💔HANCUR💔
(BACA SEKUEL BIAR PAHAM).
Abel melihat kecelakaan itu terjadi, dia juga tahu siapa korban kecelakaan tersebut.
Tubuhnya seperti tersambar petir. Melihat dua orang yang dia sayangi terkapar lemah, mata terpejam, dan penuh darah.
Abel menyayangi Kania? Jelas, bahkan setelah dia mengetahui Kania bukan adik kandungnya, tetapi Abel tahu mereka masih adik kakak.
Walaupun berbeda rahim, tetapi mereka satu darah.
Dengan gemetar dan jantung yang berdetak lebih cepat. Abel menghampiri kerumunan itu.
Menarik napasnya dalam-dalam, Abel berbicara pada seseorang yang sedang membawa Vigo dan Kania ke mobil ambulans.
"Ini ade sama temen saya, Mas. Biarin saya ikut di ambulans sampe ke rumah sakit, ya," pinta Abel.
"Kamu keluarga korban? Syukurlah, karena korban harus cepat mendapat tindakan."
Abel mengusap cairan merah kental di tubuh Kania dan Vigo. "Bertahan, please," lirihnya.
💔HANCUR💔
Siapa yang bakal pergi? Aku harap bukan kalian, batin Abel. Sambil menatap ruangan Vigo dan Kania berada sekarang.
Sudah satu jam lebih, tetapi belum ada tanda-tanda dokter yang menangani Vigo dan Kania keluar memberi kabar baik.
Abel sudah menghubungi Adam, Rida, dan Clara, begitu juga dengan Surapmo.
Mereka berkumpul di sini, tatapan Clara terpancar kebencian pada Abel.
"Vigo begini pasti karena kamu!" bentak Clara.
Abel menggeleng pelan. "Tante jangan asal nuduh, tanya aja sendiri nanti sama anak tante," jawab Abel ketus, meski hatinya sedang sangat cemas.
Surapmo mengusap lembut pundak Abel, memberi gadis itu ketenangan dan kekuatan. Biar bagaimanapun Abel akan terpukul akan hal ini.
Vigo dan Kania. Dua orang yang sudah menyakiti Abel, tetapi Abel menyayangi mereka.
Dokter dan suster keluar dengan tergesah-gesah. Meghampiri mereka yang sedang menunggu.
"Keluarga Kania. Pasien butuh pendonor darah sekarang, kebetulan stok darah A di rumah sakit ini tidak cukup, jadi pasien masih butuh lebih dari yang ada di rumah sakit."
Adam, Rida saling bertatapan.
"Darah saya A, tapi saya punya darah rendah, Dok. Apa bisa?" tanya Adam.
Dokter itu menggeleng pelan. "Maaf, Pak. Untuk yang punya darah rendah kami tidak bisa mengambil tindakan, karena itu akan sangat fatal bagi si pendonor."
Rida semakin cemas. "Kania emang anak saya, tapi darah kami berbeda. Saya AB, sedangkan Kania ikut golongan darah papanya."
Memang ada yang seperti itu. Darah anak tidak selalu sama dengan ke dua orang tuanya. Biasanya hanya salah satu saja. Seperti yang terjadi dengan Adam, Rida, dan Kania.
Abel berdirih dan menghampiri dokter tersebut. "Darah saya A, Dok. Saya juga nggak punya darah rendah, saya sehat. Jadi, saya siap donorin darah saya buat Kania."
"Siapa nama kamu?" tanya dokter.
"Abel. Kayla Christabel Sharon," jawab Abel.
"Baik, ikut saya sekarang, kita harus cepat. Kondisi Kania cepat menurun."
KAMU SEDANG MEMBACA
HANCUR! [END].
Ficção Adolescente[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] {PART MASIH LENGKAP, SUDAH ADA SEKUELNYA: KESEMPATAN!} (Fiksi Remaja, Romansa) Warning: Cerita ini mengandung bawang, jika tidak kuat membacanya silakan mundur. "Mama! Abel dapet juara dua lomba nulis cerpen!" "Papa! Abel j...