31 | Maha Baik Tuhan (2)

906 124 178
                                    

Benar penderitaan itu tak akan berlangsung lama, biar sangat menyakitkan, dan kata-kata yang dahulu Anna anggap hanya sebagai bualan belaka, kini tampaknya akan betul terjadi — Barangkali keselamatannya juga merupakan salah satu keajaiban

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Benar penderitaan itu tak akan berlangsung lama, biar sangat menyakitkan, dan kata-kata yang dahulu Anna anggap hanya sebagai bualan belaka, kini tampaknya akan betul terjadi — Barangkali keselamatannya juga merupakan salah satu keajaiban.

Jepang kalah. Posisi mereka kian terdesak saat Hiroshima dan Nagasaki dihujami bom maha dasyat dari Negara Paman Sam sana. Dalam keadaan terdesak Jepang akhirnya mundur, dan Hindia-Belanda memanfaatkan kesempatan itu dengan baik; memproklamasikan kemerdekaannya sebagai sebuah negara utuh sebelum kekuatan asing kembali datang untuk menguasai Hindia.

Dimana-mana banyak bendera merah putih berkibar, kebahagiaan telah lepas dari cengkraman kolonialisme betul-betul tak terelakan. Pendambaan selama ratusan tahun kini terkabul sudah.

Kini kabarnya tentara Belanda akan menjemput mereka — orang-orang Belanda yang kiranya masih selamat tertinggal di Indonesia untuk dipulangkan kembali ke negeri asal.

Hari itu telah tiba, hari dimana Anna pada akhirnya kembali menjejaki Pelabuhan Sunda Kelapa setelah sekian lama ia tak singgahi itu tempat. Ada rasa kerinduan mencuat manakala membayang kali pertama ia dan keluarganya tiba di Hindia-Belanda. Di pelabuhan ini ... awal dari segala kehancuran yang manis dimulai.

Ia lagi mengantre di sepanjang dermaga, menunggu giliran untuk melakukan pemeriksaan kesehatan sekaligus diberikan sebuah selimut, beberapa potong pakaian, dan semangkuk sup. Hari ini lagi betul-betul amat cerah, binar mentari menggagahi lekungan langit, mampu membikin suasana terbuai akan renjana euforia kemerdekaan.

Pada asrar dunia, Anna meluruh. Sekali lagi, ia selalu ingat apa yang pernah Margarecth tuturkan padanya. Pernah Margarecth katakan satu falsafah Jawa; Datan serik lamun ketaman, datan susah lamun kelangan; Jangan mudah sakit hati saat musibah menimpa diri, jangan sedih kalau kehilangan sesuatu, sebab apa yang kita miliki sejatinya adalah milik-Nya. Kita cuma tempat sementara untuk Tuhan titipkan sesuatu — Kalau Anna tak salah ingat, Margarecth dapatkan falsafah tersebut dari asisten rumah tangganya dahulu, Mbok Darmi.

Barangkali rasa sedihnya pun sama ketika Adam kehilangan Habil. Mungkin saja ... sebab mereka sama-sama kehilangan orang yang dicinta karena dibunuh.

Dan sekarang ia tinggalkan Tanah Hindia yang kini telah berubah nama menjadi Indonesia. Sebelum betul-betul masuk dalam kapal, Anna sempatkan untuk menoleh ke belakang barang sekejap. Tempat yang dulu ia datangi bersama keluarga-keluarga, kini harus ditinggali dengan sisa ia seorang diri.

Bersama rombongan orang Eropa lain yang penuh suka cita akan kebahagian bahwa mereka berhasil lolos melalui masa-masa sulit, kapal kemudian berlayar. Membawa mereka ke negara asal, menanggalkan kemahsyuran yang dulu mereka pernah cipta dalam segala.

Deburan ombak begitu tenang, tak terlalu beriak. Cakrawala pun tampak bersih tak banyak awan memanyungi, namun ... cerahnya ini suasana pun tak begitu menyilaukan mata. Agaknya alam juga lagi mengiringi kebahagiaan yang tertera.

Anna sudah menyerap banyak kesunyian, dirasainya pun kini air matanya benar-benar kering. Sebetulnya, Anna itu agak berat meninggalkan Hindia sebab kabar mengenai papanya belum juga ia dapat. Sampai detik ini Anna masih tak tahu-menahu bagaimana kabar sang papa.

Sampai pada akhirnya ia lebih memilih menyendiri, berjalan ke geladak. Di tengah kesendiriannya Anna menggeram. Mengeratkan tangannya pada rok gaun yang dikenakan. Ntah lah dia ingin sebut ini cobaan — lagi — atau bukan. Dua hari yang lalu ia baru mengetahui kalau apa yang dilakukannya dulu — untuk mempertahankan hidup, kini membuahkan hasil.

Ia ... mengandung.

Dan lagi, jiwanya langsung terasa lumpuh kembali kala mengingat apa yang dialaminya kini. Baru ia ingin merasa kuat, tapi kalau mengingat apa yang tumbuh di rahimnya itu rasanya ia kembali tercekat. Tak bisa ia bayangkan bagaimana kehidupannya ke depan. Ia itu, kalau boleh jujur belum sanggup memikul semua.

Ada satu tempat tujuannya setelah ini. Ia akan pergi ke Provinsi Limburg guna menemui keluarga dari mendiang sang mama. Barangkali mereka selamat dari invansi Jerman dan semoga mereka masih mengingat Anna. Sebab sekarang, hanya mereka satu-satunya tumpuan Anna untuk tetap hidup.

Sekali lagi, Anna luruh. Mungkin saja Tuhan sengaja titipkan dia calon manusia guna menemani kehidupannya kelak biar tak sendiri lagi.

Mungkin. Mungkin saja ...

Berpikir positif itu memang perlu benar, sebab dengan pikiran positif secara tak langsung ketegaran menjalani alur kehidupan itu akan tercipta dengan sendirinya. Dan kini Anna berusaha meyakini itu ~

༻✦༺

Sementara, jauh di sana, ada seseorang yang memperhatikan kepergian dara itu dari balik nyiur. Rasa benci sekaligus sakitnya masih tak terbendung, tapi tak bisa dipungkiri, rasa cintanya pada dara itu juga besar.

Sebelumnya sempat ia dengar buah bibir, katanya ada seorang gadis Belanda hidup selamat, damai di masa itu. Tak disiksa macam kawan sebangsanya. Namun kesejahteraannya dibayar mahal. Apalagi gadis itu melayani salah seorang kolonel yang terkenal dan ciri gadis yang disebutkan pun mirip sekali dengan Anna.

Awalnya pemuda itu tak menaruh kepercayaan, yang dia yakini dara itu sudah mati. Namun sekarang ia buktikan dengan mata kepala sendiri, saat dara itu mau pergi.

Ia akui ia betul-betul sangat jahat. Tapi, kala netranya jumpai dara itu yang sudah tak lagi macam dulu, ia merasai satu kesakitan. Ingin sekali ia hampiri dara itu, mengajaknya bersama untuk saling mengobati kekosongan. Tapi untuk melangkah lebih jauh mendekati dara itu pun, kekuatannya seakan hilang — Terlalu kelu.

"Saya harap kamu senantiasa diberkati kebahagiaan, An. Saya mau ucapkan maaf, tapi saya tak mampu," melirih dia memandangi dara itu yang kian hirap dibalik kerumunan manusia memasuki kapal.

"Jangan risau, An." Dan pemuda itu menghelas napasnya kasar, "Tuhan akan betul-betul lindungi kamu. Tenang saja...."

" ... Sebab, Tuhan tak pernah tidur." Kalimat yang dahulu pernah Anna gumamkan untuk Margarecth, kini digumamkan pula oleh pemuda itu untuk dirinya. Secara tak sengaja ~








T A M A T
24 April 2021

T A M A T24 April 2021

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[Lacrimosa]; Dara-Dara RuntuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang