* * **
*
*
Tyun memacu kudanya menembus hutan larangan, beberapa prajurit istana tampak mengejarnya namun tak bisa mendekatinya.
"Aku harus menemui orang itu.. Aku harus memberikan jawabanku! Hiya!" Tyun makin cepat memacu kudanya, para prajurit sudah mulai kewalahan untuk mengejarnya.
*
*
*
"Kau akan ke gunung lagi Bin? " Yeonjun datang menghampiri Soobin didepan gerbang istana, pertanyaan dari Yeonjun hanya dijawab dengan anggukan oleh Soobin.
Yeonjun menghela nafasnya "mau sampai kapan kau begini terus Bin?.. Kau harus segera menikah.. Agar ramalan itu segera terwujud.."
"Sudah ku katakan berkali-kali hyung.. Aku hanya mencintai alam ini.. Dan alam ini adalah Neraida.." sahut Soobin.
"Aku tahu Bin.. Sangat tahu cintamu tulus untuk Neraida.. Kau tak butuh harta atau tahta.. Karena kau hanya menginginkan satu hal sederhana tapi sangat sulit dan hampir tak mungkin didapat.." Yeonjun sudah jengah dibuatnya, adiknya yang diramalkan akan memiliki Istri yang dapat menghentikan kekejaman Darkness justru malah seperti ini.
"Jika seseorang benar-benar merasa yakin hyung.. Maka hal yang tak mungkin bisa menjadi mungkin... Kau sendiri tahu benar bahwa Neraida sendiri akan terlahir menjadi wujud pendampingku.." sahut Soobin tanpa keraguan.
"Tapi dia belum ada kan... Kau harus membuka hatimu Bin..menerima sebuah perasaan.. Kau terlalu menutup hatimu.. Mungkin itu sebabnya Neraida belum terlahir.." mendengar perkataan dari Yeonjun, membuat Soobin berpikir mungkin perkataan Yeonjun ada benarnya.
"Aku pergi!.." ucap Soobin, mulai berjalan ke Gunung Himani tempat Soobin menghabiskan banyak waktunya.
"Neraida tolong tunjukan kebesaranmu.. Bukalah pintu hati Soobin dan hentikan malapetaka ini.." gumam Yeonjun menatap sendu punggung Soobin yang kian menjauh.
*
*
*
"Aku dimana? " sebuah pertanyaan dari Tyun yang entah untuk siapa.
Tyun turun dari kudanya saat dia tiba disebuah Gunung, dan Gunung itu adalah Gunung Himani,
Kaki Tyun bergerak memasuki kawasan Gunung Himani, Tyun merasakan ada sesuatu yang memanggilnya datang kemari.
Tyun berjalan makin jauh memasuki kawasan Gunung Himani, makin dalam sampai dia melihat seseorang tengah duduk ditepi danau, kakinya tercelup di air danau.
Sorot matanya memandang penuh kekaguman pemandangan dari danau itu, rambut hitam dan kalung kristal merah di lehernya, membuta Tyun tersenyum sendiri.
Tyun melangkah mendekati orang itu, karena merasakan hawa kehadiran Tyun orang itu menoleh pada Tyun,
"Aku..." belum Tyun mengucapkan apapun orang itu sudah memotong kalimatnya
"Untuk apa kau datang kesini? " nada suara orang itu terdengar dingin, Tyun sedikit terkejut namun dengan cepat dia mengendalikan ekspresi wajahnya
"Aku datang untuk memberimu jawaban.. Alam tanpa manusia itu tidak akan berarti.. Alam itu seperti tanah liat.. Yang dibentuk menjadi ukiran-ukiran benda sehingga tanah liat itu akan berguna.. Manusia akan mengelola alam tanpa pamrih.." ucap Tyun
"Kau datang kesini hanya untuk memberikan jawabanmu..itu adalah hakmu..sekarang pergilah! " ucap Soobin dengan nada bicara yang acuh.
"Pergi?.. Kenapa harus pergi?.. Apa kau tidak punya jawaban lagi? " tantang Tyun.