34. patah

19 2 4
                                    

Hati anna sudah patah dengan kenyataan, patah oleh cinta, keluarga dan kenyataannya. Jadi aku pilih "patah" karena mewakili perasan anna.

Sudah berulang kali anna melihat jino pergi dengan reva entah itu karena urusan pribadi atau hanya hiburan belakang, anna selalu menanyakan. Apakah mars tidak marah jika pacarnya terus menerus jalan bersama jino? Kenapa harus anna yang merasakan penderitaan ini? Apakah belum cukup penderitaan yang selalu datang menerus tanpa hentinya?.

Anna duduk di tempat tidurnya, terdiam sendiri tanpa ada yang mengerti dirinya. Bii inah masuk tanpa memberitahu kepada anna, dia merasa kasihan dengan kondisi anna sekarang. "Ann kamu kenapa lagi? Sinih cerita sama bibi" kata bi inah.

Bi inah sudah menganggap anna adalah anak nya sendiri begitu pun anna, anna selalu menganggap bi inah seperti ibu kandungnya. "Nggak bii" ujar nya lesuh, mata nya sembab suaranya serak. Beberapa hari ini kondisi anna tidak sehat namun, anna tidak memberitahukan pada jino bahwa dirinya sedang sakit.

"Non emang nggak telpon den jino?" Kata bi inah sambil merapihkan rambut anna yang kusut, anna terdiam sejenak di pangkuan bi inah menghembuskan nafas perlahan. "Nggak bii" ujar anna, tak mau memikirkan masalahnya dengan jino.

"Kenapa non kalo bibi boleh tau" ucap bi inah.

"Percuma bi, anna kasih tau tentang kondisi anna jino nggak akan peduli. Dia hanya peduli dengan reva. Anna selalu di abaikan anna capek bi, anna harus bagaimana lagi" ucap anna kepada bi inah.

Bi inah menatap anna ia tau apa yang anna rasakan saat ini. Tapi, bi inah bingung dengan perkataan anna yang tadi menyebutkan satu nama 'reva' siapa dia? Apakah itu mantannya? .

"Reva siapa non? Mantan den jino? Saudaranya? Adiknya? tukang sayur di rumah den jino? Reva boy itu yang sekarang jadi cahaya ilahi? Ada juga non tukang ketoprak yang namanya reva" Tanya bi inah berkali-kali. Membuat anna tersenyum dengan kekonyolan bi inah.

Bi inah selalu saja membuat suasana menjadi cair, tidak canggung. Dia adalah pembantu yang sangat bisa di andalkan, dia baik, sopan, bisa juga di ajak becanda.

"Bi inah ini___ ada ada ajah deh. bukan lah bi reva itu temen nya jino saat di sekolah lamanya." Kata anna merubah raut wajah nya menjadi tersenyum. "Jino juga suka sama reva tapi karena mars teman nya suka dengan reva, jino menggalah dan pindah ke sekolah anna" tambah anna. mimik suara terdengar tak suka dengan kehadiran reva.

Saat bi inah mengecek suhu tubuh anna, suhunya sangat panas membuat bi inah panik, " non istirahat yah, tar bibi bawakan bubur dulu" kata bi inah.

"Tar deh bi, aku sehat ko bi" ucap anna  lagi dan lagi anna bersikap bahwa ia sangat sehat.

***


"Reva juga sakit an" ucap jino di telpon.

"Aku juga jin, aku sakit emang kamu nggak bisa sedikit saja meluangkan waktu mu demi aku?" Tanya anna.

Bi inah memeras handuk untuk di letakan di jidad anna, suhu badannya tinggi bi inah khawatir dengan keadaan anna. Wajah nya pucat.

" badan reva sanggat panas, aku sudah janji untuk menjaga reva sampai mars dan ayah nya kembali." Kata jino tak mau kalah.

"Aku juga sama jin, seharian ini kamu kan selalu bersama reva, kamu bisa kan ke sinih lima menit ajah aku pengen liat wajah kamu jin" ucap anna melemas.

"Nggak bisa an__ reva sama siapa? Kalo aku tinggal kamu kan ada bi inah yang jagain kamu. Sedangkan reva? Dia tidak ada an," ujar jino.

"Kan ada ibu nya?" Ucap anna.

"Ibu nya tidak sama sekali peduli dengan kondisi reva saat ini, kamu harus ngerti aku dong ann__" kata jino.

"Aku udah ngerti kamu jino, aku selalu ngerti kamu jika kamu sedang bersama reva, aku menahan rindu agar aku nggak mengaggu kalian berdua. Aku sudah cukup sabar, tapi kali ini aku hanya minta kamu ada bersama aku lima menit saja." Ujar anna.

" satu detik bersama mu saja sudah berharga bagi aku, aku pengen kamu juga ngerti aku. Aku pengen kamu selalu ada bersama aku, aku itu siapanya kamu? Aku selalu di abaikan tapi, sedangkan reva kamu selalu nomor satukan? Apakah itu adil?" Tambah anna.

"Emang semua cowo itu brengsek, kecuali ayahku" kata anna langsung mematikan ponselnya.

Bi inah yang dari tadi mendengarkan merasa sangat kecewa dengan sikap jino yang tak adil. Bi inah kasihan dengan anna yang terus menerus menangis tanpa hentinya, bi inah terpaksa memasukan obat tidur kedalam bubur ia tak tega dengan kondisi anna saat ini.

***

Next

R l a u d y

Patah [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang