💔Hancur [1]

21.3K 1.6K 458
                                    

💔HANCUR💔

"Mau ke mana, Cantik?"

"Kamu nggak bisa lari lagi sekarang."

"Udah jangan lari lagi, Cape tau ngejar kamu!"

"Jangan nakal ya, Cantik."

"Haha...."

Mundur beberapa langkah, berusaha untuk melarikan diri dari sana, dari kejahatan yang sebentar lagi akan mengambil kebahagiaannya.

"Jangan, jangan ganggu Abel!"

"Pergi, kalian pergi!"

"Jangan!"

"Tolong, jangan!"

"Lepasin, lepas... tolong!"

Sur!

Mata gadis itu mengerjap, saat ada sesuatu yang membasahi wajahnya.

Sebagian seragamnya basah terkena siraman air. Tidak tahu siapa yang melakukan itu, tetapi Abel merasa beruntung karena bisa terbangun dari mimpi buruknya.

Mimpi buruk, yang dulunya adalah masa lalu Abel.

"Bangun! Siapa yang bolehin lo tidur?"

"Kerjain PR gue!"

Abel menatap dua teman kelasnya dengan tatapan kosong. Pikirannya masih berkelana di mimpi buruk tadi.

Di-bully adalah makanan setiap hari Abel di sekolah. Tidak ada yang mau berteman dengannya selain Sendy karena rumor yang beredar itu.

"Woi! Denger nggak, Jamet?"

"Liatnya gitu banget. Nantangin gue? Mau ditampol?"

Abel menggeleng cepat dan langsung keluar kelasnya untuk menuju kamar mandi, membersihkan seragamnya, membenarkan penampilannya yang berantakan.

"Kayla Christabel Sharon!" teriak Sendy sambil berlari menghampiri Abel yang tertunduk meremas jari-jari tangannya.

Sendy memperhatikan Abel dari atas sampai bawah. Tangannya mengepal, dadanya juga sudah naik turun. Sendy tahu apa yang terjadi.

"Lagi?" tanya Sendy, Abel mengangguk lemah.

"Bajingan! Kenapa mereka kayak Lucifer, sih!" geram Sendy sambil mengepalkan tangannya.

"I'm okay, Sen," cakap Abel, tersenyum pada Sendy.

"Simpen fake smile lo itu! Nggak usah munafik, Bel. Gue tau lo sakit hati, lo marah, lo sedih, tapi lo nggak bisa nunjukin. Sampe kapan lo mau diinjek-injek sama mereka?"

"Kalo lo diem terus, mereka bakal makin mojokin soal masa lalu lo itu."

Mata Abel membulat mendengar itu. "Sen, kamu percaya, kan? Aku nggak lakuin itu, Sen."

"Gue percaya sama lo, tapi yang lain?"

Abel meremas jarinya semakin kuat, dia harus melawan? Bagaimana? Mereka terlalu banyak dan Abel hanya sendiri, berdua jika Sendy menolongnya.

"Nggak usah pake kekerasan, Bel. Lo cukup tepis setiap omongan mereka yang gangguin lo, jangan pernah nangis lagi depan mereka, pasang muka datar. Paham?"

Abel mengangguk mengerti kemudian tersenyum pada Sendy. Betapa bersyukurnya dia mempunyai sahabat seperti Sendy.

"Yaudah, sekarang rapiin diri lo. Gue temenin ke toilet, ayok!" Sendy menarik tangan Abel menuju toilet.

💔HANCUR💔

Bel masuk berbunyi, menandakan jam istirahat telah selesai. Abel melangkahkan kakinya memasuki kelas.

Kelas Abel selalu berisik, tetapi saat dirinya datang, semua langsung diam dan hanya menatapnya dengan tidak suka.

Seperti sekarang.

Abel mengembuskan napasnya kesal. Tasnya, lagi-lagi hilang entah ke mana. Biasanya mereka menaruh di tempat sampah, di atas lemari, dan lainnya.

Abel mencari di lemari tidak ada, dia berjalan keluar dan menemukan tasnya sudah berada di tempat sampah.

Saat Abel mengambilnya, tasnya sudah basah dan baunya sangat tidak enak. Buku-buku pelajaran juga ikut terkena basah.

"Haha... sampah! cocok kaya dirinya, Sampah!"

"Eww, bau banget pasti itu!"

"Eh, tapi pantes sih. Kan sama-sama sampah!"

"Bau busuk, kaya lo!"

"Keluar, sih lo dari sini!"

"Malu-maluin nama sekolah!"

"Aib lo bikin jelek nama sekolah, Woi!"

"Sadar diri, sih lo nggak pantes di sini, lo pantesnya di tempat sampah!"

"Dasar, nggak tau malu!"

"Orang tuanya pasti nyesel banget punya anak kaya dia!"

"Anak dajjal!"

"Anak sampah!"

"Nggak tau diri, nggak tau malu, nggak punya muka!"

Tidak ada Sendy. Kelas Abel berbeda dengan Sendy. Jaraknya juga cukup jauh.

Abel sendirian sekarang, tetapi dia ingat kata-kata Sendy kalau dia harus menepis semuanya.

Dengan keberanian dia memasuki kelas tanpa membawa tasnya, dia memasang ekspresi datar dan menatap satu per satu teman kelasnya.

"Sampahan mana sama orang yang bisanya cuman bully orang lain?"

Semuanya syok, seperti tidak percaya kalau Abel membuka suara. Biasanya, Abel hanya diam dan menunduk. Sekarang, dia berani mengangkat kepalanya, menatap mereka semua, dan membuka suara.

"Kalian nggak cape bully aku terus? Aku aja cape yang di-bully sama kalian."

"Hidup kalian gabut banget, ya? Ngurusin aku banget, sok tau tentang masa lalu aku. Kenapa nggak sekalian jadi pembantu di rumah aku?"

Plak!

"Belajar dari mana lo, berani lawan kita?"

Plak!

"Nggak usah sok berani, ya!"

"Ada yang seneng sama lo? Cuman guru-guru sama Sendy yang seneng. Bahkan, orang tua lo aja nyesel punya anak kaya lo."

"Sampah kaya lo nggak pantes disenengin."

"Kenapa kalian jahat? Hati kalian ciptaan iblis!" teriak Abel sudah merasa kesal.

"Berani lo ngejawab?"

Bugh!

Abel memegangi perutnya yang sakit karena ditendang salah satu teman kelasnya.

Kini Abel dilempari kertas, sisa makanan, dan air.

Tawa mereka terdengar, memenuhi isi otak Abel. Sangat menyiksa, Abel hanya bisa menangis, menyudutkan dirinya ke tembok.

Sakit, kenapa mereka jahat? Kenapa? Udah cukup. Abel sakit, batin Abel menangis.

💔HANCUR💔

Next?

NGGAK USAH PADA BINGUNG, SENDY TUH CEWE, ASTAGAH!

DAN ABEL JUGA CEWE, DARI NAMANYA AJA MASA NGGAK BISA BEDAIN:)

HANCUR! [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang