16

128K 15.7K 2.2K
                                    

ADA NOTE PENTING DI BAWAH, TOLONG DIBACA YA SAY😙

Happy reading ♥

Sekarang ini Ares dan para sahabatnya, tak lupa juga Aurora, Fani, dan Valen sudah berkumpul di rooftop, kecuali Adel yang tadi di panggil ke ruang kepala sekolah.

"Kira-kira kenapa ya, kok Adel dipanggil kepsek?" tanya Fani, memecah keheningan.

"Mana gue tau," sahut Rey tak acuh.

"Apa mungkin dia kena razia?" Valen menebak-nebak.

"Masa, sih? Tapi kalo iya, kenapa cuma Adel yang dipanggil, bukannya tadi banyak yang kena?" Darren memasang raut bertanya, seolah benar-benar tidak tahu apa yang terjadi.

"Hati-hati ya Darren." Aurora memandang Darren dengan senyum penuh makna.

Darren mengernyit. "Hati-hati untuk?"

"Liat aja, pasti sebentar lagi Rara jamin kalo muka Darren bakal bonyok," ujar Aurora tanpa beban.

Brakk!

"DARREN TANGGUNG JAWAB LO ANJING!!" teriak Adel setelah menendang keras pintu rooftop membuat mereka terlonjak. Adel menghampiri Darren dengan langkah seribu dan wajah berlinang air mata.

Plak!

Adel menampar keras pipi Darren sampai memerah membuat mereka membulatkan mata. Darren refleks memegang pipinya yang terasa nyeri.

"Lo kenapa sih, Del?" tanya Valen terkejut.

"Bajingan lo Darren ... gue benci lo!" Tangis Adel pecah membuat mereka semakin bingung.

"Ngomong, Del, lo kenapa jangan cuma nangis doang bisanya." Omongan Ares memang terkesan pedas.

"Temen lo bangsat. Dia ngancurin masa depan gue," ucap Adel seraya tterisak.

"Maksud lo apa?" Darren masih tak mengerti.

Adel tak menjawab, melainkan langsung melempar sebuah dokumen dan satu benda yang tidak asing ke muka Darren. Mereka membacanya dengan serius lalu menatap Darren dengan tatapan berbeda-beda.

"Apa apaan lo?! Gue nggak pernah ngelakuin itu ya sama lo!" sanggah Darren saat melihat surat dokter kandungan dan sebuah test pack menunjukan tanda positif.

"Waktu itu lo mabuk, Ren." Adel menangis pilu.

Tiga tinjuan berasal dari Rey yang dilayangkan untuk Darren. Sedangkan dua tamparan berasal dari Fani dan Valen. Aurora sibuk menenangkan Adel yang masih menangis terisak. Ares dan Arthur masih membisu.

"Lo brengsek, Ren. Gue nggak nyangka kalo lo ngelakuin itu." Rey menatap Darren penuh kekecewaan.

"Gue nggak pernah ngelakuin itu!" Darren masih tetap menyanggah.

"Gue tau lo player tapi nggak sampe gini juga, Ren!" Arthur pun membuka suara.

"Plis, percaya sama gue. Gue emang player, tapi gue bukan bajingan," bela Darren yang tampak putus asa.

"Res, lo percaya kan sama gue?" Darren menatap Ares dengan wajah sendu sedangkan Ares menatap Darren datar dan dingin.

"Berani berbuat, berani bertanggung jawab." Ares memalingkan wajah. Sejujurnya dalam hati ia tak percaya. Dibanding Adel, si perempuan tidak jelas—menurutnya— Ares tentu lebih percaya pada Darren, bahkan jika Darren memang bersalah sekalipun. Namun, kita lihat saja sampai mana drama ini akan berlangsung.

"ARGHHH SIALAN GUE BILANG ITU BUKAN ANAK GUE ANJING!!" teriak Darren sudah kepalang emosi.

"KALO BUKAN LO SIAPA LAGI HAH?!" teriak Fani juga emosi.

Secret Crazy Girl [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang