14

132K 15.5K 4.6K
                                    

Happy reading 💜

"ARES, ARES, ARES!" Teriakan melengking seorang gadis, membuat Ares dan para sahabatnya yang sedang berjalan di koridor kompak menoleh.

Dapat Ares lihat, gadis gila yang selau mengejar dirinya tanpa lelah itu menghampiri mereka dengan wajah panik.

Ares membuang muka, malas bertatapan dengan gadis tersebut. “Apa?”

Aurora tak langsung menjawab, melainkan masih sibuk mengatur napasnya yang memburu lantaran berlari tadi.

"Tenang, Ra. Tarik napas, buang. Tarik napas, buang," instruksi Darren yang dituruti oleh gadis itu.

"Kenapa, Ra, lo di kejar anjing?" tanya Rey saat Aurora sudah tenang.

"Kenapa ya tadi?" gumam Aurora sembari mengingat.

"Oh, iya! ASTAGA ARES GAWAT!" pekik Aurora.

Ares berdecak seraya mengusap telinganya yang berdengung. "Ck, apasih?"

"Itu ... anu." Aurora menggaruk tengkuknya, bingung ingin menjelaskan kejadian yang ia lihat tanpa sengaja tadi.

"Anu apa? Anu lo gatel?" tanya Rey dengan tatapan yang menyebalkan. Ares meliriknya sekilas dengan mata memicing.

"Itu, di taman belakang, aduh...pokoknya ayo liat sendiri!"

Setelah mendapat intruksi dari Ares untuk mengikuti Aurora, mereka pergi ke taman belakang sesuai yang dikatakan gadis itu.

Para remaja itu dibuat tak menyangka dengan apa yang mereka lihat saat ini. Mereka masih terdiam dengan mata membulat dan tubuh yang seolah kaku. Segera mungkin Ares menutup mata Aurora agar tidak melihat hal tidak senonoh di depan mereka.

"Ishh Ares lepas, Rara pengen liat!" bisik Aurora sambil berusaha melepaskan tangan Ares dari matanya.

"Nggak usah, lo masih kecil!" bisik Ares tegas tak ingin dibantah.

Kedua orang yang menjadi tontonan para remaja itu masih asyik dengan kegiatan mereka. Darren mengepalkan tangan kuat-kuat, wajahnya tampak memerah lantaran emosi.

"Anjing, ternyata dia penghianat!"

Rey menepuk pundak sahabatnya yang kini memalingkan wajah dengan napas memburu. Arthur dan Ares hanya diam, tak tahu harus berkata apa. Lagi pula, mereka tidak pandai berkata manis untuk menetralkan emosi Darren.

"Mending kita pergi dari sini." Aurora berucap setelah Ares melepaskan penutup matanya. Dua sejoli tadi pun sudah pergi setelah melakukan aksi terlarang tadi.

Para pemuda di sana mengangguk tanpa suara. Yang paling menonjol adalah ekspresi marah bercampur kecewa Darren. Nampaknya, pemuda itu yang merasa paling dirugikan saat ini dengan kejadian tadi.

"Kita akan membuat mereka mati perlahan. Biar aku tunjukan membalas dendam dengan cara yang manis." Aurora bergumam disela langkahnya. Suaranya sampai ke telinga para pemuda disampingnya.

Mereka menoleh pada Aurora. Ekspresi macam apa itu? Tatapan dingin yang kosong serta senyum penuh makna, sangat bukan Aurora sekali.

Auranya seperti tidak asing.

Aresmenatap Aurora dengan lekat, mencoba menelisik sesuatu dalam gadis itu. Ia sejenak merasa tidak mengenal gadis di sampingnya.

"Siapa lo sebenarnya?" tanya Ares spontan.

Aurora mengerjab beberapa kali, raut gadis itu kembali seperti biasanya, terkesan bodoh dan naif menurut Ares. "Aurora."

"Lo nyembunyiin sesuatu?" Ares menatap curiga pada gadis di depannya.

Secret Crazy Girl [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang