28 | Pesan dari Caca?🌙

867 107 12
                                    

Tak terasa libur semester telah selesai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak terasa libur semester telah selesai. Rasanya malas untuk pergi ke sekolah. Kaki terasa sangat berat untuk melangkah, seperti ada besi yang menyangga. Anehnya, ketika libur ingin sekolah, ketika sekolah ingin libur. Hal yang biasa dirasakan oleh anak sekolahan.

"Aksa gak mau sekolah ah, besok aja." Cowok itu berjalan dengan gontai, menuruni anak tangga rumahnya.

"Ayo cepet Aksa, jangan malas-malasan. Gak baik!" Kenzo menarik tangan adiknya, agar ia berjalan lebih cepat.

"Gendong Aksa," pinta Aksa.

"Gak mau, nanti baju Kak Ken kusut," tolak Kenzo.

"Ayo ihhh, nanti Aksa kasih hadiah," bujuknya seperti pada seorang anak kecil.

"Hadiah apa?"

"Kenzo, Aksa, cepet ke sini!" teriak Aurel.

Kenzo dan Aksa berjalan menuju meja makan untuk sarapan, dengan Aksa yang tak henti-hentinya mengoceh.

"Aksa, Kenzo. Kalian mau selai apa?" tanya Aurel.

"Kacang," jawab Aksa dan Kenzo bersamaan.

Aurel mengangguk, "Ayah apa?"

"Manusia," jawab Arion dengan mata yang tertuju pada laptop.

"Iya Bunda tahu, Ayah manusia jelmaan buaya. Maksudnya mau selai apa?"

"Roti yang dioles dengan selai kacang yang penuh cinta," balas Arion membuat kedua putranya tertawa.

Aurel hanya berdehem. Sudah biasa ia mendapat rayuan atau gombalan dari suaminya itu.

"Anak-anak dan suamiku yang tampan, silahkan dinikmati roti yang penuh cinta ini."

"Arigatou gozaimasu!" ujar mereka bertiga dengan serentak.

Mereka semua makan dengan tenang, tanpa ada yang berbicara. Setelah selesai, Aksa dan Kenzo berangkat ke sekolah menggunakan mobil. Sedangkan Arion masih ada di rumah.

"Kamu telepon dia ya," titah Arion.

Aurel mengangguk. "Iya, nanti Bunda telepon. Ayah cepet berangkat."

Arion mengecup singkat kening sang istri sebelum berangkat kerja. Meskipun ia sedikit 'nakal', tapi pria itu tidak berniat sedikitpun untuk berpaling dari Aurel. Menurutnya Aurel adalah wanita yang paling sempurna, ia tak akan pernah melepaskan Aurel dari genggamannya. Bukan hal yang mudah ketika ia dulu berusaha masuk ke dalam hati Aurel, padahal di luar sana banyak yang mengantre untuk menjadi istrinya.

Setelah suami dan anaknya pergi, Aurel menghubungi seseorang lewat telepon.

|Halo?

...|

|Aksa baik kok, kamu kapan ke sini?

...|

|Minggu depan? Yaudah Bunda tunggu. Udah dulu ya, Bunda mau beres-beres.

[1] A.K ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang