06

10.5K 1.8K 902
                                    

Aku mengerjapkan mata beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang memasuki indra pengekuhatanku. Aku terbangun di atas futon dengan kepala yang terasa berat, menatap sekeliling ruangan yang tampak asing ini. Duh, kepalaku sakit sekali.

Aku terdiam sesaat memikirkan sesuatu. Saat aku sedang mengingat apa yang terjadi tadi siang, pintu ruangan ini terbuka. Menampakkan penampakan laki-laki tinggi dengan rambutnya yang cukup jamet.

"Kau sudah bangun?" Tanya nya, lalu ku jawab dengan anggukan.

"jam berapa ini, Tetsu?" Tanyaku sambil terus melihatnya.

"Setengah delapan malam."

"Kalau begitu aku akan pul-"

"Disini dulu saja, (Name). Kau demam." Dia mendekat kearahku, mendudukkan diri nya disampingku.

"Tap--"

"Kau ini masih saja keras kepala," dia mengacak rambutku pelan sebelum merebahkan dirinya di futon yang kupakai untuk tidur tadi, setelah menyuruhku bergeser.

"aku khawatir tau." Ucap Kuroo pelan yang masih bisa didengar olehku.

"Oyaa~ Apakah jamet Nekoma ini baru saja mengatakan bahwa ia mengkhawatirkan ku?" godaku sambil mencolek-colek lengannya. Kuroo yang digoda hanya mendecih pelan, dan itu berhasil membuatku tertawa.

Ting tong
TingTong

Bel rumah Kuroo berbunyi. Dia segera berdiri dan membukakan pintu untuk tamu tersebut. Lalu aku pun memilih membereskan futon tadi dengan melipatnya rapih dan meletakkannya di ujung ruangan.

Cklekk

Sambil meletakkan futon tersebut, aku bertanya kepada nya  tanpa menghadap kebelakang.

"Tetsu, siapa yang datang?"

"(Name),"

Kaget, bukan suara Kuroo yang ku dengar. Suara berat familiar itu membuatku dengqn ceoat membalikkan tubuhku untuk menatap siapa yang datang.

"Tou-san..? Bagaimana-"

Dia memelukku dengan sangat erat saat aku belum sempat menyelesaikan pertanyaanku. Apa-apaan ini? Kenapa Ia seperti ini?

"Maafkan Papa, (Name)... Maafkan Papa tidak bisa menjagamu dengan baik. Berjanjilah untuk tetap disisi Papa, ya?" bahunya bergetar saat memelukku. Aku mengusap punggungnya sambil sesekali menepuk pelan guna menenangkan.

"Papa... Papa akan segera bercerai dengannya. Papa yang akan menjagamu disini."

Aku terkejut. Aku tidak salah dengar, kan?

"Jangan rahasiakan sesuatu yang sangat serius seperti ini lagi, (Name). Sudah cukup Papa kehilangan sosok okaa-san mu. Papa tidak ingin ditinggal oleh orang yang Papa sayangi.." Ia memegang kedua bahuku, menatapku dan mengucapkan hal tersebut dengan serius dan penuh penekanan didalamnya.

"Jangan pernah merasa sendiri.  Ada Papa yang akan ada selalu untukmu disini."

Aku mengangguk paham dan tersenyum, "terimakasih, Papa."

Flashback
Kuroo mengetik nomor seseorang di ponselnya. Ia mencoba untuk menghubungi Ayah (Name) seperti apa yang diminta Nekomata sensei.

'Moshi-moshi nak Kuroo, ada apa?'

"Maaf mengganggu, (Lastname)-san. Tapi kuharap kau bisa meluangkan waktumu sebentar untuk putrimu karena (Name) sedang tidak baik-baik saja." Ucap Kuroo sambil memperhatikan gerakannya, takut membangunkan seseorang yang tidur di pangkuannya.

𝐒𝐄𝐂𝐑𝐄𝐓 𝐌𝐀𝐍𝐀𝐆𝐄𝐑 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang