Bagian 11

168 23 8
                                    

Enjoy Reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Normal POV

Mentari pagi sudah menulusuk masuk kedalam gorden kamar (y/n). Suara burung pun sudah terdengar membuat gadis itu terbangun dari mimpinya. (Y/n) mengerjap-ngerjapkan matanya untuk mengumpulkan nyawa yang masih melayang-layang(?). Gadis itu menguap dan menggeliat merenggangkan ototnya masih dalam posisi tiduran. Lalu melihat ke kanan dan ke kiri

'Sepertinya ada yang aneh' batinnya. Akhirnya gadis itu bangkit dari tempat tidur dan merapihkannya. Masih dengan perasaan yang mengganjal, gadis tersebut sedang mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi sehingga hal itu mengganggu pikirannya. Gadis itu pun memutuskan memasuki kamar mandi untuk membersihkan dirinya

"Bukankah semalam aku membaca buku di balkon ya? Lalu mengapa aku bisa terbangun di kasur" monolognya sembari mengeringkan rambutnya yang basah dan duduk didepan meja rias

TOK TOK TOK

"Kau sudah bangun? Sarapan sebentar lagi akan siap" terdengar suara Emily diluar kamar (y/n)

"Ah, baiklah. Aku akan segera kesana!" setelah mendengar jawaban dari (y/n), Emily pun berjalan menjauh dari kamar (y/n) menuju kamar lainnya. (Y/n) yang sudah selesai mengeringkan rambutnya kini mulai merapihkan rambutnya dan sedikit berdandan

"Tunggu— semalam kan aku berbicara dengan Joseph, Bian dan Wujiu" gadis itu berhenti memoles bibirnya karena sedang mengingat apa yang dia lakukan semalam sebelum tidur

"Biarkan seperti ini untuk sebentar

"H-huh..??" wajah (y/n) memerah mengingat hal itu

"J-jadi.. Semalam a-aku tertidur s-sambil memeluk B-bian?!" pekik gadis itu tidak percaya. Dia menutup mulutnya sadar akan pekikannya lalu berlari menuju tempat tidur mengambil bantal untuk menutupi wajahnya yang mungkin sudah semerah tomat

'Rasanya aku ingin mengakhiri hidupku sekarang juga' batinnya menjerit. Malu. (Y/n) malu dengan dirinya yang tertidur dengan mudahnya didalam dekapan orang yang tidak dia kenal dekat. Dia malu jikalau dia mereka-reka hal yang terjadi berikutnya setelah ia tidur. Sudah pasti tubuh mungilnya di gendong oleh Bian mengingat saat terbangun gadis itu berada di atas tempat tidur dengan tubuh di baluti selimut. 'Tidak mungkin kan kalau aku tidur berjalan. Ahh, aku sungguh malu sekali' batinnya (lagi) merutuki dirinya

.

"Selamat pagi semuanya!!" Teriak Mike saat memasuki ruang makan

"Apakah semuanya sudah berkumpul?" Tanya Patricia melihat ruang makan sudah banyak orang berkumpul

"Sepertinya sudah" balas Murro

"Kalau begitu kalian bisa duduk di bangku masing-masing. Jangan bergerombol di ujung ruangan" titah Demi membubarkan segerombol orang di ujung ruangan

"Sepertinya ada yang belum datang" ucap Helena membuat beberapa survivor yang berada didekat gadis itu melihat kearahnya

"Siapa? Bukankah sudah lengkap?" Ujar Margaretha meyakinkan Helena

"Tunggu.." setelah itu Helena mengetuk tongkatnya ke lantai dan memfokuskan pendengarannya

"(Y/n) belum—"

"Apakah kalian melihat (y/n)?" Sela Servais yang datang tiba-tiba

"Ah, maaf kami tidak tahu. Sepertinya tadi Helena juga ingin berbicara bahwa (y/n) belum kemari" jawab Demi lalu dibalas anggukan oleh Helena

"Emily, bukankah kau tadi sudah memanggil (y/n) untuk bergabung sarapan?" Lanjutnya

"Tadi dia bilang akan menyusul. Tapi setelahnya aku tidak tahu karena aku harus ke kamar survivor lain" tutur Emily menanggapi pertanyaan dari Demi

"Apa kalian mencariku?"

"Astaga! Kau mengagetkanku!" Pekik Margaretha dan Fiona yang membuat seisi ruang makan melihat ke arah mereka berdua

"Maaf" kekeh (y/n). Lalu semuanya pun duduk di bangku masing-masing dan memulai sarapan mereka dengan khidmat
.
.
.
.
.
.
.
Jarum jam sudah menunjukkan angka 10. Setelah para survivor selesai dengan urusan masing-masing dan bersiap dengan bawaan mereka, mereka pun berkumpul dengan kelompok bertanding masing-masing pada hari ini

"Mohon bantuannya, tuan Servais"

"Sudah ku katakan, tidak perlu formal seperti itu (y/n)" Servais menghela nafas ketika mendengar gadis itu memanggilnya dengan embel 'tuan'. Lelaki paruh baya itu akui dia senang ada yang menghormatinya. Tetapi itu membuatnya tidak nyaman dan kaku. Mungkin karena sudah terbiasa saling memanggil nama tanpa memandang umur?

"A-ahh.. m-maafkan aku" gadis itu membungkuk meminta maaf. Servais tersenyum simpul lalu menepuk kepala gadis itu

"Berdirilah. Kamu tidak perlu meminta maaf. Itu bukan salahmu. Mohon bantuannya juga ya (y/n)"

"Aku akan melakukannya yang terbaik!" Seru gadis itu penuh semangat. Dan akhirnya mereka melanjutkan pembicaraan yang lain sambil tertawa

"Gadis itu mudah sekali berbaur ya" ucap Patricia dari kejauhan melihat sosok (y/n) dan Servais berbicara diselingi tawa. Tepat di sebelah kelompok  Patricia, ada kelompok berisikan Aesop, Eli, Norton, dan Naib. Mereka hanya diam melihat ke arah (y/n) sambil mendengarkan pembicaraan kelompok Patricia

"Yah,, anak muda penuh semangat. Ku akui dia memang cantik juga" Murro menyahut ucapan Patricia

"Kann!! Benar kan?! (Y/n) cantikk?! (Y/n)!!!" Cerocos Mike yang tiba-tiba datang lalu memanggil (y/n). Gadis itu merasa terpanggil pun berbalik dan melihat ke arah Mike yang melambaikan tangan kearahnya. (Y/n) tersenyum lalu membalas lambaian tangan Mike. Seketika Patricia, Murro, Mike, Aesop, Naib, Eli dan Norton bersemu merah

'Cantiknya' batin mereka bertujuh. Mereka akui selama ini tidak ada yang menarik perhatian mereka. Dengan melihat senyum gadis itu rasanya mereka ingin sekali mempertahankan senyuman gadis itu

"Yoo!! Kevin!! Saat ini kau akan sekelompok dengan siapa?" Sapa Demi ke Kevin tepat dihadapan mereka bertujuh membuyarkan pikiran mereka

"Bersama Helena, Servais dan (y/n)" jawaban Kevin membuat Naib, Norton dan Aesop melotot kaget

"Beruntung sekali dirimu bisa satu pertandingan dengan (y/n)" komentar Murro dengan nada dan wajah yang disedih-sedihkan

"Tenang saja aku akan berusaha yang terbaik. Kalau begitu aku pergi dulu. Doakan aku ya!" Kevin menepuk pundak Murro lalu pergi menghampiri (y/n), Helena dan Servais

"Bagaimana bisa om-om itu bisa satu pertandingan dengan (y/n)?" Protes Naib dengan suara kecil kepada teman sekelompoknya

"Siapapun akan pernah satu pertandingan dengan (y/n), Naib" ujar Eli

"Tapi kan kau tahu dia—"

"Kita lihat saja pertandingannya nanti" tukas Aesop. Jujur saja, didalam hati mereka berempat kesal, mengingat Kevin itu adalah om-om mesum (dalam penglihatan mereka), dimana saat Kevin melaso untuk menyelamatkan survivor saat di bawa (balonin) untuk ditaruh ke kursi roket. Jika ia berhasil, maka ia akan menggendongnya dibahunya, terlebih jika survior perempuan memakai rok, dan hal itu bisa saja membuat siapapun yang melihatnya akan berpikiran aneh-aneh./itu memang dasarnya otak kalian yang kerjaannya traveling terus/plakXD.

Dan saat di gendong oleh Kevin pun semua orang dimanor ini pun tahu bahwa cara menggendong Kevin yaitu memegang bagian pantat survivor, dan seluruh survivor pun sudah terbiasa dengan caranya itu(yang padahal sebenarnya adalah memegang pinggang dan paha)

Patricia yang merasakan ada aura mencekam di dalam kelompok Aesop, Naib, Eli dan Norton pun menatap dengan penuh tanda tanya

'Ada apa dengan mereka?' batin wanita itu
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To be Continued

May I Know You? [Wu Chang X Reader] Identity VTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang