18 | Barang tiada tentu arah

530 139 253
                                    

"Anna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Anna."

Anna menoleh pada si sumber suara. Rupa-rupanya kembarnya sedang berdiri di ambang pitu kamar miliknya. Tak macam biasa, kembarnya — Anne, ini terlihat lebih serius.

"Ya?"

"Boleh aku masuk? Aku ingin ..."

"Masuk saja," tangkas Anna cepat. Anne menghelas nafas kasar, lalu beralih memasuki kamar kembarnya tersebut. Mendudukan diri di tepi ranjang kamar yang lebih banyak didominasi warna putih.

"Aku ingin bertanya sesuatu? Aku harap kamu mau menjawab dengan sungguh-sungguh atau ... sebenar-benarnya ... Barangkali."

Sungguh-sungguh? Sebenar-benarnya? Aih! Sejak kapan Anne dapat berubah jadi serius seperti saat ini. Ketempelan dedemit mana kembarnya satu ini?! "Ahahaha! Ya. Baik, bertanyalah. Aku persilahkan."

Anne mengernyitkan dahi melihat Anna. Agak-agaknya kembarnya ini sudah mulai gila. Bagaimana tidak ia katakan gila? Anna tertawa untuk hal yang jelas-jelas tiada mengandung lelucon sama sekali.

"Ada apa dengan dirimu akhir-akhir ini? Tak seperti biasa kalau aku perhatikan ... Ada masalah?"

Seiris tuturan Anne berhasil menyadarkan Anna dari tawanya. Seketika Anna terdiam, mampu membuat Anne bergidik ngeri sendiri jikalau Anna ini memang benar-benar sudah sakit jiwanya.

"Tak ada," jawab Anna singkat dan cenderung dalam waktu yang lama. "Mengapa?"

Anne tahu sekali, sangat tahu kalau kembarnya ini berbohong. Maka, ia ajukan tanya lagi. "Kamu tak bohong? Jujurlah, ceritakan padaku. Aku ini saudaramu, bukan? Sudah sepatutnya kamu dan aku saling terbuka, Ann ... Jangan memendam sesuatu sendirian ... Berbagilah denganku, siapa tau bisa meringankan sedikit bebanmu. Aku bukan orang asing untukmu, Ann."

Anna diam. Ia tiada mampu menyuara sebab seolah suaranya bagai dicekat. Sedikit ragu ia jika ini betul-betul kembarnya. Atau jangan-jangan ada makhluk jadi-jadian sedang menyamar menjadi Anne?!

"Ann ...," Panggil Anne sekali lagi. "Baiklah. Kalau tak mau cerita tak apa. Aku —"

"Akan ku ceritakan." Lagi dan lagi Anna memotong ucapan Anne. Kendati sedikit heran memandang kembarnya satu ini. Tapi ntah mengapa kata-kata Anne mampu menyihir nurani dalamnya untuk berterus terang.

Cerita demi cerita mulai keluar dari bibir Anna. Permasalahannya tiada lain dan tiada bukan adalah soal anak sulung Tuan Gustav — anak dari teman karib ayahnya. Dari awal pertemuannya di Societiet Concordia, Bandoeng sampai kejadian kemarin. Kejadian di penginapan milik pemuda itu.

Sungguh reaksi Anne atas ceritanya jauh di luar dugaan. Tidak mengolok seperti biasa juga tidak menghakimi. Kembarnya itu memperhatikan dalam-dalam tiap tutur dari mulutnya.

"Ja, Anna. Mungkin bisa saja aku simpulkan dari dan atas ceritamu kalau kamu agak-agaknya sudah menaruh hati pada pemuda itu ... Siapa namanya ... Jo ...?"

[Lacrimosa]; Dara-Dara RuntuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang