❝Rendah ataupun tidaknya seorang, semua sama di mata Tuhan. Sebenar - benarnya budaya mereka sendiri mencipta perbedaan yang tertera.
Seperti yang kau dan kau orang lihat saat ini.❞[ Ann With An A and E ]
Batavia; Hindia Belanda, 1941𝖆𝖗𝖙
༻✦༺
Silih waktu terus berganti, tapi persoalan Tanah Hindia djuapun tak terhenti. Bumi yang katanya macam Nirwana tiada banding ini pun tak ubahnya macam samsara tiada henti bagi mereka si pemilik asli tanah ini.
Boleh saja dikata semua Tuan Eropa menikmati pesona lapisan surgawi tanah ini. Tapi tentu lain hal dengan Rudolph — Si Tuan Eropa yang kerap dilanda gundah sebab perkara yang ia buat dalam eufoni pikirnya sendiri.
Gaung pilu sebab kepalang jemu sudah teramu bersama sendu ia rasai tiap hembus napas hidupnya akhir - akhir ini. Ia ... nyatanya tak dipulangkan ke negara asal. Bagus! Biar kian jadi busuk ruang jiwanya kini!
Perkara Tanah Hindia tak akan ada habisnya dikupas. Tak terkecuali persoalan gundik. Sejak kejadian dimana salah seorangan dara van der Lijn — Anne, menjumpai gundik saat tengah menemai papanya membeli bunga untuk mamanya. Benaknya mulai dibayangi 'apa dan bagaimana gundik itu melalui cara pandang seorang?'
Sayang sekali ... terkadangnya pula ia berpikir, seharusnya dan sepatutnya mereka itu diayomi. Ntah mengapa pikiran itu melintas. Sebab pada waktu itu yang ia jumpai gundik diperlakukan layaknya bukan manusia. Pun mereka juga sama - sama makhluk Tuhan. Mengapa bisa diperlakukan sedemikian rupa? Kasarnya pula mereka sudah memberi kepuasan bagi si pemilik.
Ntahlah, dara itu pun secara tiba - tiba kerap mengingat mamanya jikalau membahas persoalan gundik. Bedanya, nasib mamanya lebih beruntung. Dicintai budak asmara macam papanya yang tampan. Hmnn ... Papanya memang tampan tiada dua.
Satu kali waktu pernah dara itu bertanya pada papanya setelah sempat sebelumnya ia tanyakan pada Anna dan kembarnya itu tiada tahu - menahu. Lebih tepat sebenar - benarnya bukan tiada tahu betul, tapi lebih ke ranah malas menanggapi. Sebab persoalan itu tak ada sangkut - paut dengan diri Anna.
Dan dara tanyai perkara tersebut disaat Rudolph baru saja tiba dari pekerjaannya bertepatan dengan mencuatnya senjakala dan menggelempar tak ada daya duduk di atas sofa ruang keluarga.
"Papa," panggil dara itu lembut.
"Tak dengar papa tutup mata." Jelas sudah tak perlu ditanyakan lagi, Rudolph selalu saja mendadak berubah bukan menjadi Rudolph macam biasanya kalau - kalau bersanding dengan Anne. Ntah mengapa Rudolph tak tahu alasannya. Barangkali sudah jadi naluri orang tua menyesuaikan diri jika disanding dengan anaknya yang berbeda karakter.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Lacrimosa]; Dara-Dara Runtuh
Ficção Histórica[𝐂𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞𝐝] ❬ 𝗛𝗶𝗻𝗱𝗶𝗮-𝗕𝗲𝗹𝗮𝗻𝗱𝗮, 𝟭𝟵𝟮𝟳 ❭ Tiap garis hidup itu punya aksara masing-masing yang membikin itu hidup mau hitam atau putih (atau mungkin abu-abu, barangkali) Cakrawala kemanusiaan terlalu meliuk menyucikan insani. S...