- Behind Cut (20)

51 17 8
                                    

"Sudah, aku sudah menceritakannya," ujar Hueningkai langsung setelah menceritakan bagaimana aku mengungkapkan masalah. Tangannya yang lebar masih merangkulku. Sementara aku sendiri, terpaku memeluk lutut. Rambut panjang tergerai menutupi sebagian muka dan aku bersyukur karenanya. Hueningkai tak perlu menatap wajah tertekanku. "Hei, Sol Ahn, kau tidak apa-apa?" Menyadari aku yang terdiam, pemuda itu bertanya.

"Ah, iya. Aku tidak apa-apa." Tentu saja suaraku bergetar dan Hueningkai mengetahuinya dengan cepat.

"Jika kau mau, aku akan menceritakan bagian selanjutnya."

"Tidak!" selaku dengan sedikit keras. Terasa seperti bentakan karena aku merasa kerongkonganku kering setelah mengatakannya. Buru-buru, aku mencari botol air mineral di lantai dan menemukannya dengan cepat. Botol itu tergeletak di dekat naskah Hueningkai yang terjatuh. Aku langsung mengambilnya.

Aku terkejut ketika Hueningkai juga dengan cepat menyambar naskah tersebut dengan tangannya yang panjang. Mata kami bertemu, tetapi dia mengalihkan pandang. Aku tak punya waktu untuk bertanya-tanya atas tindakan lelaki itu kecuali mengerutkan kening dan memicing. Segarnya air mineral membasahi kerongkonganku.

Mencoba memulihkan hati dan pikiran yang sempat berantakan, kuputuskan untuk terdiam sejenak dan menilik ke luar jendela. Langit begitu bersih seperti malam itu. Udara sarat akan aroma laut yang menusuk. Seolah-olah lautan dan langit telah menjadi satu. Hanya dengan memikirkannya, aku pun kembali mengumpulkan nyali untuk bercerita.

"Baiklah, mari kita mulai." Aku menutup botol dan kembali duduk di atas ranjang. Kulirik Hueningkai sembari mengambil mikrofon. Ekspresinya kalut dan dia menggigit bibir bawahnya dengan gelisah. Hendak bertanya, tetapi pemuda itu seolah menghindari mataku. Aku memutuskan untuk bertanya padanya nanti.

Tombol record telah ditekan, dan aku pun mulai bersuara.

"Banyak yang berkata, malaikat dan iblis itu tidak punya perasaan. Lalu yang kurasakan saat ini itu apa?"

Mendengar suaraku, pundak Hueningkai tersentak dan dia mulai meremas naskah yang dipegangnya.































































°•°•°•°

Ngetik di hape gara-gara diajak mama keluar cari makan :" dadakan banget nih, masih anget

what do you think about the new cover? Ini cover ketiga buat work ini btw hahaha

Night Talks || HueningkaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang