35 | Coretan Takdir {END}🌙

2K 148 16
                                    

Sebelum manusia lahir ke dunia ini, Tuhan sudah menetapkan takdir untuk mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum manusia lahir ke dunia ini, Tuhan sudah menetapkan takdir untuk mereka. Mulai dari rezeki, jodoh, hingga mati sudah tertulis dalam buku takdir. Ada juga yang menyebutkan, jauh sebelum alam semesta dan isinya diciptakan, Tuhan sudah lebih dulu menetapkan takdir untuk semua makhluk ciptaan-Nya.

Tidak ada yang tahu, takdir manusia seperti akan apa. Walau seorang peramal hebat sekalipun, ramalannya tidak benar-benar menjadi nyata atau meleset. Apakah kita bisa mengubah takdir? Entahlah, hanya sang pencipta lah yang tahu.

Ada orang yang mengatakan, manusia hanyalah sebuah boneka yang dipermainkan oleh takdir. Apakah itu benar?

Tak terasa, sudah hampir satu bulan Kenzo pergi dari rumah, dan menatap di negeri Samba. Setelah kejadian di kamar kemarin-kemarin, Arka sedikit-demi sedikit mulai kembali normal. Tidak ada lagi Arka yang suka menyendiri, melamun, marah tiba-tiba ataupun hal aneh lainnya. Dia sudah kembali menjadi dulu, cowok jahil yang sangat menyayangi adiknya.

Arka memang telah kembali seperti dulu lagi, tapi tetap saja Aksa merasa ada yang kurang. Mengenal Kenzo selama kurang lebih satu tahun, membuatnya merasa sangat nyaman dengan Kenzo. Dari segi sifat, kedua Kakaknya itu tidak jauh beda. Hanya saja Arka lebih jahil dari Kenzo. Meskipun sudah berpisah selama satu bulan, Aksa masih belum terbiasa tanpa kehadiran Kenzo. Cowok itu masih berharap Kenzo akan kembali tinggal bersamanya.

"DUARRR!" teriak seseorang dari belakang, membuat Aksa terkejut dan menumpahkan ice cream vanilla miliknya.

"KAK ARKA!" Aksa berbalik dan memukul perut Kakaknya.

"Auh ...," ringis Arka, berpura-pura kesakitan.

Aksa terlihat panik, lalu ia menghampiri Kakaknya. "Kak Arka kenapa? Aduh sakit ya? Maaf Aksa gak sengaja tadi."

"Akhhh sakittt tolong," jerit Arka memegang perutnya.

Aksa semakin panik, cowok itu mengambil handphone miliknya dan berniat menelpon Bundanya yang sedang keluar bersama Ayahnya. Tiba-tiba Arka tertawa, otomatis Aksa menoleh kearah Kakaknya yang sedang menertawakan dirinya.

"Kak Arka bohong ya?" tebak cowok itu. Bukannya menjawab, Arka justru semakin tertawa terbahak-bahak.

"Kak Arka!"

"Kamu polos banget sih, hahaha."

Aksa menatap tajam Kakaknya, lalu berdiri dan berlalu menuju sofa. Ia melipat kedua tangannya di dada, dan mem-pout kan bibirnya.

"Emmm ceritanya lagi ngambek?" tanya Arka, lalu berjongkok dihadapan adiknya.

"Apa sih? Sok kenal banget," ketusnya, membuat Arka menahan tawa.

Cowok yang tengah mengenakan kaos tanpa lengan itu, berniat mencubit pipi adiknya. Namun, dengan cepat Aksa menepisnya. "Jangan pegang-pegang!"

Arka tak peduli, ia terus berusaha untuk mencubit pipi adiknya itu. Tentu saja Aksa yang sedang merajuk menolaknya, cowok itu terus menghindar dari Kakaknya. Arka mendorong Aksa, membuat adiknya itu jatuh terlentang di atas sofa. Lalu, cowok itu menindih Aksa dan memeluknya. Membuat adiknya itu meronta-ronta.

[1] A.K ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang