Enjoy Reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
(Y/n) POVSudah beberapa minggu sejak aku tinggal disini. Sebenarnya aku cukup heran. Manor ini sungguh besar. Dan bisa menampung mungkin sekitar lima puluh orang? Entahlah. Tetapi mengingat dengan banyaknya survivor dan hunter itu sudah cukup untuk membuktikan bahwa manor ini benar-benar sangat besar. Dan juga kamar yang disediakan pun tidak main-main. Tempat tidur dengan ukuran King Size yang bisa ditiduri tiga sampai empat orang. Kamar mandi lengkap dengan shower serta bathub membuatku ternganga tak percaya saat pertama kali menginjakkan kakiku ke dalam kamar ini. Lampu mewah bertengger dengan indah di langit-langit kamar menyinari ruangan tidurku. Di pojok ruangan dekat pintu kamar mandi ada lemari baju yang ditutupi oleh sekat dengan ukiran bunga dan daun yang rumit namun tidak meninggalkan kesan elegan, yang dapat dipastikan itu sebagai ruang ganti. Lalu balkon yang lumayan besar tertata meja dengan sepasang kursi dan hiasan pot bunga. Tidak lupa di pojok ruangan dekat pintu masuk ada buffet lengkap dengan set teko pemanas air minum.
Jujur saja aku sangat senang. Ini seperti mimpi tinggal di tempat bak istana kerajaan ini. Sebenarnya aku lebih suka menghabiskan waktu dikamar. Seperti saat ini. Aku duduk di balkon sembari membaca buku diterangi oleh sinar rembulan. Sesekali menyesap teh hangat yang sudah ku siapkan sebelumnya
'Ahhhh... Sungguh menangkan. Aroma teh chamomile memang sangat pas diminum sambil membaca buku dimalam hari'
Aku juga baru pertama kali membaca dimalam hari di balkon. Karena sebelumnya aku selalu membaca dikamar karena sering tertidur tanpa sadar- atau lebih tepatnya di balkon tidak ada penerangan lebih (itu adalah alasan yang sebenarnya). Baru kali ini sang rembulan bersinar dengan sangat terang. Jadi aku memanfaatkan kondisi tersebut untuk membaca buku sembari meminum teh dan menikmati semilir angin dimalam hari. Perlu kalian ketahui bahwa aku duduk dengan posisi menghadap ke arah kamarku
"Hmm... Sedang membaca buku apa nona? Serius sekali"
Aku terlonjak kaget saat mendengar ada suara yang baru saja masuk ke telingaku. Lantas aku langsung menengok kebelakang dan melihat sosok pria membiarkan surai putihnya terurai dan tertiup oleh angin malam
"T-tuan Joseph. K-kau mengejutkanku" gagapku saat menangkap sosok tuan Joseph tersenyum
'T-tampan dan cantik disaat yang bersamaan' batinku membuat pipiku panas tanpa sadar dan memalingkan wajah
"Hmm?? Kau sakit nona?"
"T-tidak.. B-bukankah tuan Joseph yang sedang sakit?? Aku dengar desas-desus dari beberapa survivor" aku langsung mengalihkan pembicaraan tersebut. Tak lama aku mendengar dia menghela nafas, ku lihat dirinya dengan tatapan penuh tanda tanya. Dia mendudukkan pantatnya di sandaran beton balkon sembari menyilangkan kedua tangannya didepan dada
"Padahal aku hanya merasa tidak enak badan. Kenapa berita begitu cepat sampai ketelinga survivor. Apakah mereka tukang gosip?" Ucapnya dengan nada datar namun tak meninggalkan kesan sarkatis di dalam perkataannya
"Ummm... Entahlah.. Ahh.. aku baru tahu ternyata tuan Joseph kamarnya berada disebelahku" kataku mengganti topik
"Aku juga baru tahu ternyata kamar disebelahku ternyata kau nona"
GRREEKKK
"Bisakah kalian berhenti berbicara?? Kalian mengganggu orang yang sedang tidur. Tidakkah kalian sadar ini sudah pukul berapa, hah?!" Untuk kedua kalinya aku terkejut dengan suara yang tetiba muncul
"Justru kau yang mengganggu orang sedang tidur karena teriakanmu itu, Wujiu" dengus tuan Joseph.
"Bukan kah kakek satu ini sedang sakit??" Cibir tuan Wujiu
"Lagipula di tengah malam dengan cuaca dingin dimalam hari seperti ini yang ada membuatmu semakin kesusahan dan terus sakit-sakitan karena tubuh rentamu sudah tidak sesehat waktu kau masih muda" lanjutnya
"Jaga mulut mu, Wujiu!! Justru kau yang seharusnya berkaca. Apa perlu aku meminta Mary untuk meminjamkan cerminnya kepadamu, huh!?" Hardik tuan Joseph tidak mau kalah
"Lantas jika sudah meminjam cermin Mary untuk apa?"
"Ck, sepertinya memang kau tidak pernah berkaca ya? Apalagi kalau bukan untuk membiarkan dirimu melihat tubuhmu yang kurus layaknya orang yang kekurangan gizi" Aku terkekeh mendengar pertengkaran kecil antara tuan Joseph dan tuan Wujiu
"Kenapa kau tertawa, huh?! Memangnya ada yang lucu?" Protes tuan Wujiu
"Hehe.. Tidak ada.. Hanya saja kalian berdua sangat akrab ya"
"Hah?! Dengan si (bantet)/(sumpit) ini?! Tidak akan pernah!!" Elak mereka berdua secara bersamaan dan membuatku tertawa atas hiburan mereka yang menggelitik perutku
"Sudahlah Joseph, Wujiu. Jangan berteriak di tengah malam seperti ini" ucap tuan Bian menengahi. Ku lihat dia bersandar di pintu balkon. Tak butuh waktu lama sampai akhirnya dia menyadari keberadaanku
"Oh, hi (y/n). Maaf aku tidak tahu kalau kau ternyata ada di sela-sela pertengkaran Wujiu dan Joseph" sapa tuan Bian dan sedikit membungkuk
"Hallo, tuan Bian! Tidak apa. Aku cukup terhibur" Balasku lalu tersenyum.
"Kau pikir ini pertunjukkan drama, huh?" Celetuk tuan Wujiu saat mendengar jawaban dariku. Aku hanya terkekeh lalu meminta maaf
"Ngomong-ngomong, (y/n). Kau tidak perlu formal. Panggil kita nama saja. Tidak perlu menggunakan embel-embel tuan atau nona. Ini sudah menjadi keputusan bersama. Karena jujur kami tidak suka jika dipanggil dengan embel tuan atau nona" aku cukup terkejut dengan perkataan yang diucapkan oleh tuan Bian. Apakah boleh? Tapi mereka sudah mengizinkannya
"Yang dikatakan Bian benar. Berbicaralah dengan santai" timpal tuan Joseph
"A-ahh baiklah. B-bian, J-Joseph, W-wujiu. Maaf jika aku masih terbata-bata memanggil nama kalian. Karena aku butuh waktu untuk membiasakannya"
"Terserahlah, aku tidak peduli. Lebih baik aku tidur" Bian hanya menghela nafas melihat kelakuan Wujiu yang masuk kedalam kamar dan menutup pintu balkon dengan keras
"Aku duluan ya" Joseph menepuk kepalaku dan tersenyum lalu pergi masuk kedalam kamarnya. Tersisalah aku dan Bian yang masih setia berdiri melihat kearah entah kemana
"Umm... B-bian tidak tidur juga??" Akhirnya aku membuka suara setelah hening beberapa menit
"Maafkan kelakuan Wujiu, (y/n)." Ucapnya tanpa tanpa mengalihkan perhatiannya
"Tidak apa-apa. Tak usah dipikirkan" kekehku
"Kenapa kau tidak tidur? Ini sudah larut malam. Tidak baik untuk seorang gadis masih terjaga di malam hari" kali ini dia melihat kearahku. Aku hanya tersenyum
"Ingin secangkir teh?" Tawarku dan dibalas anggukan olehnya. Kemudian aku masuk kedalam kamar dan membuat kan secangkir teh hangat untuknya. Selesainya aku kembali ke balkon dan tak mendapati Bian ada ditempatnya. Ku taruh cangkir teh untuk Bian ke meja balkon dan mencoba untuk naik ke sandaran beton balkon kamarku untuk mencoba pergi ke balkon kamar Bian dan Wujiu
Wuuushhhhh~
Aku mengeratkan selendang yang sedari tadi bertengger di pundakku untuk menutupi tubuhku. Disaat aku ingin melompat menapaki balkon Joseph, tetiba aku merasakan ada yang melingkarkan tangannya kepinggangku. Dengan spontan tubuhku oleng namun ditahan oleh tangan tersebut dan tangan itu menarik pinggangku untuk masuk kedalam dekapannya yang menurutku- hangat. Seketika wajahku memanas yang kupastikan sudah sangat merah seperti kepiting rebus
"Apa yang kamu lakukan? Kau tau itu bahaya kan?"
"B-bian... M-maaf.."lirihku. Entah mengapa air mataku keluar tanpa izin dan aku memeluknya dengan erat. Memejamkan mata sejenak menghirup aroma tubuh Bian yang menurutku jauh lebih menenangkan dibanding teh chamomile yang ku buat
"Biarkan seperti ini untuk sebentar" ucapku ketika kurasakan tangan Bian melonggar. Dan tanpa sadar aku mulai terlelap
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
May I Know You? [Wu Chang X Reader] Identity V
FanfictionIdentity V [Bahasa Indonesia] WuChang x Reader Bercerita tentang seorang gadis yang sedang terpuruk atas kejadiaan naas yang menimpa kedua orang tuanya. Namun, semuanya berubah saat ia menerima surat yang sangat aneh, tapi entah mengapa gadis itu te...