💔Hancur [29]

9.9K 836 160
                                    

💔HANCUR💔

Brak!

"Gue orangnya bisa baik, Bel, tapi kalo dijahatin duluan, gue bakal lebih jahat."

"Gue kurang apa, Bel sama lo? Gue sayang sama lo, gue mau jadi sahabat lo, tapi apa pembalasan lo? Pengkhianatan!"

"Kalo ditanya hal apa yang bikin gue nyesel, sekarang cuman satu. Gue nyesel udah percaya dan sahabatan sama orang munafik kayak lo!"

"Pergi dari rumah gue, Bel. Lepas semua yang gue beli buat lo. Baju, celana, semuanya, kecuali yang lo pake sama seragam sekolah." Sendy tidak menatap Abel sama sekali, jauh di lubuk hatinya dia tidak tega, tetapi kecewa tetaplah kecewa. Sendy tidak ingin jadi munafik yang berpura-pura sudah memaafkan namun sebenarnya masih kecewa.

"Gue kecewa sama lo, Bel." Setelah mengatakan itu, Sendy menutup pintu rumahnya dan berlari menuju kamar.

Abel tidak sanggup berkata apa-apa lagi. Sekalipun dia membela diri, Sendy tidak akan percaya, karena bukti tersebut sudah sangat jelas.

Abel tidak marah ataupun menyalahkan Sendy. Jika Abel yang berada di posisi Sendy, pastinya dia juga akan sangat kecewa. Walaupun sebenarnya bukan Abel yang mengirim pesan tersebut, tetapi bukti tetap menjadi bukti.

"Maafin Abel, Sen," lirih Abel, kemudian pergi dengan masih memakai seragam sekolah.

💔HANCUR💔

Tidak tahu ingin ke mana lagi, Abel melangkahkan kakinya tanpa arah tujuan.

Dia sudah menghubungi Vigo, tetapi tidak ada tanggapan apa pun.

Tidak ada pilihan lagi, selain pulang ke rumahnya. Rumah yang selalu menjadi neraka untuk Abel.

Abel sudah diusir dan dibuang dari sana, apa mungkin mereka akan menerima Abel kembali?

Jam masih menunjukkan pukul sore, namun awan sudah gelap, suara petir mulai terdengar.

Sesampainya di depan rumah. Abel menarik napas dalam-dalam dan membuangnya pelan.

Segala doa dia rapalkan, berharap Adam, Rida, dan Kania mau menerimanya kembali. Karena sejujurnya, Abel tidak tahu harus ke mana lagi.

Tok! Tok!

Ceklek!

Pintu itu terbuka, Kania melipatkan tangannya di dada. "Ngapain ke sini?"

Abel yakin ini akan menjatuhkan harga dirinya, tetapi harus bagaimana lagi? Hanya ini satu-satu rumah yang bisa dia tuju.

"Aku boleh tinggal di sini lagi?" tanyanya.

Kania langsung tertawa sampai sudut matanya mengeluarkan sedikit cairan bening. "Tinggal di sini lagi? Heh! Lo lupa? Lo itu udah diusir dari sini, papa sama mama juga udah buang lo dari kata keluarga."

"Tapi aku juga anak mama sama papa, Kania. Kamu juga ade aku, jadi aku masih bagian di keluarga ini."

Kania mengangkat satu alisnya, memandang Abel dari atas sampai bawah. "Lo kaka gue? Sayangnya, itu nggak pernah terjadi, Abel."

Abel mengerutkan keningnya, bingung dengan arti ucapan Kania."Maksud kamu?"

"Kamu emang bukan kakanya Kania," celetuk Rida yang sudah berdiri tepat di samping Kania.

HANCUR! [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang