💔Hancur [16]

8.3K 804 243
                                    

💔HANCUR💔

Abel memasuki rumah Sendy sambil senyum-senyum sendiri, tanpa sadar dia sudah sampai di depan kamar Sendy.

"Dor!"

Terkejut, Sendy mengagetkannya. "Ngapa lo senyum-senyum gitu? Kesambet apaan? Wah, lo jangan bawa kuntil anak ke rumah gue, ya!"

"Iya, Abel kesambet Vigo. Tadi, Vigo nyium Abel!" pekik Abel, tetapi sambil senyum malu-malu.

Sendy membulatkan matanya. "Lo ciuman depan rumah gue?"

"Bukan ciuman, Sendy, tapi Vigo yang nyium Abel. Lagian, Vigo cium kening bukan bibir," jelas Abel.

Sendy mengedipkan matanya beberapa kali. "Astagah, lo berdua udah jadian?"

Abel menggeleng dan mengembuskan napasnya pelan. "Belum."

"Gila, belum jadian aja udah bikin lo kaya orang gila senyum-senyum sendiri, gimana kalo udah jadian? Masuk rumah sakit jiwa gue rasa."

Abel membuka pintu kamar, karena Sendy sedang membawa dua piring yang berisi cemilan dan dua cokelat panas.

"Abel juga nggak mau cepet-cepet jadian, takut Vigo belum bisa sembuh dari luka masa lalunya," ucap Abel sambil berjalan menuju kamar mandi.

"Eh, maksud lo?" tanya Sendy.

Abel berbalik, menatap Sendy sebentar. "Vigo mantannya Kania. Mereka pacaran lumayan lama, tapi Vigo cuman dijadiin selingkuhan, dan parahnya... Vigo nggak tau selama mereka ngejalanin hubungan."

"Hah! Mantannya orang-orangan sawah?!" teriak Sendy tidak menyangka, seorang Vigo adalah mantannya Kania.

"Sen, namanya Kania. Bukan orang-orangan sawah," protes Abel.

Sendy memutarkan bola matanya. "Iya, Kania." Sendy tahu, Abel itu sayang pada Kania, sejahat apa pun Kania padanya, Abel tetap menyayanginya.

💔HANCUR💔

"Lo mau balik sekarang?" tanya Sendy, sambil membuka jendela kamarnya karena matahari pagi sudah terbit dengan cerah.

"Iya, Sen. Besok juga udah masuk sekolah," jawab Abel.

"Yaudah, gue anter lo sampe rumah." Sendy mengambil kunci mobilnya dan diikuti Abel yang sudah siap untuk pulang.

Sebenarnya jika disuruh memilih, Abel nyaman di rumah Sendy. Hanya saja, Abel menghargai orang rumah, meski mereka tidak menganggap Abel.

"Bye the way, udah siapin buat lomba cerpennya?" tanya Sendy sambil menyetir.

"Udah, tadi malam Abel bikin pas Sendy ngorok duluan," jawab Abel, diakhiri kekehan kecil.

"Enak aja! Gue mana ada ngorok," decak Sendy, sambil membulatkan matanya ke Abel sebentar.

"Sendy tidur, jadi nggak tau. Lah, Abel yang masih melek liat Sendy tidur, terus ngorok gede."

"Abel!" teriak Sendy, "Kalo bukan sahabat , udah gue ulek mulut lo!"

"Sabar, ya Sen. Abel tau, Abel ngangenin."

HANCUR! [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang