Happy reading 💚
Ares melajukan motornya memasuki gerbang belakang sekolah, memarkirkan kuda besi itu di warung kecil—tempat yang biasa di gunakan untuk nongkrong dan membolos anak-anak Alleric.
Dapat Ares lihat, motor para sahabatnya pun berjajar di depan tempat itu.
“Bos, kita udah telat satu jam nih,” celetuk Rey.
Ares membuka helm serta sedikit merapikan rambutnya yang menutupi mata.
“Hm, biasanya juga gini.”
Darren mendesah lelah. “Pasti bakal dihukum ini mah.”
"HEH KALIAN KENAPA BARU MASUK JAM SEGINI, HAH?!" teriak pak Tara yang sudah berkacak pinggang.
“Telat, Pak,” balas Arthur datar.
“Saya juga tau kalau kalian telat.” Pak Tara memandang sinis anak didiknya.
Rey tersenyum geram, menahan kesal. “Nah, kalo tau ngapain nanya, Pak?”
“DIAM KAMU, REY!”
“Jangan teriak Pak, ingat umur!” peringat Ares, bermaksud baik.
"BERANI KAMU SAMA SAYA?" Namun, Pak Tara justru makin murka.
"Selow, Pak, selow. Dari pada darah tinggi Bapak kumat, mending langsung hukum kami aja.”
"Hormat di tiang bendera sampai istirahat!" ketus Pak Tara yang sepertinya juga sudah lelah berteriak.
“Siap, laksanakan, Komandan.” Rey memberi gestur hormat, membuat Pak Tara menggeleng pelan.
Mereka berjalan menuju ke tengah lapangan. Sejak tadi seorang gadis dengan surai coklat sudah mengamati gerak gerik Ares. Niatnya ingin ke toilet, ia urungkan saat melihat kedatangan pemuda itu yang cukup terlambat.
“Kamu ini Ares! Katanya ketua geng, tapi menghendel anak buahmu saja tidak bisa," cibir Pak Tara.
“Bukan anak buah, tapi mereka keluarga saya.”
"Sama saja, lagian apa manfaatnya kamu ikut geng tidak berguna itu?" Ucapan pak Tara membuat mereka emosi, termasuk seorang gadis yang menonton di pojok lapangan.
"Anj*ng!" umpat gadis itu.
"Shut up!" desis Arthur tajam.
“Apa?! Memang benar kan, kalau geng kamu itu membawa pengaruh buruk buat sekolah ini,” ujar Pak Tara makin menjadi.
“Saya jadi ragu kalau anda memang seorang guru. Bukannya guru itu harusnya bisa bersikap bijaksana dan menjaga omongan? Sedangkan anda malah mengolok-olok sesuatu yang anda tidak tau lebih dalam,” sarkas Rey.
“Yang saya lihat geng kamu itu seperti sampah! Isinya anak-anak buangan, cih!”
“MATI LO SIALAN!”
Ares menyentak di depan wajah Pak Tara. Napas pemuda itu memburu dengan wanah memerah.
Plak!
Tanpa diduga, Pak Tara menampar pipi Ares dengan keras. Namun, hal itu tidak berkesan bagi Ares yang tengah diliputi emosi.
“Lo berani nyentuh milik gue,” desis seorang gadis dari balik tembok.
Bugh!
Layaknya remaja labil yang mudah dipancing, Ares membalas dengan meninju rahang Pak Tara tanpa memikirkan akibat dari perbuatannya.
Pria paruh baya itu tersungkur ke tanah dengan ringisan kesakitan. Bukan menegur, para sahabat Ares justru bersorak mendukung.
“Anda injak kaki saya, saya injak kepala anda. Impas.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Crazy Girl [Terbit]
Romance"Ketika musuh terbesarmu adalah dirimu sendiri. " Aurora Athalla Collins, 16 tahun. Trauma masa lalu membuatnya didiagnosis mengidap DID. Seluruh keluarganya dibunuh dengan sadis. Oleh sebab itu, dia ingin membalaskan dendam atas kematian keluargany...