Hyunsuk bolos pelajaran terakhir. Dia pusing mikirin laporan keuangan bulanan cafe di depan sekolahnya. Belum lagi ucapan Lisa yang mengganggu otaknya. Hyunsuk memang benar benar tidak merasa kehilangan. Ia jujur. Namun, ekspresi yang Lisa tunjukkan padanya itu menganggu. Hyunsuk jadi merasa bersalah dengan Yeri.
"Sialan. Yang deketin kan dia kenapa gue yang ngerasa salah? Bangsat lah." umpat Hyunsuk sambil meminum kopi kalengnya.
Hyunsuk merebahkan diri di atap sekolah. Tempat dimana ia selalu menenangkan dirinya. Hyunsuk menatap langit yang hari ini cerah dan berawan. Pergerakan awan yang lambat membuatnya merasa tenang. Hyunsuk menutup matanya. Berusaha melepaskan seluruh beban yang ia bawa selama ini.
"Nanti yang lanjutin semua perusahaan papa Hyunsuk ya, bang Mino mau buka usaha sendiri." ucap Mino di ingatan Hyunsuk.
"Heh bocil. Gue mau jadi musisi gamau jadi penerus papa. Lo harus jadi penerus beliau ya? Cuma lo harapan satu satunya." kali ini Hanbin yang mengucapkan kata kata itu.
"Nak, kamu harus setekun papa ya? Mama yakin kamu bisa bikin perusahaan papa makin besar. Mama tau kamu itu bisa diandalkan, ga kayak kakak kakak kamu bandel ga ketulungan."
"Suk, papa pengen kamu belajar ngelola perusahaan makanan mulai dari sekarang. Irene, tunangan Mino udah papa kasih butik sendiri. Papa suruh dia ngelola karena Mino gamau papa modalin. Untung aja usaha kuliner dia jalan dengan baik. Papa bangga walau dia susah diatur."
Semua ekspektasi keluarganya sangat tinggi. Hyunsuk sangat terbebani. Hyunsuk juga ingin seperti teman temannya. Nongkrong di angkringan, jalan jalan setiap hari libur dengan orang yang mereka suka, rebahan seharian tanpa diganggu, makan bareng keluarga tanpa ditanya tentang cafe yang Hyunsuk urus. Hyunsuk lelah. Hyunsuk terbebani. Namun, apa yang bisa ia lakukan jika hanya Hyunsuk satu satunya yang mewarisi seluruh peninggalan papanya? Ah, merepotkan.
Hyunsuk sibuk dengan ingatan dan pikirannya sendiri. Sampai ia tidak menyadari ada Yeri yang datang dengan wajah kusutnya. Yeri juga sering menenangkan diri di atap sekolah. Namun, ia tidak menyangka ternyata Hyunsuk memiliki kebiasaan yang sama dengannya.
"Ya Tuhan makin ganteng aja calon suami." batin Yeri.
Yeri seketika lupa dengan seluruh omelan Lisa tentang menjauhi Hyunsuk. Iya, Lisa menyuruh Yeri menyerah setelah mendorong keras Yeri beberapa bulan. Aneh bukan? Ditambah Lisa tidak memberitahu Yeri apa alasannya kenapa Yeri harus menyerah. Yeri bukannya ingin menyerah, ia justru penasaran kenapa harus menyerah.
"Samperin ga ya? Jangan deh ntar gue ganggu. Kayaknya Hyunsuk bad day banget." batin Yeri.
Yeri duduk cukup jauh dari Hyunsuk. Ia terus menatap laki laki itu sambil sesekali tersenyum. Yeri membayangkan jika saja keduanya sudah berpacaran, pasti kepala Hyunsuk sekarang sudah ada di pahanya dan Yeri akan mengelus rambut Hyunsuk yang halus itu untuk menenangkannya. Ah, membayangkannya saja sudah membuat Yeri senang, apalagi jika itu akan kejadian suatu saat nanti.
Hyunsuk membuka matanya. Ia merasa diperhatikan. Saat Hyunsuk menoleh, ia menemukan Yeri sedang menatapnya dengan senyuman. Hyunsuk tersenyum tipis melihat gadis itu. Cukup lama juga ia tidak melihat Yeri yang biasanya selalu muncul di kehidupannya.
Yeri yang sadar dari lamunannya terkejut Hyunsuk sedang menatapnya. Tidak ingin tambah canggung, akhirnya Yeri memutuskan untuk menghampiri Hyunsuk. Duduk di samping Hyunsuk yang sekarang sedang merebahkan dirinya. Hyunsuk hanya diam. Tidak ingin mengatakan sepatah kata apapun.
"Suk, long time no see ya?"
"Hm. Long time no see."
Diam lagi. Yeri bingung harus berkata apalagi. Ia takut Hyunsuk tersinggung atau merasa terganggu dengan kehadirannya.
"Are you okay?" tanya Yeri ragu.
"No. I'm not." jawab Hyunsuk dengan matanya yang kembali terpejam.
"Kenapa? Lo bisa cerita sama gue, gue kan temen deket lo juga Suk."
"Bukan masalah penting kok. Cuma tentang keluarga doang."
"Ah gitu."
Hening kembali. Yeri bisa melihat seberapa tidak inginnya Hyunsuk untuk berbicara. Laki laki di sampingnya ini benar benar tidak mood. Yeri memutuskan untuk menenangkannya. Ia pernah menonton video tentang butterfly effect. Kalau begitu Yeri boleh berharap jika perlakuan kecilnya ini dapat menimbulkan sesuatu yang besar bukan? Seperti perubahan perasaan Hyunsuk terhadapnya?
"Suk?"
"Kenapa Yeri?"
"Apapun masalah lo, lo pasti bisa lewatin semua ini. Gue yakin lo bisa hadapin mereka. Kalo lo ngerasa sendiri, lo ga sendiri kok. Ada banyak orang yang mau jadi tempat lo cerita selain Ryujin. Kalo lo ngerasa capek, lo boleh istirahat sebentar. Semakin lo maksa diri buat lanjut, semakin capek lo jalaninnya. So, take your time. Heal yourself okay? Everything will be alright. I know you can make it." ucap Yeri sambil mengelus tangan Hyunsuk.
Hyunsuk tersenyum tipis. Perasaannya terasa lebih baik sekarang. Hyunsuk membuka matanya. Menatap Yeri yang sedang menatapnya dengan senyum. Hyunsuk mengambil tangan Yeri yang sedang mengelus tangan Hyunsuk. Laki laki itu menggenggamnya.
"Makasih tetep ada buat gue walau gue udah nyakitin lo."
Yeri menggelengkan kepalanya. "Lo ga ada nyakitin gue Suk. Emang cinta itu perlu diperjuangin supaya bisa dapet."
"Maaf, gue gabisa jadi cowo yang lo mau."
"Suk, gue suka lo itu apa adanya. Bukan karena gue pengen lo jadi cowo yang gue mau. Lo ga perlu ngerasa bersalah. Disini, cuma gue aja yang belum bisa memahami diri lo."
"Tapi cinta itu saling memahami Yer. Kayak gue sama Ryujin."
Jawaban Hyunsuk membuat Yeri terdiam. Jujur, itu sangat menyakiti Yeri. Namun, Yeri tetap tersenyum dan mengelus tangan Hyunsuk. Tak apa, semuanya perlu proses untuk berubah bukan? Yeri hanya perlu bersabar dan menyingkirkan Ryujin. Itu saja.
"Kalau gitu, coba lo pahamin gue juga."
"Gue coba. Tapi gue ga janji."
Yeri mengangguk. "Iya, gue ngerti."
Setidaknya untuk kali ini Yeri memiliki kesempatan bukan? Sakit hati pasti selalu ada. Namanya juga jatuh cinta, tidak selamanya membahagiakan bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
🅘🅒🅔 🅒🅡🅔🅐🅜 ✓
Fiksi Penggemar[ Yeri x Hyunsuk x Ryujin ] Hanya karena ice cream keduanya menjadi saling kenal. Kalau kata Yeri, ice cream yang dia makan itu sama manisnya dengan sang penjual. Tapi kalau kata Hyunsuk, Ryujin tetaplah nomor satu di dalam hidupnya. Jadi seperti ap...