. Tinggi sekali. Namun tiba-tiba dia tersadar bahwa ada daya gravitasi kuat yang akan membuat dirinya segera jatuh ke tanah. Rasanya pasti sakit.

Jika Rin sedang bermimpi, dia harus segera bangun sebelum tenggalam dalam alam semu.

"Aku mencintai Rin sepenuh hatiku." Tambah Obito, menatap lurus Nyonya Nohara tanpa sedikitpun keyakinannya tergoyahkan. Bahkan semua orang bisa melihat kesungguhannya dari sana.

Hati Rin bergetar lagi karenanya.

"Sejujurnya aku tidak bisa memutuskannya. Bagaimana Rin?"

Obito menatap dalam-dalam kedua bola mata wanita di hadapannya, yang juga balas menatapnya dengan sorot mata penuh kehangatan.

Rin tidak menyangka Obito berani melamar dirinya di depan Ibunya. Pipinya seketika memerah.

Rin menelan ludah, jantungnya berdetak tak karuan. Jika dia bisa berkaca saat ini, mungkin wajahnya sudah merona hebat. Gadis itu lalu melirik ke arah wanita paruh baya tersebut, Ibunya masih menatap Obito tak percaya.

Onyx  memandang gadis itu penuh harap sekaligus rasa penasaran. Obito telah menunjukkan keseriusannya, ingin membuat Rin hidup bahagia.

"Aku mau, Obito."

Mendengar jawaban Rin, mata Obito diliputi kebahagiaan. Tanpa disadari, semburat merah muncul dipipinya. Sementara wanita bersurai coklat disamping Rin ikut terkejut.

Ia lalu melihat putrinya masih menunduk malu "Kaa-san, setuju?" Tanya gadis itu yang masih menunduk

"Sejak kejadian itu, kau memang terlihat ceria. Tapi, perasaan seorang ibu selalu terhubung dengan anaknya. Kau tidak bisa membohongiku." Ujarnya sambil mengusap dengan pelan kepala gadis itu "Jadi, kaa-san akan menghargai keputusan mu. Karena aku ingin melihatmu bahagia. Obito laki-laki yang baik, ibu yakin kau bahagia bersamanya."

Gadis itu meneteskan air mata, dengan segera Rin mengusap air matanya "Arigatou..."

"Ya ampun, kau malah menangis." Balas sang ibu yang kemudian memeluk gadis itu sambil mengusap pelan punggungnya.

Rin melepaskan pelukannya perlahan. Gadis itu lalu melirik kearah Obito sambil tersenyum, "Kaa-san, kalau begitu Obito calon menantumu."

Ibu Rin mendengus, Ia lalu bangkit dari duduknya dan menghampiri Obito. Mata coklatnya menatap wajah tampan pria Uchiha itu "Obito, kau harus berjanji denganku. Kau harus membuat putriku bahagia"

"Pasti, Bu."

Mendengar jawaban Obito yang tak ada keraguan, wanita paruh baya itu lalu memeluknya. "Maaf jika dulu aku sempat tidak menyukaimu."

Obito membalas pelukannya, "Tidak apa-apa."

Obito melepaskan pelukannya lalu menghampiri Rin dan mengulurkan tangan, dengan segera Rin menerima uluran tangan pria itu.

"Ibu, bolehkah aku pinjam putrimu sebentar?"

"Dasar." Ibu Rin terkekeh pelan, "Jangan pulang malam-mala"

______


Hari demi hari berlalu, sekarang sudah sebulan lebih sejak hari itu. Obito selalu disibukkan dengan kegiatannya dan penduduk desa sudah mendengar kabar itu. Kabar bahwa Sang Hokage akan menikah dengan Rin.  Setengah dari mereka terkejut dan tak percaya.

Lalu muncul rumor bahwa Obito yang seorang mantan Akatsuki mungkin hanya ingin mengambil bijuu di dalam tubuh Rin. Ada yang mengatakan bahwa jika Obito akan menikahinya karena Rin adalah alat yang penting jika negara akan berperang.

"Aku pikir juga begitu.." Sahut penduduk desa berbisik di sebelah Rin yang sedang ingin fitting baju pengantin.

Obito yang mendengarnya langsung menoleh dan melihat kerahnya. Ibu-ibu tadi langsung menunduk dan segera pergi

"Aku harap kau tidak mendengarkan perkataan mereka."

Rin segera tersenyum, "Tidak.." Selanjutnya ia memilih gaun yang ditunjuknya. Setelah mencoba beberapa gaun, Rin akhirnya memilih gaun kesukaannya dan Obito menyetujuinya. Lalu karena Rin sudah lelah, juga hari mulai gelap, Obito mengantarkan Rin pulang.

Tok-tok

"Rin? Obito?"

Rin baru saja balik ke rumah, Ibunya cukup terkejut melihat Rin pucat. Ia kemudian menatap Obito serius.

"Apa dia sakit? Padahal tadi pagi dia baik-baik saja"

Obito menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal "Rin sepertinya kecapekan. Selama beberapa hari ini dia sibuk mempersiapkan pernikahan."

Ibu Rin menunjuk hidung mancung pria itu, "Pernikahan kalian bulan depan! Kau seharusnya menyuruh orang untuk mengurus! Bagaimana jika Rin jatuh sakit nanti?!"

Obito tersenyum lebar, "Aku tau, bisakah aku menjelaskan ini didalam?"

Rin mendengus, "Aku baik-baik saja, jangan khawatir."

"Ibu dengar kan? Dia selalu saja bilang 'aku baik-baik saja' membuat ku tak bisa menolak rayuannya"

Rin melirik Obito tajam "Aku memang baik-baik saja." Gadis itu mendengus kasar lalu menatap Ibunya "Sudahlah, kaa-san membiarkan kita berdua didepan pintu?"

Mereka bertiga pun masuk ke dalam dan duduk di ruang tamu.

"Jadi? Sampai dimana persiapannya?"

Obito langsung bersandar di sofa, cukup pegal hari ini. Setelah menyelesaikan tugas nya hingga ia tidak tidur, keesokan harinya ia langsung menemani Rin untuk mengurus urusan pernikahannya.

"Aku sudah menyewa wedding organizer, jadi jangan khawatir. Semuanya sudah diatur."

"Tapi Obito-kun-" Omongan Rin terpotong karena pria Uchiha itu mencubit pipinya pelan.

"Rin, aku akan mengurus semuanya." Ujarnya. Selang beberapa detik, Obito melirik wanita paruh baya itu lalu semburat merah muncul di pipinya karena malu, dengan segera Obito melepas cubitannya.

Obito lalu menarik nafas, "Aku dan Rin besok akan melakukan tes kesehatan. Setelah selesai, tinggal memeriksa apa ada yang kurang dari persiapannya atau tidak." Jelas Obito pada Ibu Rin

"Begitu ya.. kira-kira tinggal berapa persentase nya?"

"Aku rasa.. tiga puluh persen."

***

JUST A MADARA DOLL { Obito X Rin }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang