0.1

2.6K 181 25
                                    

Lemparan sebuah pulpen terdengar cukup keras diiringi dengan helaan napas yang cukup panjang. Suzy, perempuan itu mengurut pelipisnya mencoba mengurangi rasa pusing dikepalanya. Tidak cukup, perempuan itu menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi dan perlahan memejamkan matanya sebelum pintu tempatnya berdiam dibuka tanpa permisi.

"holla!" perempuan bertubuh mungil menyembulkan kepalanya dibalik pintu, kedua tangannya membawa minuman bercup. Ia menghampiri Suzy dengan wajah bahagianya, tak lupa Ia menutup kembali pintu menggunakan kaki kanannya.

Dengan berat hati Suzy membuka kembali kedua matanya, "eys.. Apa hal buruk terjadi?" Jieun bertanya sebelum menyeruput minumannya dan memberikan minuman satunya untuk Suzy.

"pemasukan dan pengeluaran cafe ini selalu berbeda jauh, bahkan pemasukan tiap bulannya relatif menurun. Apa aku harus menutup cabangku disini?"

Jieun menyimpan minumannya, "heol.. Kau terlihat seperti orang susah saja. Kau masih punya cabang yang lain kan? Kenapa juga harus menutup cabang dikota ini jika cabang yang lain menghasilkan."

Suzy kembali meminum minumannya, menimbang kembali ucapan teman satu kampusnya dulu. "aku terlalu pusing melihat grafik yang terus menurun ini."

"kau harus melihat karyawanmu Zy, apa kau tega memberhentikan mereka yang kebanyakan dari mereka adalah mahasiswa? Mereka membutuhkan pekerjaan ini." Suzy menganggukkan kepalanya paham.

"akan aku tanyakan dulu pada oppa,"

"seharusnya kau belajar banyak dari kekasihmu," Suzy tersenyum kecil menanggapi.

"kurasa urusanku disini sudah cukup. Ayo, aku ingin berjalan-jalan di Daegu. Bukankah kau ingin memperlihatkan tempat terbaik di kotamu ini?" Suzy berdiri mengajak Jieun keluar membuat perempuan mungil itu segera menghabiskan minumannya.

"ah kau benar, ayoo. Kau akan menginap? Menginap di rumahku saja ya? Atau kau akan pulang ke rumah Ayahmu?" Jieun bertanya.

Suzy keluar lebih dulu, mengabaikan pertanyaan Jieun.

.
.
.
.
.
.
.
.

Lelaki paruh baya itu membenarkan letak kacamatanya, sesekali Ia bergumam kecil. "sejak kapan kau bekerja diperusahaan itu Tn. Kim?"

"satu tahun lalu." Kim Taehyung menjawab lugas membuat Tn. Bae mengerutkan keningnya.

"baru satu tahun dan kau sudah mendapatkan posisi tinggi disana? Apa Ayahmu yang menyusunnya?" lelaki paruh baya itu kembali bertanya.

Taehyung tersenyum kecil, "tidak. Saya bekerja sendiri untuk mendapatkan posisi ini. Maaf jika perkataan saya sedikit menyinggung, tapi saya bukan tipikal orang penikmat hasil orang lain."

Tn. Bae terkekeh kecil dan membuka kacamatanya, "Ayahmu memang selalu berhasil mendidik anak-anaknya. Kemarilah.." lagi, Taehyung tersenyum kecil menanggapi. Lalu perlahan melangkah mendekati Tn. Bae.

"aku menyetujui proyeknya dan aku mempercayakan semuanya padamu." Taehyung tidak bisa menyembunyikan kebahagiaanya, ini proyek pertama yang bertanggung jawab langsung padanya. Jelas Ia sangat antusias.

"Terimakasih! Saya akan berusaha dalam proyek ini, saya pastikan tidak akan mengecewakan Anda." Taehyung membungkuk sekali lagi membuat Tn. Bae menepuk pundak Taehyung.

"jangan seformal ini, hanya ada kita berdua disini." senyum Tn. Bae yang dibalas hal serupa oleh Taehyung.

"sudah lama sekali aku tidak melihatmu dan kau sudah tumbuh dengan baik."

"aku juga memiliki seorang putri, umurnya satu tahun diatasmu. Kuharap kau bisa berteman baik dengannya." lanjut Tn. Bae.

"benarkah? Kurasa aku belum bertemu dengannya. Paman tidak perlu khawatir, aku berteman baik dengan semua orang." Tn. Bae terkekeh kecil mendengar jawaban Taeyung.

ConsciousnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang