Bagian Satu

108K 5.7K 511
                                    

Suara gerasak-gerusuk di pagi hari sudah biasa di telinga para penghuni rumah ini.

Siapa lagi kalau bukan Abel? Penyebabnya! Iya gadis itu kelakuannya suka di luar nalar.

Bayangkan aja ini masih pagi masih jam enam! Tapi dia udah sibuk sendiri. Mencari keberadaan kaus kaki dan dasi yang entah digeletakkan di mana sama dia kemarin.

Kalau kalian tanya. Kenapa pagi-pagi dia udah rusuh mau berangkat sekolah? Jawabannya cuman satu simple. Dia sengaja setiap hari selalu duluan siap-siap. Bukan, bukan karena dia gak mau telat ke sekolah.

Tapi dia mau langsung ke rumah tetangganya yang di depan itu. Loh mau ngapain? Mau numpang sarapan di sana. Kok numpang? Emang gak mampu makan sendiri di rumahnya? Bukan gitu, mampu kok malah. Abel itu anak orang kaya masa iya gak mampu.

Cuman emang dia sengaja mau sarapan di sana biar bareng sama pujaan hatinya. Siapa? Tetangganya itu? Iya tetangganya.

Abel udah keluar dari rumahnya, dia langsung nyelonong aja masuk ke rumah tetangganya itu.

"Halo Tante Om, Abang ...." Abel berteriak layaknya di hutan. Gak sopan bangetkan main masuk rumah orang gitu aja? Eits, tenang dia udah biasa kok. Malah yang punya rumah gak mempermasalahkannya. Terkecuali cowok dingin yang sok jual mahal itu. Iya itu cowok yang dikejar terus sama Abel.

"Berisik, pengang nih kuping!" Cowok dingin itu langsung marah sambil memegangi telinganya.

Cowok itu bernama Kevin Prasetya. Cowok yang diidam-idamkan Abel. Padahal jika dilihat-lihat. Apa sih yang bikin Abel tertarik? Ganteng udah pasti. Cuman ya Kevin itu dingin cuek selalu ketus sama Abel. Tapi gak tahu kenapa Abel suka. Malah bikin tambah tertarik.

"Hehe, Abang aku kangen banget." Tanpa basa-basi Abel langsung memeluk tubuh tegap cowok itu.

Kenapa Abel ngomong kangen? Soalnya selama satu Minggu kemarin Kevin itu ke luar kota kerjaan bisnis. Dan itu yang membuat Abel uring-uringan sendiri. Kata Abel sih, satu hari gak lihat Kevin tuh rasanya hampa banget.

Alih-alih membalas pelukan Abel, Kevin malah mendorong tubuhnya jauh-jauh. "Apaan sih, main nyosor aja. Sana ih."

Tubuh Abel terhampas jauh menabrak tembok di belakangnya. Kok jahat banget sih Kevin? Tenang, Abel udah biasa diperlakuin kayak gini sama Kevin dari kecil malah. Udah kebal kok. Dari dulu, dari Abel kecil itu selalu ngikutin Kevin terus pokoknya.

"Kevin kamu jangan kasar gitu dong sama Abel. Mamih gak pernah ngajarin kamu gitu ya." Mamih Kevin yang baru turun langsung menghampiri Abel dan memarahi anaknya itu.

"Kamu gapapa sayang?" tanyanya khawatir.

Abel tersenyum menggeleng. "Gapapa kok, udah biasa hehe."

"Kamu ini udah yuk sarapan, orang tua kamu belum pulang emangnya?"

"Belum, Tan. Katanya sih lusa." Abel jadi murung, soalnya dia kesepian gitu di rumah cuman tinggal sama pembantunya aja. Orang tuanya selalu sibuk ngurusin pekerjaannya dari Abel masih kecil. Makanya Abel dekat banget sama keluarga Kevin. Kadang Abel suka dititipin ke tante Sofi, mamihnya Kevin. Makanya lengket banget gitu Abel sama keluarga Kevin terkecuali Kevin sendiri.

Bagi Kevin, Abel itu hanya perusuh yang bisanya buat onar aja. Makanya Kevin gak suka apalagi selalu ngejar-ngejar dia. Itu bikin tambah gak suka. Jahat bangetkan Kevin?

"Udah jangan sedih. Eh nanti pulang sekolah dijemput aku ya. Habis aku kuliah kita jalan ya," sahut Kalila, adeknya Kevin yang baru datang ke meja makan ini.

"Serius Kak?" Abel berbinar.

"Dua rius dong. Kan, kamu Adik kesayangan aku," katanya seraya mendekap tubuh Abel.

Abel emang gadis rusuh dan pembuat onar. Tapi jangan salah, itu hanya di luarnya saja. Sebenarnya Abel itu gadis yang lemah. Tapi dia mampu menyembunyikan rasa sedihnya itu.

Orang tuanya hanya datang ke rumah tiga bulan sekali menjenguk dirinya. Itu pun cuma dua hari di rumah habis itu pergi lagi bisnis. Kedua orang tuanya masih gila kerja. Bahkan kadang yang suka ambil rapot bukan orang tuanya melainkan mamihnya Kevin terkadang juga Kalila. Beruntung banget Abel bisa kenal dan dekat sama keluarga ini.

Kevin mengelus dadanya terkaget saat membuka mobil sudah ada Abel yang nangkring manis gitu aja.

"Kamu ngapain? Keluar gak!" Kevin mengusirnya sambil mendorong bahu Abel.

"Abang kenapa sih. Gak mau banget kalau aku tumpangi. Abang gak kasian sama Abel emang?" tanyanya memelas.

Kevin memijit pelipisnya, masih pagi udah dibikin darah tinggi aja.

"Kan, ada supir kamu!"

"Dia lagi cuti, Bang!"

"Naik ojek online aja sana!"

"Abang gak lihat ini jam berapa? Nanti aku telat terus dihukum aku gak mau ya." Abel terus menolak.

Kevin yang kesabarannya udah abis langsung membuka paksa pintu mobil dan menarik Abel untuk keluar.

"Pergi sendiri. Jangan bikin aku repot!" Kevin langsung menghempaskan Abel begitu saja lalu masuk ke dalam mobilnya meninggalkan Abel gitu aja.

Abel sedih, mentap kepergian Kevin. Nggk, Abel gak boleh sedih, kan udah biasa. Harus kebal dong. Jangan menyerah gitu aja. 

"Loh kamu masih di sini? Mana Bang Kevin?" tanya Kalila penasaran, tadi Abel bilangnya mau bareng Kevin tapi kenapa sekarang malah sendirian.

"Itu, emh, gak jadi Kak." Abel menggigit bibirnya menahan air mata yang sebentar lagi mau keluar.

Kalila yang sadar akan hal itu langsung merubah suasana. "Udah yuk sama aku aja." Kalila mengajak Abel untuk ikut dengannya.

Sampai di sekolah Abel langsung disambut para sahabatnya yang terdiri dari empat orang itu. Ada Rea, Bilqis, Samudra dan Gilang.

"Tuan putri kita kenapa nih, murung amat mukanya," kata Samudra sambil mendekati Abel.

"Paling biasa, siapa lagi kalau bukan tetangganya yang bikin Abel murung gini," sahut Rea menepuk bahu Abel.

Bilqis dan Rea merangkul bahu Abel. " Udah dong. Jangan murung gitu. Abel kan strong."

Abel tersenyum kepada sahabatnya itu. Beruntung sekali dia mendapatkan sahabat yang selalu ada untuknya.

Abel langsung duduk di bangkunya.

"Eh, Bel. Nih biar gak murung." Gilang memberikan satu buah cokelat kesukaan Abel.

Abel langsung menerimanya. "Makasih," katanya tersenyum ke arah Gilang.

Sambil menunggu guru masuk ke kelas. Abel membuka ponselnya ada pesan masuk dari mamahnya.

Sayang, mamah sama papah gak bisa pulang lusa. Ditunda dulu ya. Mamah udah transfer ke rekening kamu kok.

Abel yang membaca udah muak. Selalu begini. Dia benci sama orang tuanya yang gak pernah peduli. Abel gak butuh uang Abel cuma butuh kasih sayang utuh. Abel bahkan lupa kapan terakhir kali dapat perhatian itu.

🌸🌸🌸🌸

04, November 2020

Halo gimana nih? Untuk cerita baru aku? Semoga suka ya.

Terimakasih sudah membaca
Jangan lupa vote & comment 👌

Terimakasih sudah membacaJangan lupa vote & comment 👌

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Muka dinginnya Kevin kalau ketemu Abel.

Abang Tetangga !! [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang