💔Hancur [17]

7.9K 792 273
                                    

💔HANCUR💔

Abel berjalan sambil menangis, dirinya tidak membawa apa-apa selain benda pipih yang berguna untuk komunikasi.

Duar!

Suara petir terdengar, tetapi tidak membuat Abel terkejut sedikitpun. Detik demi detik hujan turun dan semakin deras.

Abel tidak bodoh. Walaupun dirinya sakit hati, dia tidak akan membiarkan hujan membasahinya.

"Neduh dulu deh, abis ini nggak tau mau ke mana lagi," gumam Abel, sambil menghapus air matanya.

Abel duduk di sebuah pos ronda, sambil mengusap-ngusap tangannya sendiri berusaha menimbulkan kehangatan.

"Ma, Pa... dingin," lirih Abel dengan suara yang gemetar.

Abel menyenderkan kepalanya ke samping, membiarkan air mata jatuh kembali. Meski hujan dan Abel tahu kalau dia berteriak tidak akan ada yang mendengarnya.

Tapi bagi Abel, menangis dalam diam, menangis tanpa isakan jauh lebih baik.

"Kenapa kalian usir Abel?"

"Apa salah Abel?"

"Abel anak mama sama papa, kan?"

lontaran itu terus ke luar dari bibir pucat Abel. Matanya terpejam, tetapi masih mengeluarkan cairan bening.

Tin!

Bunyi klakson mobil tidak membuat Abel membuka matanya.

"Bel, hei. Lo ngapain di sini?"

Vigo menghapus air mata yang jatuh membasahi pipi Abel.

"Ini gue, Vigo. Buka dulu matanya," ucap Vigo sangat lembut, sambil mengusap pipi Abel.

Abel membuka mata dan langsung memeluk Vigo. Terkejut akan pelukan dari Abel, Vigo sempat terdiam, tetapi detik berikutnya dia membalas pelukan itu.

"Lo kenapa,  Bel?" tanya Vigo sambil melepaskan pelukannya.

Abel tidak menjawab, tatapannya kosong. "Um... yaudah, lo mau pulang apa gimana? Biar gue anter."

Vigo mengerti, Abel pasti belum siap menceritakan semuanya saat ini.

Gue nggak tau lo kenapa, tapi liat lo nangis hati gue sakit, batin Vigo.

"Pulang? Gue anter sampe rumah," tawar Vigo.

Abel menggeleng kemudian menunduk. "Itu bukan rumah aku lagi, Vigo. Aku diusir."

"Yaudah kita ke mobil dulu, ya. Nanti lo ceritain ke gue semuanya, kenapa lo bisa diusir. Di sini dingin, Bel. Gue nggak mau lo sakit nanti."

Abel mengangguk, dia hanya menurut karena yang Vigo katakan ada benarnya juga. Meski keadaan terpuruk, Abel tidak ingin tubuhnya tumbang.

Abel memasuki mobil Vigo, setelah itu mereka pergi ke suatu tempat.

Vigo membawa Abel untuk mencari makanan dan minuman hangat.

HANCUR! [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang