Sephora, "aku tak sebaik itu."

250K 30.2K 11.9K
                                    

Anna, sosok tokoh yang lemah lembut, membuat orang ingin melindunginya. Sedangkan, Sephora membenci karakter yang terlalu menye-menye, lemah dan pengecut, karena itu akan merepotkan dirinya.

Mungkin sebagian orang menganggap Sephora arogan, karena bersikap acuh. Biar bagaimanapun mereka adalah saudara, yang seharusnya saling peduli dan menjaga.

Tapi sejak awal Sephora sudah mengatakan, ia tak kuat jika harus menanggung aib. Ia tak sebaik itu dan ia bukan orang yang tepat untuk Anna bergantung kepadanya.

Saat Sephora masuk toilet bersama Mika, keempat gadis yang sedang membully itu segera beranjak pergi meninggalkan Anna yang meringkuk di sudut toilet dengan kondisi mengenaskan, berantakan dan basah kuyup.

Sephora menghembuskan napas panjang, bimbang. Hati kanannya bilang, "Kasihan, tolongin aja Ra." Tapi hati kirinya bilang, "Nggak usah ditolongin Ra, entar ketagihan."

Jadi, yang bisa Sephora lakukan menelepon perisai pelindung gadis itu yaitu, Nichol.

"Lemah," cibir Sephora.

"Dibully jangan diem aja dong, lawan!" ujar Mika muak sendiri.  Kenapa begitu lemah? Kenapa hanya bisa menangis pasrah?

-------

Pintu toilet dibuka kasar oleh Nichol dan Daniel, napas keduanya memburu menandakan mereka berlari cepat dari kelas menuju lantai satu.

Nichol merasa sangat bersalah, kejadian seperti ini menimpa Anna karena kedekatan mereka. Banyak yang menganggap Anna sebagai penyebab putus hubungannya dengan Sephora, tapi yang Nichol tak tau alasan terbesarnya adalah banyak yang tak terima cewek seperti Anna bisa dekat dengannya.

Ia berjalan mendekat dan menyampirkan jas sekolahnya di bahu Anna. "Lain kali kalau mau kemana-mana jangan sendiri."

Melihat itu, Sephora memalingkan wajah. Bukan cemburu karena masih ada rasa, tapi sisi egonya yang belum bisa menerima.

Daniel menarik Anna berlindung di belakangnya dan Nichol. "Pasti ulah kalian, kan?" tanyanya lebih ke arah menuduh.

Mika yang mudah tersulut emosi, kali ini tak akan membiarkan Daniel lepas begitu saja. "Kalau kita yang ngelakuin, ngapain Sephora telpon mantannya, mikir! Lagian, nih cewek jangan diem aja dong. Ngomong! Jelasin! Jangan cuman nangis aja bisanya, bikin orang salah faham aja terus."

"Alasan! Pasti ini akal-akalan kalian aja, kan?"

Sephora melipat bibir menahan tawa dan menggeleng geli, menarik tangan Mika untuk segera pergi dari sini.

"Lepas, Ra! Biar gue kasih pelajaran mulut rumpinya Daniel."

"Udah lah, Mik. Percuma!" Sephora tetap menarik Mika keluar. Sekali tak suka, mereka akan selalu berpikir negative. Apapun yang kita lakukan dan katakan, akan selalu salah dimata mereka. 

"Lo keterlaluan, Niel." Nichol berjalan keluar, lebih baik ia menunggu di depan toilet.

Anna memegang lengan Daniel, menjelaskan meski terbatah karena sesenggukan. Ia juga berujar jika dirinya tidak mengetahui siapa yang membullynya tadi.

"Lo gapapa?" Bianca datang dengan napas tersenggal. Menyerahkan baju ganti yang ia beli di koperasi sekolah sesuai perintah Nichol.

"Gue tunggu diluar. "Daniel melangkahkan kakinya keluar dari toilet menemui Nichol.

Bianca menatap Anna iba, menyesal membiarkan Anna sendiri menuju toilet. "Lain kali gue bakal ikut lo kemanapun."

Anna tersenyum haru, banyak yang masih peduli padanya. "Jangan nanti kamu ikut kena bully."

FREE STYLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang