03 | Meester Cornelis; Welkom

1.4K 276 383
                                    

Somethings on my mind
Always in my head space.❞
Lovely ————↺———— 3.20

.  * .    .   °  . ●                  ° .
¸ .  ★ ° :.  . • °   .  * :. ☆
   ° :.                    ° .☆         . ● .°     °★
★  ★°★ .  *  .  °☆  . ● . ★ ° .  • ○ ● .  ☆  ★ ° ☆ ¸. ¸  ★  . • °   . 

L A C R I M O S A
:: Dara-Dara Runtuh ::
03 | Meester Cornelis; Welkom

Batavia, 1927

"

Papa, itu bangunan seperti Istana Dam."

Mata Anna menatap intens bangunan yang ia katakan mirip Istana Dam. Sekejap pun ia enggan mengalihkan tatapnya dalam lajur perjalanan mereka menuju hunian Rudolph yang akan mereka tinggali di Meester Cornelis.

"Ja, Anna. Stadhuis."

Tak berpaling, netranya bertahan menatap nuansa Eropa cukup kental di sepanjang jalan menuju Meester Cornelis. Kendati wajahnya tak menyuara kagum sama sekali, tetapi dari tatap matanya tiada bisa dipungkiri kalau ia lagi betul menuai kagum.

 Kendati wajahnya tak menyuara kagum sama sekali, tetapi dari tatap matanya tiada bisa dipungkiri kalau ia lagi betul menuai kagum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Amat sengaja Rudolph meminta supir yang membawa kendaraan pribadinya untuk berputar dahulu mengelilingi Batavia.

Dengan tujuan ingin menunjukan pada dua kembar kecilnya bahwa Batavia juga pun sengaja dirancang menyerupai Netherland sejak masa maharaja VOC, alias sudah hampir tiga abad yang lalu—sekaligus mengobati anak-anak itu yang katanya sudah dilanda rindu suasana Netherland.

Sekarang sudah tak ada alasan lagi!

"Mengapa mereka buat persis seperti Istana Dam, Papa?" Kembali Anna menyuara setelah gedung balai kota tersebut hirap bersamaan dengan terus melajunya kendaraan yang mereka tumpangi.

"Sengaja. Untuk mengingatkan orang-orang seperti kita kepada Netherland."

Berbeda dengan Anna yang tak hentinya menatap fokus pemandangan yang terus berganti, Rudolph justru terlihat acuh menatap ruang Batavia.

Tatapnya tak menyemburat arti sama sekali. Justru kehampaan terpancar di sana.

Merasa tak puas, Anna terus menatap papanya untuk menuntut penjelasan lebih lanjut. "Lalu?"

Rudoph tersenyum samar, "sejak dulu, beberapa keturunan asli Netherland tak bisa melihat langsung negara atau jika beberapa orang yang mendapati tugas yang cukup lama di sini, mereka bisa mengobati rindu kepada Netherland melalui tempat bernuansa semacam ini."

[Lacrimosa]; Dara-Dara RuntuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang