Termakan Umpan

189K 22.8K 5.1K
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Saat Anna akan melewati pintu kelas Nichol yang  menghadang jalannya, membuatnya tersentak. "Bisa kita ngomong bentar?"

Setelah sekian lama menjauh, akhirnya Nichol mau mengajaknya berbicara lagi. Anna menyibakkan rambutnya ke belakang telinga kanannya dan tersenyum lembut. "Boleh, mau ngomong apa?" tanya Anna lembut.

Lalu lalang murid yang ingin keluar kelas membuat Nichol mengajak Anna berbicara di dekat bangkunya agar tak mengganggu yang lain.

Nichol menggaruk tengkuknya yang tak gatal, lidahnya keluh untuk bertanya. Bebrapa detik terdiam, akhirnya ia memantapkan diri untuk bertanya, "Lo pacaran sama Ircham anak MIpa 4?"

"I---iyaa, kamu tau dari mana?" jawab Anna gugup. Apa memang yang disarankan Siska padanya akan berhasil? Dengan ia menjalin hubungan dengan cowok lain, Nichol akan kembali mendekat lagi kepadanya karena cemburu. 

Nichol mendesah berat, ia seperti ini karena paksaan Daniel yang meminta tolong padanya untuk mengkonfirmasi kebenarannya. "Yaudah, selamat ya. Gue harap lo bahagia dan bisa jaga diri." Tak tahu harus berkata apalagi, Nichol beranjak pergi terlebih dulu.

Terjawab sudah, perubahan Anna bukan karena ingin memantaskan diri dengannya dan juga kini ia bisa menyimpulkan jika Anna hanya menganggapnya sebagai teman, sama seperti dirinya.

Anna menatap dengan berbinar tubuh belakang Nichol yang mulai berbelok keluar kelas. Ia tersenyum senang, memegang bagian dadanya yang tak berhenti berdebar.

"An," panggil Bianca, menepuk bahu Anna membuat gadis itu berbalik badan dengan senyum manis yang masih terpatri di bibirnya.

"Iya, Bi. Kenapa?"

"Lo sekarang udah gak pernah belajar bareng gue lagi," ujar Bianca lesu, ia merasa kehilangan sosok Anna yang dulu. Gadis itu sekarang sibuk dengan teman barunya, ia juga tak mungkin bisa mengikuti gaya hidup Anna yang sekarang.

"Maaf ya, aku----"

Melihat Anna yang kebingungan menjawab, Bianca hanya bisa tersenyum makhlum. "Gapapa kok An, kalau lo ada waktu kosong aja kita bisa belajar bareng lagi."

"Gimana kalau sekarang?" Daniel yang sedari tadi berpura-pura membereskan barang bawaannya menimpali.

"Tapi aku ada janji sama Siska," jawab Anna tak enak hati.

Daniel meraup wajahnya kasar. "An, lo sadar gak sekarang lo berubah banget."

"Maksudnya?"

"Udah." Bianca berusaha menahan Daniel agar tak meledak menyebabkan pertengkaran yang akan ia sesali nantinya.

"Biarin Bi, biar dia sadar apa yang dilakuin sekarang itu salah." Daniel menatap tajam Anna.

"Maksut kamu apa? Apa yang salah dari aku yang berubah? Aku merasa jadi lebih baik kok setelah berubah. Kamu tahu rasanya ditatap remeh? Gak dianggap? Selalu dibeda-bedain sama saudara kamu sendiri? Dengan perubahanku ini aku udah gak ngrasain itu Daniel. Aku ngrasa lebih dihargai, lebih diorangin sama orang lain." Anna menatap Daniel kecewa, seperti biasa air matanya turun membasahi pipinya begitu saja.

"Tapi gak dengan pergaulan lo yang sekarang An. Pergaulan lo terlalu bebas."

Anna mengusap air matanya. "Bukannya sekarang kita kelihatan setara? Kenapa sih seakan-akan kalian nglarang aku buat setara sama kalian?"

"Gak gitu An, lo itu terlalu polos, terlalu baik. Kita cuman takut loh dimanfaatin sama Siksa dan gengnya." Bianca coba memberi pengertian dengan lembut.

"Siska bukan orang yang kayak gitu, Bi, kalian belum ngenal dia. Jangan ngehakimin orang gitu aja." Ia lebih tau bagaimana Siska, sedangkan mereka hanya mendengar segelintir gosip yang belum tentu kebenarannya.

Sejak berteman dengan Siska, gadis itu tak pernah menyuruhnya melakukan apa yang gadis itu lakukan. Itu semua terserah Anna, keputusan ada ditangannya. Siska hanya memberitahu apa yang ia lakukan untuk melepas penat dan ingin bersenang-senang. 

Daniel berdecih dalam hati, Siska sudah berhasil mempengaruhi Anna sangat dalam. "Kita cuman mau yang terbaik buat lo, lo udah salah jalan."

"Stop Daniel!" Anna menggeleng tegas. "Siapa kamu urusin kehidupan aku? kamu bukan siapa-siapa aku. Jadi jangan ngatur apa yang mau aku lakuin. Aku tahu kamu suka sama aku, tapi maaf aku gak suka sama kamu. Jadi stop ikutin aku saat aku keluar sama cowok aku, stop ikutin aku waktu di club. Stop jadi stalker Daniel, bukannya aku suka tapi aku malah risih." Tak menunggu jawaban cowok itu, Anna segera pergi dari sana.

Baru saja ia tersenyum bahagia, air mata kekecewaan dan kepedihan harus kembali ia rasakan. Kenapa semua jadi seperti ini? Siapa sebenarnya yang berubah disini, mereka atau dirinya?

Dulu Nichol sangat peduli kepadanya, tapi kenapa sekarang cowok itu jadi berbeda? Bahkan sikap manis cowok itu masih bisa ia ingat dengan jelas.

Daniel pun dulu, sosok yang membuatnya nyaman dan terlindungi. Kini  juga mulai berubah membuatnya tak nyaman. Kenapa juga selalu Daniel yang lebih perhatian kepadanya, kenapa bukan Nichol?

Daniel menendang meja untuk melampiaskan amarahnya.

"Mungkin kita emang melebihi batas Niel," ujar Bianca, menghela napas prihatin. Sepertinya memang benar, perubahan lingkungan mempengaruhi perubahan perasaan dan juga pola pikir.

***

(Repost 15 Desember 2023)

Mau bilang apa buat Anna?

Mau bilang apa buat Daniel?

Mau bilang apa buat NIchol?

Mau bilang apa buat NIchol?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
FREE STYLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang