ini lima belas

235 32 1
                                    

15. hampir beRanTem





















***

Rayka, Rian dan Zuwa sedang duduk di kelas sambil menunggu Timur membelikan pesanan mereka.

Tadi saat jam istirahat Timur ngajuin diri buat beliin pesenan mereka di kantin, niat-nya sih Rian mau ikut,
tapi gak dibolehin sama Timur.

"Lama banget" kata Rayka sambil melihat ke luar kelas, berharap Timur sudah datang.

"Tumben tu anak mau ke kantin" ucap Zuwa.

Biasa-nya Timur tuh paling males ke kantin, kerjaan-nya nitip mulu.






Kalo bisa nitip kenapa harus beli sendiri?







"Woy" Zaki datang dari kantin dengan napas terengah-engah, "Timur—"

"Kenapa?" tanya Rian.

"Timur ngutang lagi?" tanya Rayka ikut-ikutan.

Zaki menggelengkan kepala-nya sambil menunjuk keluar, "Berantem" lapor-nya.




Ketiga-nya tersentak, reflex berdiri saat mendengar-nya.

Membuat Rian menutup novel-nya, "Sekarang dia dimana?" tanya Rian.

"Lapangan"

"Oke thanks"

Rian langsung berlari, diikuti Rayka dan Zuwa di belakang-nya, meninggalkan Zaki yang masih duduk terdampar karena cape berlari.

Lari dari lapangan Antariksa yang luas banget ke kelas mipa 7 yang ada di lantai 5 cukup buat Zaki ngos-ngosan.












"Semur" panggil Rayka saat melihat Timur sedang berdebat dengan adik kelas-nya, Rayka kenal dia, dia Alvaro.

Semua yang melingkari mereka berdua menoleh, tentu yang punya nama juga ikut menoleh, "Timur Royko, nama gue cakep-cakep lo ganti jadi Semur" kata Timur tak memperdulikan Varo, adik kelas-nya yang sedang menatap diri-nya dengan tatapan menantang.


"Jangan ngalihin pembicaraan, takut lo sama gue?" kata Varo, terdengar nada meremehkan.

Timur menatap Varo lagi dengan santai, "Udah belum sih ngomong-nya? Bakso gue udah dingin" kata-nya.

Varo semakin dibuat kesal, merasa di remehkan oleh ucapan Timur, ditambah banyak sorakan yang di peruntukan untuk-nya.

"Lo takut kan?" kata-nya lagi dengan senyum miring.

"Enggak" jawab Timur.

"Gak cocok lo jadi ketua basket" kata Varo, berusaha memancing emosi Timur.

Timur tak menghiraukan, bakso lebih penting daripada Varo.




Masalah-nya ini bakso gue udah mulai dingin!





"Gue gak tau kan gue di tunjuk, serius gue laper" kata Timur.

Varo memperlihatkan senyum miring-nya lagi, maju satu langkah mendekati Timur seraya menunjuk-nya, "Lo takut" kata-nya dengan penuh penekanan.

"Gak usah nunjuk gue" kata Timur dingin.

Varo menaikkan satu alis-nya masih dengan senyum miring-nya, merasa bangga saat emosi Timur sudah terpancing.

Masa Sih?!! (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang